50

959 58 14
                                    

Karena takut perut Fei akan lebih membuncit lagi, Om Morgan mencari jalan pintas untuk mempersatukan Aku dan Fei. 

LICIK!!!

Agar Om Morgan bisa mendapatkan aku sebagai kekasihnya, dengan cara apa pun di lakukan.

"Mas Rain, pulang kerja ke rumah ya"

"Enggak bisa Fei, aku ada acara"tolakku halus.

"Mas Rain please, Fei sendirian. Ada yang mau Fei bicarakan"

"Mau bicara apa Fei"

"Aku akan menikah"

"Menikah dengan Ronny?"

"Makanya datang ya"

"Tapi sebentar ya, habis itu aku akan pergi"

"Gak apa apa, datang aja ya"

"Baik Fei"

Teleponku kututup. Aku tidak memperhatikan bahwa Hindarto ada di dekat pintu dan mendengar percakapanku denga Fei melalui cellular.

"Dengan siapa bicara, sayang" tanya Hindarto pelan.

"Fei.  Dia menyuruhku datang. Katanya mau menikah."

"Menikah dengan siapa? Ronny?" selidiknya.

"Iya ialah masa sama gue" kataku cengengesan.
Hindarto memelukku dan menciumku.

"Mungkin dia mau menutupi kehamilannya, jadi pernikahannya di percepat"

"Mungkin. Sebenarnya, bukan urusan gue, dia mau menikah atau tidak, tapi sebagai teman gue mau datang lepas kerja" kataku.

Pelukan Hindarto makin erat ditubuhku. Wajahnya dibalik kepalaku hingga aku tidak bisa melihat nya.

"Jangan pernah tinggalin gue, Rain" katanya.

"Gue gak akan kemana mana, To. Gue masih dalam dekapan Lu" kataku menghadap wajahnya."Gue bekerja disini sama Lu"

"Seandainya Lu sama siapapun, seperti kata gue, kita akan tetap bersama"

"Kenapa Lu khawatir gue akan ninggalin Lu, To"

"Enggak tahu kenapa Rain." Hindarto duduk di kursi tamu ruanganku.

"Cinta ini Rain. Cinta ini mengkhawatirkannya" Hindarto agak sedih.

"Jangan memikirkan yang belum terjadi, To. Gua akan masih tetap akan sendiri sebelum adek adekku selesai sekolahnya. Lu kan tahu itu"

"Gue paham Sayang. Tapi orang orang yang suka sama Lu, gue khawatir mereka akan memisahkan kita"

"Hindartoooo....pikiran Lu...." kataku mendekatinya. Pikiran Lu jauh amat, To" pundaknya kupegang dari belakang.

"Gue Cinta mati ama Lu, Rain" dia memegang ke dua pipiku, kursi tamu di depan mejaku jadi penghalang hingga  lutunya dinaikkan ke atas kursi.

"Cinta Mati. Gak usah ngomong gitu To. Bini lu yang lu harus cintai sampai mati" kataku.

"Sebagai istri, pasti. Sebagai pria kamulah cinta matiku"
Aku terdiam dan kembali ke kursi kerjaku.

"Nanti sore kita off dulu ya To"

"Sekarang aja Rain. Enggak usah telanjang"

"Busyet dah. Lu nafsunya gak ada matinya"kataku.

"Suka sih....hehehehe" dia menggoda.

"Lu kan tau, gue lama keluarnya, bisa bisa basah ini pakaian karena keringat" kataku.
Hindarto mendekat, dan kami berciuman. Dia berjongkok di bawah meja kerjaku mengisap kontolku hingga menegang.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang