54

862 59 9
                                    

Perjalanan panjang menuju daerah pebukitan, membuatku serasa bosan di dalam mobilnya Om Ozhrill. Karena aku hanya melayani bila dia bertanya untuk menanggapi omongannya.

Satu hal yang membuatku ingin melanjutkan perjalanan adalah Om Ozhrill tidak grepe grepe.

"Rain, Om tahu kamu tidak suka akan kepergian ini" katanya

"Maksud Om?"

"Kamu tidak usah pura pura bertanya, Rain. Tadinya om ingin mengajak kamu ke hotel atau semacamnya. Tapi karena kamu dengan halus menolak waktu di kamarmu, om bisa ambil kesimpulan bahwa kamu sebenarnya tidak suka kehadiran Om"

"Tapi Rain membalas ciuman Om"

"Sekedarnya mungkin, ya. Itu bukan kamu Rain. Hanya menyenangkan hati om mungkin"

"Jujur Rain katakan, Rain memang tidak ingin melakukannya. Karena Rain tahu, Om sudah mendapatkannya dari orang lain.
Maaf Om, Rain belum benar benar mengenal dunia ini. Masih ada rasa was was dalam diri Rain"

"Tapi kamu sudah pernah bahkan sering mungkin melakukannya"

Aku menggeleng.

"Rain hanya mengikuti kemauan orang yang suka sama Rain. Kalau murni dari hati, tidak Om. Cukup bagi Rain untuk sekedar mengetahuinya dan merasakannya. Untuk mencari seperti yang Om lakukan sekarang, belum pernah"

"Masih sama teman kamu waktu di hotel itu"

"Tidak Om. Rain memutuskan untuk tidak menemuinya, dan Rain juga melarang untuk mengganggu Rain"

"Sudah punya teman?. Maksud Om, teman pria dekat"

"Ada Om. Sudah punya istri seperti Om. Teman kuliah dulu"

"Sering melakukan hubungan?"

"Jarang" bohongku. "Kami melakukannya disaat dia berhasrat. Mungkin karena dia masih menjaga istrinya"

"Kalian pacaran?" tanya Om Ozhrill setelah menghetikan mobilnya.

"Dia yang memanggil pacar sama Rain. Hati Rain mengatakan tidak ada rasa cinta ke dia. Rain hanya menuruti maunya saja"

"Duku kamu pernah bilang suka sama Om. Sekarang Apa masih suka?"

"Eehmm...enggak tau Om"

"Enggak tau bagaiman Rain. Kalau suka bilang suka, tidak ya tidak"

Aku teridiam sejenak. Lalu aku menggeleng.

"Enggak Om. Rain....Rain...emang pertama lihat Om, sangat memimpikan Om. Belum pernah dalam hidup Rain, memikirkan bahkan membayangkan pria didalam kesendirian Rain. Tapi, wajah Om pernah menghiasi pikiran Rain"

"Kenapa Rain?"

"Lanjut aja Om jalannya. Masih jauh enggak?"

"Ok...Ok...nanti kamu cerita"katanya dan menghidupkan mobilnya.

Aku terdiam memandangi rimbunan pohon yang seakan menari kami tinggalkan.
Tangan kiri Om Ozhrill memegang tangan kananku. Kutatap wajahnya. Wajah yang pernah aku impikan.

Kutarik pelan tanganku dari genggamannya. Aku tidak mau terhanyut dalam situasi ini.

Dia konsentrasi, membelokkan mobilnya ke sebuah Restoran.

"Kamu mau nginap apa gimana Rain"tanya dis saat mau keluar dari mobil.

"Jangan Om. Bisa tanda tanya Ana dan Rein"

"Betul juga ya..heheheh. Tapi suatu saat mau kan"

"Lihat sikon"

"Berarti mau?"

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang