8

2.1K 68 20
                                    

Pagi yang indah hanya sebentar saya nikmati antara rumah dan kantor. Hanya sekejab.

Setelah memarkirkan motorku, aku hendak masuk kantor. Tapi aku dicegah seorang security.

"Pagi pak Rain" sapanya.

"Pagi pak" sahutku.

"Kalau bisa pak Rain jangan masuk dulu pak. Di dalam lagi rame." katanya.

"Rame? ada acara apa pak?"

"Bukan acara pak Rain. Ini menyangkut pak Rain juga. Katanya masalah di pesta. Saya juga kurang paham. Seorang security tidak boleh nimbrung, padahal tugas kita yang amanin"

"Emang pak boss sudah datang"

"Pagi pagi dia sudah ada. Katanya ditegur seorang direktur. Sekarang pak Virdan sama Pak Kenneth lagi diadili"

"Wah gak bisa dibiarin pak, saya harus masuk" kataku memasuki kantor.

Saat berjalan menuju meja kerjaku, wajah wajah tegang memandang ke aku. Seakan tidak ada apa apa kusapa mereka.

"Selamat pagi semuanya" kataku tapi tak satupun yang membalas salamku.

Belum kuletakkan tasku, pak boss sudah memanggilku.

"Kenapa kamu sampai tampar pak Kenneth kemarin, Rain. Memalukan tau gak. Tindakanmu diluar dugaan Rain. Yang bikin saya ditegur oleh Direktur Direktur rekanan kita, Adekmu bikin masalah"

"Ok pak saya akui saya salah. Tapi bapak juga tidak mendengar aduan sepihak karena tamparan saya. Saya mau tanya bapak, bapak marah gak kira kira, yang bapak tidak lakukan, tapi disebarkan isu isu tentang bapak. Contohnya, bapak saya bilang seorang maling, saya sebarakan ke semua orang, bapak terima atau tidak"

"Iya...eeng..gak lah"

"Sama seperti saya pak. Saya tidak Homo pak, saya bukan Gay, tapi hanya karena Pak Virdan membetulkan kerah baju saya, ditebarkan berita bahwa saya sama Pak Virdan pacaran. Saya juga gak terima pak. Nih biar saya contohkan" kataku dan menuju salah seorang karyawan yang lengan bajunya di gulung.

"Perhatikan baik baik, bila perlu videokan" kataku. Aku minta maaf sebelum melakukannya.

"Maaf ya pak" kataku. Kuturunkan lengan bajunya yang tergulung. Kukancingkan. Lalu aku tersenyum.

"Sudah lihat kan?. Tadi bapak ini melihat ke wajah saya gak? Apakah dengan melihat wajah saya sudah merupakan kemesraan? Apakah Saya dan Bapak ini sudah bisa dikatakan Pacaran?. Kalian lah yang menilai" kataku.

"Dan satu, seandainya saya ini Gay, urusan apa kalian. Mengurus diri sendiri aja kalian tidak becus sok ngurusin orang lain" sambung pak Virdan.

"Ok ok. Sekarang kalian saling salaman minta maaf" kata pak bossku.

"Tidak akan saya lakukan" kataku.

"Rain, orang sebaik kamu tidak mau memaafkan?"

"Mulai sekarang saya bukan orang baik baik lagi. Siapa siapa yang mengusik saya...hehh..." kupukul meja didepan saya, hingga bikin orang kaget. "Akan kuhabisi" kataku pergi menuju meja saya. "Dan Lu, jangan pernah berhadapan dengan saya. Ku sikat kau" kataku mendekatkan wajahku ke wajah Kenneth

"Soal saya ribut dengan Sonny hingga menyeret Adek saya, tolong dihadirkan semua pak. Saya akan hadapi sekalipun saya akan keluar dari perusahaan ini. Sekarang saya mau permisi ijin, terserah bapak mau kasih atau tidak" kataku mengambil tasku dan hengkang dari sana.

"Rain...Rain....kembali bekerja Rain" kata bossku.

"Maaf pak. Kalau ini hari terakhir saya bekerja, tolong besok pagi, surat pengalaman kerja saya sudah diatas meja saya" kataku.

"Keras juga ternyata dia" gerutu bossku yang masih kudengar.

"Dengar ya kalian semua wasit wasit penilai orang lain, si Rain tidak mau pacaran karena dia ingin adek adeknya tamat sekolah dulu. Yang kemaren yang bikin masalah di pesta seperti yang dituduhkan ke dia, masih kelas 1 SMP, si Ana adek perempuannya masih di bangku kls 2 SMA. Rain melakukan itu semua karena mereka sudah yatim piatu. Jadi Rain menjadi sandaran adek adeknya. Bisa gak kalian merasakan bagaiman perjuangan Rain, rela tidak mengenal seorang perempuan demi adek adeknya. Keterlaluan menilai orang negatif" pak Virdan berapi api karena emosi.

Pak boss yang mendengarnya jadi tertunduk.

Pak boss menghubungi Rain.

"Rain, kamu dimana sekarang" tidak ada jawaban. "HP nya malah dimatikan". Gerutu pak boss.

Tiga hari aku tidak masuk kerja. Hari ke dua aku melayangkan lamaran ke sebuah perusahaan. Aku menunggu hasilnya.

Hari ketiga libur yang kubuat sendiri, pada sore hari setelah jam pulang kerja aku kedatangan tamu.

Pak bossku, pak Zaky dan Fei.

Inilah awal Fei sering datang ke rumahku.

"Rain....Rain..." panggilan pak bossku.

Adekku mendekati aku.

"Bang, itu ada tamu" kata Rein.

"Bilang abang pergi melamar"

"Kalau mereka masuk gimana bang"

"Biarkan masuk. Layani saja"kataku. "Ana, temui mereka bawa air putih aja. Kalau mereka minta kopi bilang saja gak punya duit beli kopi"

"Abang iiihhh"

"Udah sana" bisikku.

"Selamat sore pak" sambut Rein. Ketika dia melihat Fei, wajahnya langsung berubah.

"Maaf dek kejadian yang di pesta" kata Fei.

Rein tidak membalas omongan Fei

"Silahkan." Rein menyambut pak bossku.
Pak bossku menanyakan keadaanku dan kemana aku pergi.

"Bang Rain lagi kacau pak. Dia lagi pergi melamar belum pulang dari pagi"

"Melamar?. Si Rain benar benar ya" gerutu pak bossku."Semua salah karyawan"

"Emang kenapa pak Nurdin. Masalah apa antara karyawan dengan Rain" selidik pak Zaky.

"Masalah intern pak" kata pak bossku.

Ana datang membawa air minum dalam gelas. Ana mungkin benci sama Fei

"Maaf ya mba. Harusnya mba mikir datang menemui abang saya. Kalau sudah punya pacar jangan nyosor kaya kemaren. Akhirnya apa? Kami jadi sasaran kalian. Kami lah yang bikin onar, keributan. Padahal jelas jelas pacar mba yang cemburu lihat mba bicara sama abang saya"

"Maaf dek. Maafin kami ya. Saya yang salah. Ronny yang emosian duluan. Sekali lagi saya minta maaf"

"Maaf diakhir gak guna mba. Saya, abang dan kakak saya jadi bulan bulanan Direktur kalian. Biar kami miskin mba, harga diri kami junjung. Mungkin itu sebabnya abang saya mau keluar dari kerjaannya"

"Kamu serius dek ngomong begitu"

"Serius pak. Kenapa harus main main"

"Gini ya dek, tolong bilangin Rain agar menelpon Bapak setiba dirumah"

"HP dilempar kemaren pak saat tiba dirumah. Katanya Bapak membela yang bersalah. Jadi dia emosi waktu bapak telponin bang Rain"

"Hah, sampai hp nya dibanting. Rain..Rain...!! Orang lugu tapi keras kamu" gumam pak Bossku.

"Kalau begitu suruh dia bikin pengunduran diri, suratnya diantar sendiri"

"Sudah pak. Sudah dibikin. Saya yang disuruh antar. Besok saya mau kesana. Atau Bapak bawa sendiri suratnya" kata Rein.

"Serius tinggal antar?" Heran pak bossku.

"Pak, dari tadi kan gak ada yang main main. Hidup kami itu susah pak. Hidup tanpa orang tua, jadi tidak mau lagi membeli kesusahan"

"Enggak....enggak bisa kamu yang antar. Suruh Rain yang datang"

"Ok pak, akan saya bilangin. Tapi kalau dia tidak mau tetap saya atau kak Ana yang antar"

Eeehh disangka kali main main. Kita serius malah dia yang main main.

⌘⌘⌘⌘


𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang