53

840 60 23
                                    

sambungan<<<<

"Rein" sebut Om Orizhon. Dia berdiri melangkah menuju Rein. Rein dipeluk. Aku sedikit tidak terima dia memeluk adekku,  karena Om Ozhrill seorang bisex. Aku gak mau dia melakukan hal itu ke adekku.

"Ehhmm...Om"kataku. Om Ozhrill melepaskan pelukannya dari Rein. Dia melihatku. "Benar Om. Rain juga sudah bilang sama Zuno, dia boleh datang kapanpun dia mau. Kami sudah membuat sebuah komitmen"

"Komitmen? Maksudnya?" Om Ozhrill kembali ke duduknya. Ana pergi ke dapur untuk membuatkan kopi.

"Iya sebuah komitmen secara lisan. Zuno memberi kesempatan  untik Ana Kuliah. Dan kapan Ana  siap untuk menikah selama kuliah, Zuno baru melamarnya" terangku.

"Dan Ana?"

"Ana Kuliah, hanya untuk cita cita sekaligus agar bisa melewati batas usia menikah bagi seorang perempuan, pak" jawab Ana.

Om Ozhrill berdecak kagum mendengar jawaban Ana.

"Ana....Om bangga sama kamu. Zuno tidak salah memilih, kamu dengan segala keanggunan dan kecantikanmu, juga memiliki hati dan pemikiran dewasa. Om akan menebus kesalahan Om yang kemaren. Om akan adakan syukuran untuk ulang tahun Ana sekaligus syukuran lahirnya kembali Zuno"

"Maksud Om, Lahirnya kembali Zuno?" Rein yang bertanya.

"Om mersakan, betapa Zuno terpuruk karena Cinta. Om ikut merasakan betapa dia menderita. Dia seperti Zuno yang baru sekarang"

"Rain fikir tidak usah Om. Rain takut terulang lagi."

"Rain, Om jamin tidak akan ada yang lain. Om akan adakan di luar sekalian weekend atau liburlah"

"Maksud Om liburan gitu?"Rein yang bertanya. Om Ozhrill mengangguk.

"Iya, sekalian refreshing"jawab Om Ozhrill.

"Tidak bisa Om, Ujian akhir sudah dekat. Ana dan Rein konsen belajar"kataku.

"Minggu depan sudah ujian akhir, pak" timpal Ana.

Om Ozhrill mengernyitkan dahinya dan jarinya menggaruk garuk kepalanya

"Gini aja, Rein dan Ana sukanya ke mana? Laut, Alam terbuka atau ke mana?" tanya Om Ozhrill.

Ana dan Rein saling pandang, lalu melihatku, seakan bertanya boleh atau tidak.

"Tidak usah Om. Bikin repot Om saja nantinya"timpalku.

"Rain, jangan keputusanmu sendiri. Rein dan Ana mungkin menginginkannya"balas Om Ozhrill.

"Rein mau Om. Pantai dan laut Rein suka"kata Rein.

"Rein...."wajahku agak kucemberutkan.

"Ana juga mau. Laut Ana suka"imbuh Ana lagi. "Habis ujian kan Pak?"

"Iya habis ujian. Zuno pasti senang"lanjut Om Ozhrill.

Sebenarnya Aku juga sudah berjanji akan membawa adek adekku liburan waktu aku dan Hindarto memadu kasih di Hutan Lindung itu. Mungkin ini lah saatnya adek ku bisa menikmati liburan yang kujanjikan tapi didapatkan dari calon mertua Ana.

"Bang Rain kalau tidak mau ikut, Rein dan kak Ana tetap pergi bang" Rein sangat menginginkan rupanya.

"BALI. kita akan ke Bali" kata Om Ozhrill sambil melirikku. Aku tersenyum.

"Woooww.....Bali kak Ana" teriak Rein bahagia. "Mau Om, Rein mau..."katanya. Ana juga bahagia sekali ku lihat.

"Iya udah. Kalian boleh pergi. Abang tidak bisa" kataku.

"Bang, jangan mengurangi kebahagiaan kamilah. Please ikut ya. Abang kan tau, Ana dan Rein enggak bisa tanpa abang" kali ini Ana yang meminta.

"Rain, kenapa sih kalau ikut mendampingi adekmu?. Mereka gak bisa berbuat apa apa tanpa kamu. Kamu adalah nadi mereka. Nafas mereka....Om sudah mengenal kalian. Ikatan darah di tubuh kalian tidak bisa dipisahkan"Om Ozhrill sepertinya tahu isi hatiku, bahwa aku lah yang mengatakan itu, Ana dan Rein bagai Nadi dan Nafas dalam hidupku.

"Ok, Rain ikut"kataku. Ana dan Rein memelukku. Om Ozhrill tersenyum dan main mata ke aku. Om Ozhrill membuat jarinya melambangkan Cinta. Tentu tidak dilihat ke dua adekku karena sibuk dengan pelukan mereka ke aku.

"Kalau begitu, Om pinjam Abang kalian dulu ya. Om mau ketemu Tante kalian dulu tentu sama Rain. Boleh kan?" Pinta Om Ozhrill.

"Mungkin lain waktu aja Om. Rain mau istirahat. Banyak masalah kantor yang menguras pikiran"alasanku menolak secara halus ajakan Om Ozhrill.

Om Ozhrill terdiam setelah mendengar penolakanku.

"Bang, kali aja ada hal penting. Ikut aja. Dirumah juga gak ngapa ngapain" saran Ana.

"Iya bang, Rein dan Ana tidak apa apa kalau bang Rain menemui tante. Membuktikan bahwa kita tidak ada sakit hati"

"Rein. Abang...."kataku terputus karena dipotong Om Ozhrill

"Ayolah Rain. Sebagai orang tua Ana dan Rein, perlu kita bicara sama tantemu" pinta Om Ozhrill.

M o d u s!!!. Kata itu yang ada di fikiranku. Aku belum bisa menerima kenyataan, bahwa dia berpacaran dengan pria ngondek.

"Baiklah. Rain akan ikut" kataku akhirnya.

Ana dan Rien begitu bahagia aku lihat. Demikian juga Om Ozhrill. Senyumnya tak lepas lepas dari bibirnya.

"Sebelum pergi, kita makan siang ya Pak. Ana lagi masak" kata Ana.

"Iya Om, makan sama kita ya. Belum pernah merasakan masakan kak Ana kan, Om" kata Rein.

"Masak apa calon mantu Om ini" tanya Om Ozhrill dan bangun dari duduknya menuju dapur.

"Wahhh. Enak ini. Sayur asem, ikan teri Medan dan ikan mas bakar." katanya. "Pintar masak kamu rupanya. Nanti buat Zuno betah dirumah dengan masakanmu" bisiknya.

"Ahhh Bapak. Masih jauh pak"kata Ana tersipu sipu.

"Ya udah lanjut ya. Om mau istirahat dulu."kata Om Ozhrill.

"Rein, beresin tempat tidur bang Rain. Bapak mau istirahat menunggu makan siang" teriak Ana.

Aku yang mendengar ternganga. Mau istiraht di kamarku?? Busyet dah. Banyak kali pun kutengok cangkuneknya si Tampan Ozhrill ini.

Rein buru buru masuk kamarku. Om Ozhrill yang mendekatiku memonyongkan bibirnya ke aku.

"Kudapatkan kamu sayang" bisiknya.
Aku terdiam. "Kenapa? Tidak suka?" lanjutnya berbisik.
Aku tetap diam tidak berkata apa apa.

"Om, silahkan Om. Istirahat di kamar bang Rain" kata Rein memanggil Om Ozhrill.

Om Ozhrill masuk kekamarku dan menutup pintu.

Aku sengaja tidak mendekatinya, karena jelas aku tahu, dia akan melakukan keinginannya yang tertunda selama ini.

Menunggu Ana selama masak, ternyata Om Ozhrill tertidur.

"Na, Om Ozhrill ketiduran" kataku setelah membuka pintu kamarku untuk melihatnya.

"Iyahhh gimana ini. Masakan sudah siap"kata Ana.

"Biar abang bagunin pelan pelan"kataku. Akupun masuk kamarku. Aku duduk disampingnya untuk membangunkannya.

Ketika ku sentuh bahunya, badanku langsung diraihnya dan didekapnya hingga aku terjatuh ketempat tidur.

Bibirnya menciumi bibirku. Aku membalasnya. Tangannya meraba kontolku dengan ciumannya tidak dilepas.

"Makan dulu Om"bisiku.

"Berarti kamu mau kan?"
Aku mengangguk. Dia menciumi pipiku.

"Kontolmu Rain. Om suka"katanya pelan. Aku hanya tersenyum.

"Kita keluar Om"

"Iya. Kita keluar"
Saat kami bangun dari tempat tidur sudah berdiri di lantai, om Ozhrill masih memelukku dari belakang. "Om sudah tidak dengan siapa siapa, Rain"bisiknya. Tidak ku respon kata katanya, aku melangkah menuju pintu. Masih sempat sempatnya dia mencium kepalaku.

Di meja makan, kami bahagia dengan santapan ala kadarnya.

Om Ozhrill menikmatinya.

✯✯✯༺༻✯✯✯




𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang