•••
•••
[ 73. !!! ✔️ ]
Nayyara mengangkat sebagian tubuh Nadya, kemudian meletakkan kepalanya di atas paha. Kedua mata Nayyara begitu berkaca-kaca. Perasaannya terlalu campur aduk untuk saat ini. Gadis itu sengaja menahan air matanya yang mau menetes, untuk memberi tahu, jika ia mendengarkan setiap kata-kata Nadya yang akan terucap dikala dirinya tengah berada diujung kematian.
"Maaf. Maafin gw, Nadya. Harusnya tadi gw keluar izin sama lo. Kalau gw gak nekat, mungkin kejadian gak bakal kayak gini 'kan?" tanya Nayyara dengan nada yang bergemetar.
"Gw pembunuh! Gw udah bunuh nyokap sendiri, adik kandung sendiri, dan sekarang, saudara kembar satu-satunya.. " Nayyara meneteskan beberapa air matanya seraya menyalahkan dirinya karena ia terus merasa semua orang di keluarganya terus mendapati ajalnya seolah disebabkan tangannya yang kotor itu. "Gw harusnya gak usah hidup! Semuanya selalu baik sama gw, tapi kenapa selalu gw yang mendekatkan mereka pada maut?
"Kenapa dunia selalu membuktikan gw yang selalu salah? Kenapa dunia gak pernah biarkan gw balas budi sama saudara kembar gw sendiri atas kebaikannya selama ini?! KENAPAAA?!!!"
Nadya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Yang membunuh Nara itu bukan kamu, itu Farenn. Kejadiannya kerekam di kamera kecil yang aku pasang di setiap pintu rumah." Gadis itu lantas mengangkat satu tangannya yang memiliki kulit putih seperti mayat, dan mengusap pipi Nayyara yang mengalir air mata kesedihan.
"Berhenti nyalahin semuanya ke diri kamu sendiri. Jangan salahkan dunia atas semua kesalahan yang terjadi. Semua yang terjadi itu, udah jadi bagian dari alur hidup kamu. Dan niat kamu itu, akan berjumpa dengan sebuah takdir yang menyatakan itu berhasil atau gagal."
Arga hanya terdiam di antara komunikasi dua saudara kembar yang sangat saling menyayangi selama ini.
Gadis itu melirik seorang pemuda yang tengah termenung memandangi wajahnya. "Maafin aku, Arga. Hari ini, mungkin aku bakal ingkari janji kita. Sama seperti awal, aku masih mencintai kamu."
Ucapan Nadya membuat kedua mata Arga berlinang air mata. "Heh Pendek, lo sekarang udah mulai jadi pembohong?! Siapa yang ngajarin lo, hah?! Asal lo tau, gw gak keberatan sama permintaan maaf lo kapan pun itu dan segala hal tentang permasalahan ini. Tapi jangan pergi semaunya seperti ini! Lo tau nggak kondisi lo sekarang bikin gw cemas!"
Nadya tertawa kecil seraya menatap wajah melas Arga. Gadis itu pun mencoba bangkit sekuat tenaga dikala nafasnya yang terengah-engah, kemudian jatuh ke pelukan Arga yang begitu hangat.
"Terima kasih sudah menjadi bagian di kehidupan aku, Pangeran Arga. Aku bahagia bangett. I love you. I really, really love you..." lirih Nadya dengan senyum manis, memejamkan matanya yang sembari mengencangkan pelukannya memberi tahu betapa besar rasa sayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...