80

658 52 31
                                    

sambungan<<<<<

"Terus terang 'Ya'. Mas Rain diam saja" katanya. Celana pendeknya di turunkan. Kontolnya di kocok kocoknya sambil tangan kirinya memelukku. Aku hanya diam saja. Lama lama tangan kirinya memegang kontolku. Kutahan sedemikian rupa agar tidak bangun.

Dia berjongkok hendak mengoral kontolku. Tapi kutolak.

"Jangan mas"kataku. Dia tersenyum. Dia tidak jadi melakukannya dan kembali berdiri. Kontolnya sudah tengang. Dadaku di elusnya. Pipinya ditempelkan ke dadaku.

Tidak puas hanya mengocok kontolnya, dia menempelkan kontolnya ke pahaku. Sekuat tenaga aku bertahan untuk tidak membuat kontolku bangun. Aku tidak mau memberi kesan pertama pada Boston dengan menyukai sentuhannnya.
Aku takut dia akan meminta lagi.

Pelukannya ke aku makin erat. Tapi aku berdiam diri. Gerakan gerakan senggamanya makin intens. Nafasnya mulai berat.

"Maaaasss....achhh...ahh..ah..ahh...aaahhgg.....aaaaaahhh" desahannya karena dia sudah memuncratkan air maninya di kontolku. Dia hendak mencium ku tapi kuelakkan sambil berjalan ke shower untuk membersihkan maninya.

"Maafin saya mas Rain" katanya. Kuraih handuk yang sudah di letakkan di rak pakaian dan kukeringkan badanku lalau kupakai celanaku.

Aku keluar dari kamarnya membawa baju kerjaku dengan telanjang dada.

"Pak....." sapa supirnya. Aku sedikit kaget saat masih memakai bajuku

"Ya..."

"Pak Biston kemana pak" katanya.

"Gak tau mas. Tadi saya mandi. Mungkin di ruang lain" kataku tenang agar dia tidak curiga.

"Bapak di pake juga sama boss saya ya"selidik supirnya. "Enggak usah malu pak. Boss saya seorang Gay. Saya dijadikan pemuas nafsunya"terang supirnya. Mataku sedikit mendelik. "Bapak pasti di idolakan sama dia. Bapak lain dari pada yang lain. Tampan" lanjutnya.

"Saya enggak di apa apain" bohongku. "Cuma numpang mandi. Saya bukan Gay" kataku sedikit membalalakkan mataku.
"Secara otomoatis mas memberitahu saya, bahwa mas saa bossnya adalah pasangan Gay. Berarti saya harus hati hati" kataku.

"Maaf pak...maaf." katanya.

"Tuh boss nya. Bukan dari kamar kan datangnya"kataku. "Pikiran mas jorok"lanjutku.

"Udah mandinya mas Rain" kata Boston entah keluar dari mana dia. Pintar sekali ini orang. Kata hatiku.

"Udah mas. Saya sudah siap pergi. Dari tadi supirnya nyari mas"kataku.

"Ok. Sebentar ya mas. Saya ganti dulu. Kamu tunggu di luar aja" perintahnya ke supirnya.

Orang kaya emang beda. Punya seribu pintu kali rumahnya. Bisa gitu. Otakku.

Aku tidak mengingat Boston bila tadi tidak terjadi pertengkaran dengan Ozhrill.
Trick trick yang meraka lakukan berbeda beda untuk mendapatkan keinginannya terhadap aku.

Cukup sudah untuk Boston. Aku akan mencari lagi pemasok yang baru buat keperluan cafe ku. Terus terang, aku tidak suka sama Boston. Performanya jauh di bawah pria pria yang aku kenal. Anggap saja balas budi yang aku lakukan sama dia.

Bunyi hp ku membuyarkan lamunanku. Segera ku lihat layarnya.

"Malam Nak Rain" Om Endru berbicara di seberang sana.

"Malam Om. Ada apa Om nelpon" kataku sedikit ingin tau. Apa karena anaknya Cyan atau yang lain. Aku sudah semakin hati hati sama pria yang menghubungi aku.

"Loohhh nak Rain, Om nelpon aja seperti gugup begitu"

"Maaf Om. Maaf. Kaget saja, gak biasanya nelpon. Apa karena Cyan gitu Om"

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang