84

664 54 13
                                    

Keheningan susasana Restoran tradisional tempat yang dipilih Bang Endru untuk makan siang membuat hatiku semakin dag dig dug.

Betapa tidak. Tawaran mobil yang aku tolak dan rasa sukanya Bang Endru terhadap aku, semakin yakin aku bahwa Bang Endru akan bilang sesuatu. Tapi aku tidak berharap seperti itu. Karena dia belum tau akau sesunghuhnya.

"Bang Endru suka masakan tradisinal juga ya walaupun seorang pengusaha sukses."

"Makanan ini tidak bisa abang lupakan Rain. Kesuksesan seseorang tentu ada latar belakngnya. Termasuk kamu kan? Mau di kasih mobil saja nolak dengan alasa psikologi adik adik mu. Sama seperti abang. Walaupu abang hanya pewaris perusahaan, tapi orang tua abang selalau mengajarkan kesederhanaan. Termasuk makan ini."

"Kenapa abang tidak lakukan juga seperti orang tua abang ke Cyan"

Bang Ebdru berhenti makan. Hanya menatap piringnya.

"Maaf bang kalau bikin abang tersinggung. Bukan maksud Rain..."

"Gak papa Rain. Its Ok."katanya sambil mengaduk aduk gado gado dipiringnya. "Cyan terlahir sudah punya orang tua berkecukupan. Sejak kecil apapun permintaannya selalu dituruti Ibunya. Abang kan sibuk kerja. Jadi Cyan sama Ibunya selalu dekat. Dan itu juga yang membuat Abang sama Kakakmu tidak bisa menolak ketika pria itu dibawa ke rumah. Kecewa sekali abang dibuatnya"

Aku hendak menyuapkan makananku ke mulutku tapi tidak jadi karena ada telopon masuk.

"Hallo" sahutku.

"Dimana kamu Rain"

"Lagi makan siang"

"Share lokasimu, Mas mau ketemu"

"Baik akan aku share. Datang aja kemari"kataku. Om Ozhrill semau dia aja. Sudah ditolakpun masih maksa.

Tapi ini waktu yang tepat untuk menyingkirkannya. Aku akan kenalkan Om Endru sebagai pacarku. Aku tidak perduli lagi akan apa yang terjadi nanti.

WE WILL SEE.

"Siapa Rain? Dia mau bertemu disini?" tanya bang Endru.

"Iya bang. Teman. Nanti abang Rain kenalin" jawabku.

"Rain, abang tidak mau dikenalin kalau dia teman akrabmu atau teman kantormu. Bisa jadi pertanyaan"

"Gak usah panik bang. Hanya teman saja. Kami ada urusan penting" jawabku. Kenapa Bang Endru sepanik ini ya....
Apa dia takut ketahuan belangnya?
Atau takut orang yang datang adalah bekas pacar atau pacarnya...? Kan dia belum tahu aku ini Gay....Panik begitu. Atau dia sudah pernah memata mata aku seperti yang dilakukan Om Ozhrill?

"Habiskan makannya Rain. Biar kita santai"

"Baik bang" kataku. Kuhabiskan makanku yang memang tidak seberapa banyak bila dibandingkan dengan warteg dekat kantorku.

Kamipun pindah tempat ke kursi yang menghadap kolam. Sepertinya tempat ini tidak asing lagi bagi bang Endru.

"Setiap akhir pekan Abang sama kakaku selalu makan disini Rain. Favourite kami disini. Masakan tradisional. Kami tidak suka junk food. Beda sama Cyan."

"Kalau Rain beda lagi bang. Warteg itu kesukaan Rain hahahah" tawaku. "Itukalau kerja bang. Kalau di rumah tetap masakan rumahan yang dimasak adikku Ana" kataku.

"Tawamu Rain. Renyah"
Aku terdiam. Lalu Bang Endru mencoba mengalihkan pembicaraan nya tentang menu warteg yang tidak basi basi. Kami membahasnya hingga telpon Om Ozhrill masuk lagi memberi tahu dia sudah diparkiran.

Ku beri tahu dia kami ada di bangku kolam ikan samping Resto.

Setelah beberapa saat aku berdiri melihatnya. Kulambaikan tanganku memberitahu kami berada.

"Oh...bukan sendiri ternyata"katanya ketika melihat Bang Endru. Aku yakin dengan melihat ketampanan Bang Endru si Ozhrill pasti naksir. Tapi bodo amatlah. Aku hanya mengenalkan Bang Endru sebagai pacar ku walaupun Bang Endru tidak kuberi tahu.

Dengan begitu secara tidak langsung, aku mengumumkan ke bang Endru bahwa aku adalah Seorang Gay. Soal dia suka sama Ozhrill atau sebaliknya urusan mereka lah. Yang pasti aku tidak mau lagi sama Ozhrill.

"Kenalkan Mas. Teman Rain"kataku mereka pun bersalaman.

"Mas ingin bicara"paksa Ozhrill.

"Maaf mas. Mas tidak berhak memaksa aku. Karena dia adalah Pacar Rain" kataku dan duduk disamping Bang Endru sambil memegang tangannya.

Bang Endru seperti kesengat tawon. Matany membelalak melihat wajahku. Dengan berani dia memelukku.

"Biadab kamu Rain. Kamu mempermaikan aku" kata Ozhrill sedikit emosi.

"Tidak ada yang dipermainkan. Rain yang mas permainkan. Sekarang mas sudah tahu Rain sama pacar Rain, silahkan mas. Rain kira tahu mana jalan keluar dari restoran ini"

"Kita belum selesai Rain"dia menunjuk aku.

"Semua sudah selesai mas. Termasuk hubungan Ana dan Zuno. End" kataku.

"Kamu jangan harap bisa lepas dari aku"

"Dan kamu jangan harap bisa menemui aku. Bilang sama Zuno untuk tidak datang datang lagi menemui adikku. Sudah cukup sandiwaramu Ozhrill"

Ozhrill mengepalkan ke dua telapak tangannya. "Aaahhhh" teriaknya.

"Ok ok. Kita bicara baik baik. Mas mau bicara"

"Bicara aja. Biar pacar Rain tahu. Karena kami sudah sepakat tidak boleh ada yang disembunyikan. Jadi go ahead mas, bicara"

Dia mendekat ke aku. Dan meraih tangabku. Dia hendak menciumku di depan bang Endru. Tapi kuelakkan.

"Kamu pikir Mas tidak tahu? Kamu pura pura memeluknya agar Mas tahu kamu punya pacar?" Katanya dan melepaskan tangannya.

"Pura pura? Rain tidak pura pura" kataku. Aku mencium bibirnya Bang Endru di depannya. "Sudah lihat kan. Masih bilang pura pura"kataku. Bang Endru memoles bibirnya dengan jarinya. Lalu menarik badanku dan menciumku kembali.

Asuuuuuuuu. Kesempatan bangey nih bang Endru. Tapi aku tetap akting.

"Mas tidak percaya. Entah dari mana barusan kamu datangkan dia. Mas belum percaya. Mas akan dan selalu akan datang menemuimu"

"Jangan harap ada yang bernama Rain ada di hadapanmu. Sudah tahu artinya kehilangan mas? Lakukan selagi kamu bisa. Dengan siapapun. Karena dari kemaren kemaren nama mas sudah aku coret dari hatiku. Sekarang tinggalkan kami" kataku

"Belum selesai Rain. Ingat itu"

"Aku yang sudah menyelesaikannya"

Ozhrill pergi meninggalkan kami dengan penuh emosi.
Dadaku masih naik turun karena menahan amarah terhadap Ozhrill. Bang Endru menenangkanku dengan mengusap usap punggungku. Dia mengarahkan bibirnya ke mulutku. Segera aku berpindah.

"Rain. Abang suka mendengar kata katamu. Abang ini pacar kamu. Abang ingin sekali Rain. Itu yang akan abang bilang sama kamu"katanya.

"Maaf bang. Itu tadi Rain lakukan agar laki laki itu tidak mengganggu hidup Rain"

"Abang yang akan ganggu hidupmu Rain. Abang suka sama kamu. Betarti abang tidak bertanya tanya lagi, apa kamu gay apa bukan."

"Maaf bang. Kita harus pulang. Rain ada kerjaan"

"Katakan Rain. Katakan..bahwa kamu juga suka sama abang"

"Maaf bang. Bukan waktunya. Rain masih banyak pikiran. Antar Rain pulang. Kalau tidak mau biat Rain naik ojol" kataku.

"Baik Rain. Abang akan temani kamu sepanjang kamu di cafe. Abang tidak mau kehilangan wajah tampan mu. Ayo. Biar abang antar" katanya lebih dulu melangkah. Aku tertegun melihatnya. Kakiku seperti tidak bisa digerakkan.

"Rain...." panggilnya. Aku tersadar apa yang telah kulakukan sama bang Endru itu adalah salah. Ini semua karena si Ozhrill codod albino itu. Sialan. Ketahuan sudah aku ini siapa.

༺★★★༻




𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang