42

1K 63 12
                                    

Di jalanan menuju kediaman Om Morgan, pikiranku ke Fei. Kenapa bisa dia melakukan itu, sementara aku tau, Fei bukan orang sembarangan dalam bergaul.
Tapi semua bisa berobah sih. Tergantung situasi dan kondisi.

Apa dengan tangisannya waktu aku ke rumahnya, akibat dari ini?

Fei...Fei....

Aku melihat Om Morgan berdiri di depan kios isi ulangnya dengan tangannya di kantong jeans yang dipake menyender ke dinding. Kuarahkan motorku agak ke pojokan kiosnya. Om Morgan tersenyum menghampiriku.

"Heiiii Rain, kirain tidak datang" katanya saat aku melepaskan helm dari kepalaku.

"Sore Om. Rain kan bilang datang, gak mau ingkar janji Om" kataku. Dia mengajakku masuk. Kuikuti dia dari belakang.

"Mana Fei nya Om, kok gak ada?"tanyaku karena tidak melihat sosok Fei disana.

"Sudah Om suruh pulang Rain" Om Morgan mengambil minuman dingin dari kulkasnya.
"Om tidak tega melihatnya sedih. Om bisa emosi" Om Morgan menyodorkan minuman kaleng ke aku.

"Harusnya Om temani Fei agar bebannya sedikit ringan."

"Tadinya iya. Tapi melihat dia mual mual rasanya....."

"Om sudah tau siapa laki lakinya?"
Om Morgan menunduk dan menarik nafas.

"Tadinya Om berharap laki laki itu adalah kamu Rain. Mengingat, kalau dia bicara tentang laki laki namamu tidak pernah lepas dari sebutannya. Tapi.....Ronny sudah menodai putri Om"

"Om!! Yang sabar" kataku mengelus elus pundaknya. Tidak kusangka sangka, Om Morgan memelukku.

"Kamu yang Om harapkan jadi menantu Om Rain, bukan Ronny"

"Fei mencintai Ronny Om. Tidak bisa memaksakan keingin kita"

"Kamu suka gak sama anak Om?"

"Rain tidak bisa menjawab Om"
Om Morgan makin merapatkan badannya ke tubuhku. Bibirnya mengenai leherku.

"Om..."
Dia tidak memperdulikan lagi tolakanku. Dia menciumi leherku.

"Om mau apa dari Rain" kataku.
Dia tidak menjawab. Tapi jawabannya ada dibibirku, karena dia menciumku.

"Om tau Rain, kamu juga menyukai Om. Karena setiap Om minta kamu datang, kamu selalu menuruti Om"katanya dan tangannya meraba selangkanganku.

Tatapannya ke mataku seakan meminta yang diinginkannya.

Tangannya menarikku ke kamarnya. Di dalam kamar yang sejuk karena udara AC itu, aku ditelanjangi. Dia masih dengan pakaian lengkap.

"Raiiiinn....kamu ganteng sekali..." bisiknya lalu menjilati dadaku. Tetekku di sedot sedotnya. Tangan kirinya memainkan kontolku.

"Tidur Rain"pintanya. Aku pun tiduran di ranjang empuknya. Aku melihat dia menelanjangi dirinya. Kontolnya sudah benar benar tegang.

"Kamu diam ya..."katanya. Kurasakan enaknya kuluman kontolku di mulutnya. Enak. Hampir sama dengan Virdan. Lihai...kata yang tepat buat Om Morgan dan Virdan. Tidak ada apa apanya isapan Tante Hanna dan Hindarto.

Aku mendesah....menikmati setiap inci mulutnya Om Morgan menyedot kontolku. Setiap tiga per empat kontolku didalam mukutnya, kepalanya kutekan agar amblas semua kontolku hingga kerongkongannya.

"Enak gak Rain" tanyanya setiap dia ambil nafas melepaskan kontolku.

Aku menggangguk. "Enak Om" kataku. Sepertinya aku akan kalah bila terus diperlakukan begini. Maka kutanya Om Morgan.

"Om mau dimasukin atau hanya begini saja Om. Apa Om puas?" tanyaku saat dia merebahkan dirinya di sampingku.

"Sabar sayang. Om masih ingin menikmati tubuhmu"katanya. Lalu menarik tanganku agar aku diatasanya.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang