75.

626 52 18
                                    

Kemarahanku terhadap orang orang penghianat itu terbawa sampai ke pembukaan usaha baruku.
Opening Ceremony lah istilahnya heheheh.

Aku mengundang beberapa warga dari lokasi tempat kami tinggal baik didepan atau belakang RT kami. Semua aku serahkan ke pak RT kami baik urusan undangan dan Pedoa. Bang Anser tetangga kami, kuserahkan tugas menyerahkan sebagian undangan agar teman dan saudaranya pada ikutan.

"Bang, orang kita kan banyak pengacara tuh, boleh diundang ya"kataku waktu menyerahkan tugas ke bang Anser.

"Ah, kau Rain. Terpaksa nanti abang ini tanya tanya kalau pengacara'"

"Bukan pengacara semua lah bang. Siapapun bisa, yang penting mereka mau datang acara syukuran pembukaan"

"Oh gitunya. Boleh lah"jawabnya.

Saat acara syukuran pembukaan usaha baruku, ternyata meriah sekali. Untungnya nasi box yang kami pesan tidak kurang. Semua sesuai harapanku. Aku sangat bersyukur.

"Bersyukur lah kita dek Rain atas suksesnya pembukaan usahamu" bang Anser selonjoran karena merasa capek melayani tamu tamu kami.

"Iya bang. Besok mungkin lebih cape lagi, karena besok sudah mulai buka pukul 09.00 s/d 22.00. Ini saja sudah banyak yang WA. Undangan kita sebar kemaren. Rein dan temannya aku suruh, bang"

"Rein ganteng kali kutengok hari ini. Kau tak ada apa apanya dibanding adik kau itu"canda bang Anser. Aku pun tertawa. "Apalagi si Ana, wihhh....artis pun kalah sama dia" lanjutnya geleng geleng.

"Semua anugerah bang. Kan abang yang bilang harus di syukuri apapun bentuknya"

"Ialah. Kau pun."

"Mau coba minuman cafe ku gak bang?"

"Janganlah Rain. Pamali itu. Nantilah abang ke mari. Biar pelanggan yang duluan menikmati"

"Gak papa bang. Toh semua menu Rain dan teman Rain sudah mencobanya. Biar abang bisa kasih nilai"kataku. Bang Anser akhirnya mengangguk. "Mau yang mana bang" kusodorkan daftar menu.

"Wah Rain, bingung pula abang ini kau buat. Tak ngerti aku. Kopi, tapi banyak kali macamnya" katanya mebuat aku selalu tersenyum.

"Abang tinggal tunjuk"kataku.

Setelah bang Anser milih, kupanggil adikku Rein.

"Rein, bang Anser mesan minuman ini" kataku. Rein menulis di note bon sambil mengulang pesanan bang Anser.

"Ada yang lain Pak? Snacknya juga enak enak pak. Menu spesialnya ada di balik menu listnya pak"kata Rein.

"Hei Rein tampan, ganteng. Abang tak ngerti itu. Itu juga abang kau yang suruh. Kau pula, banyak tanya"kata bang Anser dengan mimik wajah yang memerah. Membuat kami tertawa. Rein membawa pesanan bang Anser ke Barista.

"Itu yang aku ajari bang. Pelayanan ke tamu besok." kataku masih dalam tawa.

"Ahhh kalian bikin abang jantungan lah. Harga kopi segelas pun mahal kali"

"Standard cafe atau coffee shop bang" kataku.

Bang Anser memuji minuman yang baru dihabiskannya. Dia berdoa agar usahaku berjalan lancar. Kami mengaminkannya.

"Bang, pulang yok. Gak betah nih pakaian. Gak bebas" Ana sedikit berkeringat ku lihat.

"Iya Rain. Kita baliklah. Abang pun mau ke pajak ( pasar) )lah"Kata bang Anser.

"Sebentar" kataku lalu masuk ke dalam cafe untuk mengingatkan karyawanku untuk pulang nanti jam 5 sore. Dan siap siap besok pagi.

"Besok masuk jam 8 ya. Karena undangan yang disebar Bapak bikin jam 9 bukanya. Baker dan Barista harus sehat."kataku memberi semangat.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang