•••
•••
[ 54. ( ∞ ) ✔️ ]
FLASHBACK ON
"Lo salah. Ini harusnya kayak begini. Rumusnya bukan digabungin kayak gini, nanti yang ada kacau. Bu Lina kan juga udah jelasin selama dua minggu penuh tentang bab ini. Lo nggak ngerti kah? Bilang aja ke Bu Lina kalo masih belum faham," ujar Dion yang berdiri di sebelah temannya mengajarinya dengan begitu sabar.
"Dion, bisa nggak sih nggak ngatur gue? Lo sok bijak tau gak? Sok pintar dalam segala hal! Mendingan lo langsung naik ke SMA aja deh daripada SMP bareng kita semua di sini! Nyebelin tahu nggak!? Dasar sombong! Belagu!! Merasa SI PALING PINTER DAH!" cemooh teman sekelas Dion saat ia duduk di bangku SMP tatkala mereka berdua berada di kelas.
Dion hanya bisa kicep tertunduk diam. Merasa bimbingannya dianggap remeh, ia pun langsung berjalan menuju kursinya tanpa mempedulikan temannya yang cemberut marah itu.
"Kenapa diam!? Lo udah lelah!? Lelahan gue lah! Lo kan cuma ajarin gue doang. Sementara gue, belajar mati-matian! Lo selama ini curang ‘kan!? Ngaku lo! Nilai kok rata-rata 90 ke atas terus sih!? Mana ada murid bisa seberuntung itu! Curang lo, Dion! Hasil contekan aja bangga! DASAR CURANG!
"Jangan mentang-mentang guru-guru banyak yang hapalin lo, lo jadi pakai jalur orang dalam biar dapet nilai bagus teru! Pengecut banget sih!" cemooh teman Dion yang berdiri di depan meja Dion saat ini.
Anak bernama Dion itu hanya tertunduk diam dengan raut wajah yang sedikit sedih. Temannya yang meminta ia mengajarinya, namun usahanya selalu tidak dihargai dan selalu berakhir diejek.
"Modal nyontek bisa peringkat satu di kelas?! Bangga lo sama hasil curang!? Sportif dikit kek! Masih remaja kelakuan udah kayak gini!? Mau jadi apa lo di masa depan!? Mau jadi pemulung kayak bokap lo, hah!? Hahaha!" ejek temannya Dion itu lagi.
Kini Dion tidak diam, ia langsung melebarkan matanya geram. "Jangan sekali-kali lo hina papah gua!"
"Ouh, anak papah toh~!" kata teman Dion seraya mencibirkan bibirnya mengejek Dion. "Pemulung-pemulung. Anaknya kenapa nggak ikut mulung juga? Nggak usah sekolah harusnya. Bokap lo itu bayar SPP gimana? Ngutang?"
Dion mengeraskan otot rahangnya bersama kedua mata yang mulai berkaca-kaca. "DENIS!" Dion menegur temannya yang sudah keterlaluan menghina ayahnya.
Anak yang mencemooh Dion terus sejak tadi bernama Denis kini menyeringai sombong. "Kenapa? Sekarang lo akhirnya jadi malu punya bokap tukang mulung sampah?"
"Kenapa dia harus malu?" tanya seorang anak muda dari arah pintu.
Perhatian semua orang di kelas yang sejak tadi tertuju pada Dion dan Denis seorang kini tertoleh pada suara yang perkataannya menentang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...