Tiba dirumah, Aku dan Rein sedikit terkejut melihat dari jauh ada mobil terparkir di depan rumah kami. Ana belum sampai karena dia menumpang beca dayung.
"Bang, mobilnya bang Zuna bukan" tanya Rein dari belakangku.
"Gak tau Rein. Mobil Zuna kan bukan begitu." jawabku.
Setelah kami mendekat, aku mengintip ke arah teras rumah, Zuna dan Ayahnya sudah duduk.
Rein turun dari motor tapi dia tidak berani lebih dulu masuk.
Dia menungguku merapihkan rambutku."Udah bang. Udah mentok ini. Penampilan diapain juga sudah gak bisa diapa apain" celoteh Rein.
"Iya..iya...ayo" kataku.
Kami pun masuk dan memberi salam."Om Ozhrill dan Zuna pagi pagi begini udah disini, ada apa ya Om" tanyaku sesopan mungkin. "Rwin, bikin kopi" kataku pelan Zuna hendak masuk rumah. Om Ozhrill memandangi Zuna karena kaosnya lengannya buntung dan berlumuran oli.
"Maaf Om. Rein saya jemput dari bengkel. Katanya dia mau belajar montir sama bang Tigor, udah mulai dari kemaren. Jadi kaos yang kemaren dipakai lagi"jelasku menjawab keheranannya.
"Belajar montir?" Zuna yang heran . "Kan masih sekolah, bang" lanjutnya.
"Biar ada modal kuliah nanti Zun. Kaya abang ini dulu" kataku.
Zuna melihat ke Ayahnya.Suara abang beca diluar pagar membuat perbincangan kami terhenti.
"Ongkosnya pak. Terimakasih ya" Suara Ana kami dengar.
"Darimana dia" tanya Zuna.
"Dari pasar" kataku.
Ketika Ana melihat Ayahnya Zuna dia minta maaf gak bisa salaman karena tangannya kotor."Maaf pak, tangan Ana kotor." katanya menundukkan kepalanya. "Ana masuk dulu. Mau minum apa pak?! Bang Zuna?" tanya Ana.
"Udah abang suruh Rein yang buatin" kataku ke Ana.
"Enggak usah Ana. Kami hanya sebentar. Duduk aja dekat kami" kata Ayahnya Zuna.
Anapun duduk disampingku. Rein sudah datang membawa kopi.
"Silahkan Pak. Bang Zuna" katanya dan balik ke dalam untuk mengambil piring tempat kue kue jajanan pasar yang dibawa Ana.
"Rain, bisa bicara empat mata" pintanya. Kami bertiga saling lihat.
"Boleh Om. Kita kedalam" kataku.
Rein yang hendak keluar membawa piring, melihat kami penasaran.
Aku mengambil duduk di bangku meja makan agar sedikit jauh dari Ana, Zuna dan Rein.
"Silahkan Om" kataku.
"Sebelum ke pembicaraan Zuna dan Ana, Om mau tanya. Pertanyanaan pribadi. Jawab dengan jujur Rain" pintanya.
"Silahkan Om. Rain akan jawab secara jujur" jawabku.
"Di Hotel!. Pernah kan ke Hotel"tanyanya. "Ketika kita bertatap muka, apa yang kamu lakukan Rain dengan teman priamu waktu itu" tanyanya. Matanya tajam membuat jantungku tidak karu aruan. Mati aku. Mau jawab apa ini. Kutenangkan diriku.
"Tidak berbuat apa apa Om. Kami hanya..."
"Hanya.....! Hanya apa?"
"Maaf Om. Kalau Om mau membicarakan hubungan Ana dan Zuna, saya rasa tidak ada hubungannya dengan pertanyaan Om"
"Tentu ada Rain. Kamu seorang Gay?" katanya. Pertanyaan itu menghujam ke ulu hatiku.
"Rain bukan Gay" jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)
Fantasy#dewasa #gay #bisex #keluarga Raindra ( Rain) seorang pemuda tampan yang terlambat merasakan dunia Ke GAY an merasa dirinya dipermainakan oleh pria pria yang menyukainya. Rain, tidak ingin melanjutkan hubungan dengan mereka. Dengan membuka usaha Ca...