Aku tidak bisa menjawab menjawab ketika Ana dan Rein menanyakan tetang liburan yang di janjikan Om Ozhrill ke Bali.
Bagaimana aku bisa menerangkan kalau sebenarnya akulah yang bilang ke Om Ozhrill tidak usah jadi liburannya karena emosiku.
"Bang, ini kan dah gak belajar lagi. Luburan yang Om Ozhrill janjiin gimana beritanya bang" tanya Rein waktu kami sarapan pagi di suatu Sabtu.
"Gak tau Rein. OmOzhrill sibuk kali"alasanku.
"Gak jadi dong bang liburannya"
"Heeeii, jangan lemes gitu ah"
"Gimana eggak lemes bang. Bali itu impian semua orang buat libur"katanya menyender di kursinya.
"Rein, selama ini kita gak pernah libur liburan gak masalah kan. Kita tetap hidup. Ngapain mikirin"Ana memberi semangat pada adekny.
Sekejab aku berfikir. Apa aku minta izin barang dua hari ya buat menemani adek adekku. Tapi aku lagi gak baik hubungannya sama Hindarto.
Padahal Hindarto juga pernah mewacanakan untuk liburan. Tapi itu aku tahu maksudnya. Ada tujuan tersembunyi atas ajakannya.
"Bentar ya"kataku menyelesaikan makanku.
"Mau mengubungi Om Ozhrill ya, bang" tanya Rein berbinar binar.
"Enggak"jawabku membuat Rein menyender lagi dengan tidak semangat. Aku masuk kamarku, melihat amplop amplop yang isinya belum pernah aku sentuh.
Aku tersenyum. Karena untuk tiket sekali pergi pulang cukup untuk ber tiga. Tabungan gajiku masih cukup untuk semuanya. Ku kepalkan tanganku dan aku pun keluar menemui adek adek ku.
"Rein, abang mau tanya"
"Tanya aja"jawabnya malas malasan.
"Ini kan masih pagi. Kamu benar benar mau liburan"
"Iya ialah bang. Pakaian aja dah Rein siapin"
"Ana?"
"Kalau Ana sih tergantung bang"
"Tergantung apaan sih kak?" Rein yang sewot.
"Kalau diajak ya ayo, kalau enggak juga gak papa"jawab Ana.
"Kalau begitu, Ana tidak abang ajaklah. Abang sama Rein aja yang pergi. Ke....B a l i"candaku.
Rein yang mendengar kata kataku langsung berjingkrak kegirangan dan memelukku
"Terima kasih abangku yang cakep, ganteng dan semua dah yang bagus bagus" katanya.
"Abaaaaaaanggg ihhhh...."
"Katanya tergantung"masih candaku.
"Ana ikut bang. Kalau Papinya Zuno tergantungnya bang" Ana serius.
"Kalau begitu, siapin semua. Nanti sore kita berangkat. Perlu kalian tahu, ini adalah janji abang ke diri abang untuk bawa kalian liburan"
"Makasih abangku. Uuhhh...abang emang gak ada duanya" Ana menarik tanganku dan menciumnya.
Rein langsung prepare. Dari kamarnya dia berteriak menanyakan berapa hari liburnya.
"Senin sore kita pulang. Atau selasa pagi"kataku.
"Selasa pagi aja bang" tawarnya lagi.
Aku hanya tersenyum. Berarti dua hari aku harus minta izinnya ke Hindarto.Hindarto? Sedang apa dia ya?
Ahhh ngapain mikirin dia. Aku bangkit dari kursi ku dan masuk kekamar mempersiapkan beberapa potong kaos dan dua celana jeans. Cukup aku rasa.Setelah ku siapkan, aku keluar kamarku manggil Ana untuk mengepaknya.
"Bang, Biar Rein aja. Ini dah selesai"kata Rein sambil keluar dari kamarnya penuh semangat membawa ranselnya.
"Dihhhh dah main dikeluarin aja tuh tas. Berangkatnya juga belum tahu"godaku lagi.
"Abang serius gak sih"
"Galak amat nih si tampan"kataku.
"Seriuslah adekku sayang. Ini mau mesan tiket. Sini in kartu pelajarnya, Ana mintain kartu pelajarnya sekalian biar abang booking tiket"kataku yang disambut dengan bahagia.Rein sibuk dengan pakaianku sementara aku memesan tiket lewat aplikasi di hp ku. Ternyata tidak begitu mahal.
"Mungkin hotel dan makannya nanti yang mahal. Tapi demi adek adekku gak papalah" gumamku. Budgetku masih cukup untuk itu. Tidak mengambil tabungan buat kuliah Ana.
Kupastikan lagi sebelum ku save untuk membayarnya di mini market terdekat. Klik. Dan nomor resi pembayaranpun nongol di hpku.
"Rein, Ana. Kalian siap siap ya. Jam 12 siang kita ke Bandara. Abang bayar tiket dulu sebentar" kataku
"Bang beli minum sekalian ya sama snacknya. Soalnya kata teman teman Rein, di Bandara sama Pesawat semua mahal mahal"
"Iya biar abang beliin sekalian buat kalian" kataku.
Dengan menaiki motorku, aku ke mini market untuk membayar tiket kami. Sampai disana langsung memberi kode di hp ku ke kasir.
Beres urusan dengan tiket. Sekarang belanja buat adek adekku tersayang.Aku melihat lihat jenis makanan ringan di rak rak yang terpampang. Saat itulah aku di kejutkan suaranya Hindarto.
"Rain" panggilnya. Aku menoleh ke dia yang sudah dekat denganku.
"Kok bisa tahu Rain ada disini pak" sopan aku bicara.
"Jangan begini dong cara Lu memusuhi gue" sambutnya.
"Memusuhi?? Siape nyang musuhin Lu?"
"Ini apa namanya. Pergi liburan gak kasih tau gue. Dulu pernah gue tawarin lu nya nolak."
"Maaf pak boss. Nanti aja bicaranya. Mau beli keperluan Rein dan Ana, jam 12 kami harus ke Bandara"
"Gue ikut"
"Ikut?"
"Nyusul maksudnya"
"Terserah pak boss aja itu mah. Gak ada hubungan dengan saya"kataku masih dalam kesopanan sambil memilih milih snack dan memasukkan ke keranjang. Saat aku menoleh lagi Hindarto sudah tidak ada. Aku melihat ke semua arah ternyata dia ada dikasir. Aku hanya berfikir dia membayar apa yang dibelinya.
Aku membawa belanjaanku ke kasir untuk membayar. Dia masih disana. Kutunggu dia sampai selesai.
"Nih tiket dah gua bayar buat gue sama anak istri gue. Dengan jam penerbangan yang sama mungkin. Gue balik dulu prepare dan sampai ketemu" bisiknya.
Aku diam saja dan melihatnya keluar dari minimarket.
"To...To...gua gak habis pikir cara jalan pikiran lu" kata hatiku.
"Ini aja semua pak?. Pulsa atau yang lain?" kasirnya menanyakan. Aku menggeleng.
Segera setelah kubayar, aku pun pulang. Di dalam rumah, Rein menceritakan kedatangan Hindarto.
"Abang sudah ketemu. Dan udah balik dia"kataku. Kusodorkan belanjaan pesananan mereka dan langsung dipindahkan ke kantong yang lebih rapi.
"Ana masak aja lagi ya bang, buat makan siang. Biar nanti gak laper."anjuran Ana yang kuangukkan. "Biar habis nasinya, sayang kalau ditinggal 2 hari"lanjutnya.
"Rein, udah gak ada yang kelupaan?" tanyaku. Rein menggeleng. "Abang istirahat dulu ya, masih 4 jam an lagi" kataku.
"Biar Rein yang bangunin kalau abang ketiduran"
"Ok abang masuk kamar dulu"kataku.
Di tempat tidur, mataku tidak bisa terpejam. Hindarto dan Om Ozhrill menyumpal di pelupuk mataku. Kebaikan Hindarto tidak bisa kupungkiri. Rasa cintanya? Sampai saat ini aku belum bisa mengatakan bahwa aku juga mencintainya.
Om Ozhrill? Rasa ini tidak pernah akan aku utarakan. Aku suka sama dia. Walaupun aku menolaknya berkali kali, tapi kuakui hanya karena prianya itu dan dia akan menjadi mertua dari adekku, itu yang membuatku menahan rasa.
Dan satu lagi kekhawatiranku bila menerima tawarannya di pebukitan dulu untuk menjadi pacarnya, uang dan pesonanya bisa menaklukkan pria pria manapun. Apa tidak sakit hati yang timbul???
Aku terlelap terbawa arus pikiranku.
༺★★★༻
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)
Fantasía#dewasa #gay #bisex #keluarga Raindra ( Rain) seorang pemuda tampan yang terlambat merasakan dunia Ke GAY an merasa dirinya dipermainakan oleh pria pria yang menyukainya. Rain, tidak ingin melanjutkan hubungan dengan mereka. Dengan membuka usaha Ca...