28

1.2K 59 6
                                    

Aku membaca WA dari Om Ozhrill, karena saat bersama Virdan hanya sekilas aku lihat.

Kuselonjorkan kaki ku diatas meja. Kutarik nafasku dalam dalam. Fikiranku melayang ke kejadian yang barusan aku alami.

"Om Morgan ternyata kau penyuka sejenis. Aku suka caramu Om, yang tanpa basa basi" gumamku. "Tante Hanna, kaulah yang pertama mengusik naluri separuh ke laki lakianku. Aku suka teriakanmu Tante, ketika kamu mencapai orgasmemu" aku tersenyum "Dan Virdan, kaulah pria tampan pertama yang sudah memberiku kepuasan yang selama ini aku bendung." kukepalkan tanganku.

Aku tidak menyadari bahwa Rein, adekku memperhatikanku.

"Obatnya habis bang" tegur adekku Rein. Senyumku seketika melayang. Bias.

"Obat apa? Abang gak sakit" kataku.

"Itu.....! Kaya orang sedeng senyum senyam senyum, tangannya di kepalkan. Artinya apa bang. Gila" katanya.

"Enak aja ngatain abangnya gila. Sudah berapa lama liatin abang" tanyaku.

"Sejak abang duduk. Motor abang Rein denger. Rein intip, ehhhh ada sesuatu"

"Sesuatu....sesuatu...abang mau mandi. Mau pergi lagi entar malam"

"Keluyuran melulu. Kita dicuekin terus" gerutu Rein.

"Om Ozhril, Rein. Nih WAnya"kataku. "Om Ozhril, mau membicarakan Ana dan Zuna"

"Papinya Zuna benar benar suka gak ya sama kehadiran kak Ana. Rein khawatir kak Ana dikasih harapan aja"

"Gak usah berfikiran gitu sayang. Seandainyapun, kak Ana mu tidak diterima, Ana bisa mengatasinya. Karena Ana pikirannya tidak melulu ke Zuna. Misalnya, Ana masih ingin kuliah, bekerja atau apa saja. Tidak seperti orang yang jatuh cinta 100%, kaya Zuna tuh"

"Iya juga sih bang. Kak Ana memang hebat. Hatinya tidak diberikan 100% sebelum jadi."

"Itulah kakakmu. Dia bisa memberikan hatinya terbagi, untuk kita keluarganya, untuk sekolahnya, dan untuk Zuna. Jadi suatu saat bubaran sama Zuna, kecewanya cuma dikiiiiit" kataku dengan menjumputkan ibu jari dan telunjukku.

"Iya udah bang, mandi sana. Biar keren nanti dilihat Om Ozhrill"

"Kamu bilang udah gak bisa diapa apain ketampanann abang, udah mentok"

"Ihhhh...masih bisa. Tapi gantengan Reinlah kemana mana, belum dewasa aja"

"Ehhh adekku, tampan, ganteng, cantik entah apapun itu, tergantung orang yang menilainya. Abang nih, gak pernah merasa bangga kalau ada yang memuji. Sebab itu relatif"

"Iya sih bang. Buat apa tampan, cantik kalau hatinya jelek. Ya gak bang?"

"Itu baru adekku Rein namanya. Udah ah, abang mau mandi dulu" kataku yang di anggukkan Rein. Dan aku pun masuk rumah.

"Bang, darimana aja sih. Lama amat pulangnya" protes Ana saat melihatku."Katanya sebentar"

"Iya Na, banyak yang dibicarakan. Tapi abang dah di rumah kan" kataku.

"Mau dibuatin minum gak bang"

"Gak usah. Ini mau mandi, mau ketemuan sama calon mertuamu. Abang disuruh datang"

"Haduhhh....jadi ribet kan bang Rain. Abang itu kelihatan capek, bang"

"Ahh gak papa. Demi adekku ini"

"Bang, kalau memang tidak ada nanti keinginan Om Ozhrill, diputuskan aja bang. Ana juga gak mau liat abang capek pikiran"

"Lihat nanti. Yang penting adekku yang cantik ini sudah memberikan persetujuan sama abang"

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang