73

669 54 12
                                    

Sengaja aku tidak menemui mas Boston malam itu. Aku masih berfikir panjang untuk memulai koneksi ke pria yang baru ku kenal. Aku ingat lagi kata kata Om Ozhrill, bahwa penglihatannya terhadap kami waktu di cafe usahaku lain dari pada yang lain.

Aku tidak mau lagi terjebak. Sudah cukup yang pernah yang ku alami saat ini. Konsentrasiku cukup buat usahaku. Tidak memikirkan lagi tentang sex, karena aku sudah ada Om Ozhrill dan Hindarto.

"Mas Rain, kok tidak ngasih kabar bisa ketemuan apa gak nya" WA mas Boston ketika aku sedang tiduran di kamarku.

"Maaf mas, ini aku masih di kantor"

"Bisa datang gak ke kantornya mas Rain"

"Sekali lagi maaf mas. Ini kami lagi ada meeting penting.  Maaf ya mas, nanti kita lanjutkan" balasku dan menutup hp ku.

Aku jadi bertanya tanya. Ada apa sebenarnya dengan mas Boston sampai ngotot ingin bertemu denganku.

Kalau masih ada yang mau dibicarakan gak harus bertemu aku rasa. Sejenak aku berfikir, apalagi yang belum kira kira yang di butuhkan.

Kasir, waiter/s, pembukuan aku tangani sendiri, barista, pembuat kue dan makanan lain sudah ada termasuk adikku Ana dan Rain akan aku karyakan. Soal pembelanjaan sudah ada agency, hanya menunggu mesin saja. Semua sudah lengkap aku rasa untuk pemula. Kenapa mas Boston pengen ketemu?

"Bang Rain, saya mau ketemu bisa gak bang" Cyanne

"Boleh, tapi jangan sekarang sudah malam soalnya. Besok kerja"jawabku. Tumben dia mau ketemuan. Kemaren kemaren kemana aja diajak mau bertemu susah.

"Besok Lepas maghrib ya bang. Di my office"

"Ok."

Bingung akan sikap Cyanne. Awal mula bertemu begitu perhatian, lama lama seperti gak ada perhatiannya sama sekali.

Karena belum terlalu malam, aku mencoba keluar ke Mall. Kali ini aku mengajak Rein adikku hanya sekedar melihat menu menu yang di jajakan di cafe mall.

"Bang, udah malam ini" protes Rein adikku.

"Sebentar aja. Abang hanya melihat menu menu di cafe terkenal di mall"terangku."Nanti kamu cicipin ya"lanjutku.

"Boleh lah bang. Tapi Rein ngekor aja ya. Malu kalau salah, enggak pernah ke cafe"

"Iya, kamu ikut abang aja"kataku.

Setelah permisi dari Ana kami pun berangkat.

Lantai 5 Mall yang kami kunjungi lumayan ramai cafe yang aku akan lihat lihat.

"Tata Ruang yang bagus" gumamaku. Konsep yang patut di contoh.

Kami memasuki cafe dan mengambil duduk dekat dinding.
Kulihat lihat menu nya. Menu coffee dan snack yang tertulis. Ku foto agar bisa nanti perbandingan di coffee shop ku.

Kupesankan capuccino latte untuk ku, sedangkan Rein memilih Dark Choco serta snacknya dibaluri pasta.

"Nanti di tempat abang bikin begini"tanya Rein setelah pesanan kami di meja.

"Makanya abang rajin cari info adekku"kataku.

Baru saja Rein menyeruput Dark Choconya, matanya melihat sosok yang dia kenal.

"Bang ...bang..." tangannya menyentuh tanganku.

"Apa" kataku.

"Itu. Om Papinya Zuno sama Om Virdan"bisiknya. Aku tidak melihatnya.

Rein berdiri lalu meninggalkan bangkunya. Mataku ku arahkan.
Benar saja Om Ozhrill berduaan mau keluar dari cafe bersama Virdan.

Kutenangkan hatiku dan kusapa mereka. Aku tidak mau membuat suasana runyam karena Rein ada bersamaku.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang