71

726 50 11
                                    

Walaupun sudah tahu bahwa aku sibuk mau memulai usaha, tapi Om Ozhrill dan Hindarto tidak begitu saja percaya.

Om Ozhrill malah menuduh aku berbuat serong. Apalagi Hindarto, lebih tidak percaya. Beberapa kali sudah aku jelaskan.

Hanya karena mengurangi pertemuan dengan mereka, aku di tuduh selingkuh.

"Rain, kalau kamu sudah punya pria lain, jujur saja sama Mas" begitu Om Ozhrill menuduhku lewat telpon genggamnya.

"Mas, Rain tidak punya siapa siapa. Hanya sibuk mau urus usaha. Rain tidak mau selamanya jadi kacung di perusahaan orang, mas"

"Kenapa kamu tidak beritahu Mas. Mas kan bisa bantu"

"Ini masih dalam tahap awal, mas. Kalau Rain butuh bantuan pasti Rain ngadu mas"

"Caramau itu Rain. Disaat mas sudah melupakan semuanya, kamu malah begitu. Mas mau berduaan sama kamu. Mas ingin layaknya orang berpasangan"

"Mas, kita kan sudah janji, boleh melakukannya sama siapa saja. Mas boleh cari pria yang mas suka kalau memang itu bikin mas bahagia. Saat ini, Rain tidak bisa melayani mas. Nanti, kalau sudah agak rampung baru Rain bisa"

"Rain, bukan pria lain yang Om mau. Kamu"

"Maaf mas. Rain tidak bisa. Tolong berikan saya waktu"

Om Ozhrill terdiam.

"Hallo...hallo Mas. Hallo..."

"Maaf Rain, kalau mas sudah membuat kamu terganggu"

HPnya langsung dimatikan.

Demikian juga Hindarto. Dia tidak percaya sama sekali dengan kata kataku. Bahkan dia tidak bisa menerima aku akan keluar dari perusahaannya.

"Siapa yang mau keluar To?. Gua masih disini sama Lu" kataku sedikit meninggi.

"Hampir dua minggu Rain. Dua minggu lu ogah ogahan melayani gua. Saat istirahat, disaat gua mau ngomongpun lu menghindar"

"Siapa yang menghindar? Gua istirahat makan siang di luar"

"Itu yang buat gua curiga Rain. Setiap makan siang lu keluar"

"Gua diluar sana banyak yang mau gua kerjain. Gua butuh kesendirian. Kalau sama lu yang ada...."

"Mengganggu lu begitu?. Ok, gua gak akan ganggu lu" katanya beranjak dari duduknya dan meninggalkan aku

"Marah. Bisanya marah. Gak pernah bisa mengerti. Mumet jadinya"gerutuku.

Hingga pulang kerja Hindarto tidak menemuiku. Dengan tenang aku pulang menuju lokasi tempat usaha yang sudah yang akn aku rintis.

"Sore pak Rain"sapa calon Barista yang ku rekrut beberapa hari lalu yaitu mas Ellfard.

Sengaja aku mendatangi beberapa cafe untuk mengetahui seluk beluk membuka usaha Cafe.  Mas Boston lah yang bersedia memberikan semua keterangan tentang cafe.

Setelah pertemuan beberapa kali, aku dan mas Boston jadi akrab. Bercerita tentang backround masing masig. Kadang hingga larut malam kami mengobrol. Mas Boston sudah menikah tapi belum mempunyai anak. Masih muda usianya dua tahun di atasku.

Dari ke akraban kami, mas Boston memberikan asisten Baristanya untuk bekerja nanti di  cafe ku sebagai Barista.
Mas Boston juga yang memberitahu untuk pembelian peralatan peralatan untuk mesin membuat kopi.  Mahal menurut aku. Tapi demi kebahagiaan dan masa depan semua akan aku atasi.

"Sore mas. Gimana kira kira tempatnya, bagus enggak?" tanyaku.

Saat kami berbincang, mas Boston ternyata datang juga kelokasi.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang