45

921 57 8
                                    

sambungan>>>>

"Ana....!!!. Kenapa? Menangis juga kamu dek" tegurku ke Ana. Dua menyeka air matanya dengan punggung tangannya.

"Ana tidak bisa membayangkan, bang. Suatu saat Ana akan jauh dari Abang dan Rein..." Ana malah menangis sesungguhnya. Suara tangisnya...."Ana merasa tidak sangguuuuppp...."lanjutnya.

Kudekati dia. Kuusap kepalanya. Anak memelukku. Tangisnya pecah.

"Heiii sayang. Anaaaa....!!!. Kedewasaanlah nanti yang bisa membuat jarak antara kita ber tiga, kamu, Rein dan Abang. Sudah hukumnya, Ana. Akan tiba saatnya, 'waktu' itu memisahkan semuanya."

"Ana tidak bisa baaaang" katanya melepaskan tangannya dari pinggngku.

"Mau tidak mau, Ana. Yang penting 'HATI, CINTA DAN SAYANG yang ada dalam diri kita masing masing, tidak akan pudar karena termakan waktu"

"Iya bang" jawab Ana dan Rein berbarengan.

Hati??? Cinta??? Sayang?? Aku yang sepertinya tidak bisa berpisah dari adek adekku ...
Terharu melihat Ana dan Rein, tidak ku tunjukkan di hadapan mereka.

"Oh iya. Rein dan Ana, nanti sore pakai pakaian yang terbaik ya"
Kataku mengubah topik pembicaraan.

Ana mengusap air mata di pipinya, dan Rein mengguncang lenganku.

"Ada apa bang, pake acara pakaian yang bagus?" Rein ingin tahu.

"Iya, ada apa bang" Ana ikut keheranan.

"Selagi masih muda. Abang udah undang fotografer buat motoin kita, di sini. Dan foto Ayah dan Ibu, akan abang perbesar" jelasku.

"Diiihhhh....buat foto aja harus gitu"Rein protes.

"Rein, gak boleh gitu ahh. Maksud bang Rain biar bagus hasilnya. Iya kan bang?" Tanya Ana.

"Betul. Tapi tujuan abang, hanya satu, bahwa kita bertiga inilah anak Ayah dan Ibu. Kita belum ada foto bareng ber tiga" jelasku.

"Tuhhh kan, Abang itu selalu menciptakan momen haru. Coba siapa yang gak akan terharu baaaang" bibir Rein mulai bergetar

"Reiiin...heiii....Ini momen bahagia. Hasilnya bisa kita lihat setiap saat."kataku dan meraih badannya dalam pelukku. Kucium rambutnya.

"Iya bang. Rein akan turut"

"Iya udah, ini beresin Ana. Atau...lanjut tuh makannya" kataku membuat mereka cengengesan.

"Iya gara gara nangis mulu nih, tanggung makannya"kata Rein menyuapi lagi makannya.

****

Menunggu waktu acara yang ku buat untuk Ana, ku hubungi fotografer yang telah aku pilih agar segera datang.

Mumpung pada tukar pakaian, pikirku. Dan aku pun masuk kamarku mengganti pakaianku. Aku harus memberikan yang terbaik untuk adekku Ana. Kak Grace, istrinya bang Anser ku kontek agar segera datang untuk merias Ana.

"Baaaang....bang Rain" terika Ana dibalik pintu kamarku. "Kok pake riasan segala bang" teriaknya memprotes kehadiran istri bang Anser.

Aku membuka pintu, sepatu yang kubeli untuk Ana di tanganku.

"Kenapa Na?" tanyaku.

"Ana mau di rias juga?"

"Biar hasilnya yang terbaik" kataku. Aku melihat Rein sekilas sudah tampan dengan balutan pakaian lengan panjangnya. "Nih, pake"lanjutku memberikan sepatunya.

Ana melihat kantongan yang kuberikan.

"Sepatu bang?"
Aku hanya mengangguk

"Ee ehh" sahutku tersenyum

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang