32. ( !! ) ✔️

183 25 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 32. ( !! ) ]


"Nggak akan pernah dia kasih tahu lo!" Arga menggeser posisinya menggantikan Nadya berhadapan dengan Rajendra. Pemuda itu tetap kekeh dengan jawaban awalnya.

"Oh? Lo menghalangi, berarti juga tahu sesuatu ya? So? Yakin sama jawaban lo itu?" tanya Rajendra begitu berani menatap remeh Arga.

"Iya! Kenapa? Mau apa lo!?" tantang Arga.

"Semuanya? HAJAR!!" titah Rajendra berteriak memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Nadya, Arga, Robin, Rian dan Farenn.

Namun, mereka berlima kabur, berlari dan berpencar sehingga membuat sebagian kecil dari beberapa anak buah Rajendra menjadi terpecah-belah.

"SHIT! Kenapa kalian harus berpencar sih!?" gumam Rajendra menghentakkan kakinya kesal. "Kalian semua harus temukan mereka berlima! TITIK!" tegas Rajendra pada anak buahnya itu.

"SIAP, BOS!" sahut anak buah Rajendra turun dari motornya masing-masing untuk mengejar Nadya dan lainnya.

Hingga saat ini, mereka berlima masih berlari menjauh dan berusaha kabur dari kejaran anak buah Rajendra yang tak akan segan-segan bisa membunuh.

"Jadi? Mereka berlima tahu suster itu 'kan? Bagus. Temukan salah satu dari mereka. Tangkap. Setelah ditangkap, kita hanya perlu tahu satu informasi," tutur Rajendra menelpon seseorang dengan suara gadis muda dari telepon tersebut.

🔷🔷🔷

"WOI CEWEK! JANGAN LARI LU!! SEMAKIN LU LARI, SEMAKIN CEPET LU MATI!!" ancam orang yang mengejar Nadya bersama sekelompok lainnya.

Nadya menoleh sedikit ke belakang sembari berlari. Rambutnya yang terikat di belakang tergerai dan menembus angin.

"Huh!" lirih Nadya yang tersentak kaget ketika melihat mereka sungguh bisa mengejarnya. Spontan, ia mempercepat larinya karena mereka dengan singkat bisa menyusul, jika ia berlari pendek begini terus.

🔷🔷🔷

Sementara itu Arzan dan Mahen yang tengah berjalan-jalan santai setelah pulang sekolah melihat Rajendra berdiri di depan gerbang sekolah SMA Taruya saat ini, mondar-mandir seakan khawatir akan sesuatu dan seperti sedang menunggu juga.

"Eh bro bro! Itu bukannya si Rajendra ya?" tanya si Mahen yang berjalan di belakang Arzan menepuk-nepuk bahu Arzan yang tengah memainkan gadgetnya, sementara Mahen yang sambil memakan ciki, spontan menunjuk Rajendra yang ada di sana seusai menepuk bahu Arzan tiga kali.

"Hah? Mana?" sahut Arzan menoleh ke belakang.

"Ituuu," Mahen menunjuk Rajendra dengan penuh kewaspadaan.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang