13

1.7K 70 12
                                    

Sore pulang kerja, aku buru buru keluar dari kantor. Melihat kanan kiri jalan memastikan kehadiran Virdan. Ternyata dugaanku benar. Pasti dia absen kerja hari ini.

Masa pas jam pulang kerja dia sudah ada, kapan berangkatnya
Dan semakin yakin, setelah mobilnya mendekat, dia tidak pakai kemeja, tapi kaos.

"Huh..katanya kerja. Pakai kaos begini. Sudah mateng nih rencanaya." sindirku setelah duduk disebelahnya dan memasang sabuk pengaman.

Tangan kirinya memegang tanganku. Kutarik pelan tanganku.

"Rain, pegang tangan aja gak boleh"

"Ingat Virdan, aku dan kau hanya sebatas teman. Teman lama"

"Marah marah terus sih Rain. Wajahmu makin menggemaskan loh kalau marah. Pengen cium pipimu"

"Dasar Gay kamu Virdan"

"Kalau bukan Gay, tentu tidak dengan orang ganteng disisiku" katanya.

"Kita mau kemana ini"

"Hotel. Sudah saya booking sepulang antar kamu tadi pagi"

"Maaakk Jaaangg. Kamu beneran mau di entontin Virdan?"

"Iya, mau merasakan kontolmu. Segede apa kalau tegang"

"Dasar muka kontol"

"Udah dari sononya." Tangannya meraba pahaku. Kutahan tangannya. Malah tanganku yang diremas. Dia sepertinya horny.

"Hanya pegang pahamu saja, saya dah bangun Rain" katanya melihat lurus kejalan. Aku melirik ke selangkangannya. Benar saja kontolnya sudah membentuk gunung celananya.

"Bisa gitu" kataku.

"Bisa lah. Ketemu sama yang diinginkan bangunlah. Kalau kamu mau saya cipok, udah dari tadi saya lakukan"

"Banyak cakaplah. Masih jauh gak"

"Sudah tidak sabar rupanya" katanya dan tangan kirinya meraba kontolku.

"Harus sabar sih ngadapin orang gila kaya kamu"

"Udah dekat kok" katanya.
Jelang 3 menitan, dia membelokkan mobilnya masuk pekarangan sebuah hotel.

Setelah parkir agak kebelakang hotel, kami masuk hotel.
Saat Virdan berbicara dengan petugas di depan, aku melayangkan pandanganku.

Seorang lelaki paruh baya melihat ke aku dan tersenyum. Tinggi, putih, tampan dalam balutan batiknya. Kubalas senyumnya sambil mengangguk.

"Ayo Rain" kata Virdan merangkul pundakku. Aku tidak perhatikan lagi apa apa selain jalan mengikuti Virdan ke lantai 2 dengan naik tangga.

Saat Virdan membuka pintu, Pria yang kulihat tadi ada di depan pintu kamar hotel. Dia melambaikan tangannya ke aku. Kubalas dengan senyum. Aku hanya berpikiran positif saja. Mungkin itu kamar hotelnya.

Didalam kamar hotel, Virdan langsung merebahkan dirinya. Aku berjalan ke arah jendela, dan memandang ke luar jendela.

Saat itulah Virdan memelukku dari belakang. Dia mencium tengkukku. Aku meronta.

"Virdan, lepaskan" kataku.

"Rain, kalau kamu kulepaskan, gak ada artinya dong saya menyukaimu"

"Emang harus begini"

"Iya, makanya diam saja"

"Tapi...ihhhh....Virdan, gua tonjok nih" ancamku. Virdan sudah kerasukan. Tangannya malah masuk dari bawah bajuku dan memegang dadaku.

"Viiir....daaaan...." kataku hendak menurunkan tangannya dari tetekku. Tapi susah karena aku sudah di konci. Kontolnya yang menempel di pantaku, kurasakan sudah mengeras.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang