48. ( Widya Algarasya ) ✔️

152 18 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

⚠️ WARNING!

[ Episode ini mengandung ejekan dan ucapan yang berkemungkinan membuat beberapa orang bisa tersinggung. Harap ingat, ini hanya jalan cerita fiksi semata. ]

- Salam hangat saya, TahuTuyul🙏

•••

[ 48. ( Widya Algarasya ) ✔️ ]

"Arga, ini kemarin hp lo ketinggalan di kantor polisi," ucap Robin berjalan mendekati Arga seraya mengembalikan hp kepadanya.

"Weh makasih loh," ujar Arga seraya mengambil hpnya dari tangan Robin. "Eh, kenapa lo balikinnya sekarang, anjir? Kemarin kan bisa!"

"Yang pentingkan berniat baik."

"Bohong tuh, dia nyolong dari saku celana lo, Ga," Dion yang duduk di meja sebelah Arga membeberkan.

"Sengaja banget, anjir, demi hapus chat lu sama Nadya," sela Rian membongkarnya.

"Ngarang lo!" protes Robin.

"Heh serokan ireng, gue liat ya, anjay!"

Dion membuang wajahnya seraya menutup mulutnya menahan tawa.

Arga tertegun menatap Robin. "ANJIR, SERIUS LO, BIN?!"

"Enggak," sangkal Robin.

Dengan cepat Arga membuka chatnya bersama Nadya, untungnya masih ada. Pemuda itu lantas menghembuskan nafas lega. "Tapi, beberapa hilang, su. Bener-bener lo, Bin!"

Robin hanya tertawa kecil bersama senyumnya yang jarang ditampilkan oleh orang-orang di luar sana. Baginya, tidak masalah untuk tersenyum serta tertawa di hadapan sahabatnya.

Tiba-tiba, pintu kelas terbuka. Bu Yura datang dan berdiri di depan kelas bersama wajah judesnya itu.

Semua murid kini langsung berjalam cepat dan menduduki bangku masing-masing agar tidak menimbulkan masalah lagi.

Bedanya, hari ini guru itu membawa satu murid perempuan yang berjalan di belakangnya membawa tas di punggung.

"Lah itu siapa?" heran Rian bertanya-tanya.

"Ekhem. Dengarkan saya semuanya. Ini adalah teman baru kalian. Jadi, mulai sekarang dia akan belajar bersama kalian! Harap jangan lakukan penindasan!" jelas Bu Yura memperkenalkan anak baru itu.

Nadya sejak tadi pagi selalu tersenyum tipis bahagia karena mendengar lelucon Petinggi SETA. Senyum manisnya yang terus terukir, perlahan memudar ketika melihat siapa anak baru yang dibawa Bu Yura itu.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang