16

1.4K 57 16
                                    

Pasar tradisional pagi itu begitu rame. Aku dan Ana belanja buat nanti siang, buah dan sayuran ala kadarnya semacam lalapan karena Hindarto dan Istriya sudah berjanji bawa lauk Opor Ayam.

"Bang!!! Abang tunggu di motor aja ya, ini becek pasarnya" saran  Ana.

"Uangnya dibawa gak" kataku mengingatkan.
Ana merogoh kantongnya, karena dia tidak punya dompet.

"Ada bang, ada. Ana ke penjual yang dekat dekat aja. Abang tunggu aja" kata Ana meninggalkanku.

Akupun duduk menyender ke motorku. Sebatang kretek filter kunyalakan guna mengusir dinginnya pagi.

Dengan jakcet plus topi menutup tubuhku, orang orang tidak ada yang perduli satu sama lain, selain kesibukan masing masing kuperhatikan.

Aku baru ingat bahwa Bang Anser jualan di pasar. Aku pergi untuk menemui Ana. Mataku ku tujukan kepada pembeli yang berjubel. Tidak kutemukan dia.
Pikiranku hanya satu, Ana. Dengan sedikit bergumam : "Ana, udah dimana kau dek" ku awasi ke pembeli.

Ketika seorng pembeli berdiri di depan penjual aku langsung mendekati.

"Ana....Ana..." panggilku.
Ana melihat ke arahku. Kulambaikan tanganku memanggilnya. Ana pun datang.

"Ada apa bang, belum dapat nih belanjaan" katanya.

"Abang baru ingat Ana, bang Anser. Dari pada ke orang lain lebih baik beli sama bang Anser" kataku.

"Iya..ya...kenapa gak ingat dari tadi ya Bang. Udah bang, telpon aja, bang Anser pasti ada" usul Ana dan langsung ku hubungi.

Setelah berbicara di telpon, Bang Anser yang datang menjemput kami di luar dan membawa kami ke kiosnya. Ternyata lengkap semua. Dari ikan asin yang di jaga bang Anser dan sayuran yang di jaga Istrinya.

"Rain...Rain....mau belanja aja kok repot kau" katanya sambil menuntun kami ke kiosnya

"Bang, dari pada ke orang kan lebih baik le abang. Kakak bisa pilih yang terbaik" kataku

"Acara apa rupanya, sampai pangeran tampan ini yang belanja"

"Teman mau datang. Sudah lama tak jumpa. Dia sama istrinya mau bawa anaknya. Dia dah janji mau bawa lauk dari rumahnya. Jadi pelengkapannya ya biar Rain yang beli" kataku. Ana dan istrinya bang Rain, sibuk memilih milih sayuran.

"Kalau mau beli buah noh sama edaku, tuh yang berdiri" kata istrinya bang Anser mengarahkan Ana. Aku dan bang Anser sedang ngobrol.

"Kakak sajalah yang beli" kata Ana sambil kulihat ke kios  saudaranya yang menjual buah buah segar.

Setelah semua keperluan kami, yang kami inginkan di tangan kami, kami pun pamit sama bang Anser dan Istrinya.

"Lain kali kalau mau beli telpon dulu kau Rain. Masa abang kau ini tak ingat pula kau." kata bang Anser.

"Hehehe..Bang Anser jangan ngomong gitulah. Ingatnya aku. Mana bisa lupa sama abangku yang baik ini" kataku menepuk pundaknya.

"Atau, kalau mau dibawakan, biar kakak yang bawa. Jadi tak repot kalian." timpal istrinya.

"Bereslah Kak" kataku. "Ok abang ku, Kak, kami pamit. Aku dan Ana meniggalkan mereka dengan doa tentunya, agar dagangan bang Anser laris manis.  Amin.

★★★★

SIANG DI RUMAH KU

Kedatangan Hindsrti beserta Istri dan anaknya yang baru tahun membuat suasana rumah kami ramai. Sudah lama sekali, kami tidak menikmati suasana semacam ini.

Alif, nama anak Hindarto lasaknya minta ampun, tapi membuat adekku Rein bahagia karena bisa mengejar Alif kemana pun dia pergi untuk dijagain sam Rein.

"Sudah lama sekali ya Rain. Saat kita masih kuliah gue datang kemari. Si Rein masih SD. Rambutnya yang tebal, bawaannya yang menggemaskan, wihh sekarang tumbuh jadi pria tampan" kagum Hindarto.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang