69

682 49 7
                                    

DUA BULAN KEMUDIAN.

Setelah adikku Ana masuk kuliah, aku memikirkan masa depanku dan Rein kelak. Biar bagaimanapun, bila tidak ada halangan Ana akan diboyong oleh Zuna nantinya.

Maka aku berencana buka usaha sendiri. Merencanakan bisnis apa yang aku akan jalani. Hal ini tidak ku beritahukan ke siapapun. Tidak Om Ozhrill, tidak juga ke Hindarto.

Setiap malam aku mencari tahu seluk beluk buisnes Cafe dan Air isi ulang. Untuk air isi ulang aku berencana membuatnya di rumah kami. Teras rumahku masih layak untuk itu.

"Sore, Om"sapaku di suatu sore pulang kerja ke Om Morgan.

"Eeehhh...Rain" sapanya ceria. Aku dipersilahkan masuk ke rumahnya. "Kangen ya sama Om. Dah lama juga ini" katanya.

"Ah Om bisa aja. Mau nanya nanya nih Om soal bisnis air isi ulang"kataku to the poin.

"Rain, itu gampang. Nanti kita bicarakan" katanya mendekati ku di sofanya. Tangannya mulai nakal memegang pahaku. "Om kangen sama kamu Rain. Om merasa kehilangan. Kamu banyak alasan untuk tidak menemui Om"

"Emang sibuk Om. Akhir akhir ini perusahaan menuntut konsentrasi saya sebagai wakil nya boss"

"Om mau ini"katanya dan memegang kontol dibalik celanaku. Lalu dia mencium pipiku. Aku menyender ke sofa, tanganku kusejajarkan dengan punggung sofa hingga Om Morgan leluasa menjalankan aksinya.

Retsleting celanaku dibuka dan mulai mengisap isap kontolku.
Aku mendesah. Tanganku berpindah memegang kepalanya. Dan sekali sekali kuraba pantat kesukaanku.

"Kita ke kamar Rain"pintanya.

"Disini saja Om. Main berdiri"kataku. "Atau di sofa" usulku.

Om Morgan langsung membuka celananya tanpa membuka bajunya. Kulakukan hal yang sama.

"Lakukan Rain"Kata Om Morgan dengan mengambil posisi sedikit menungging dengan tangannya bertumpu ke sofa.
"Raiiiiinnnn....aaaggghh...."desahnya ketika kontolku menerobos lobangnya.

"Enak gak Om"bisikku. Dia mengangguk.

"Setiap ada tamu yang datang, Om berharap kamu orannya Rain...aahhh...aachmm"

"Tapi masih bisa kan sekali sekali Om"kataku sambil memaju mundurkan kontolku.

"Om ingin tidur sama kamu Rain. Sekali saja sepanjang malam. Om ingin melihat kamu tidur...memandangi wajahmu...aacjh...Raiiiinn...aachmm"

"Kapan maunya Om"

"Jumat Sore datang ya" katanya sambil mendesah. "Raiiinn...disofa...Om mau tiduran....Om dah mau...."

Kucabut kontolku. Kami berpindah tempat. Om Morgan tiduran dan mengangkat kakinya. Ku masukkan lagi snjataku. Selang dua menitan, Om Morgan memainkan kontolnya hingga dia menjerit kenikmatan karena pejunya sudah keluar.

Kupacu dengan cepat gerakan pantatku, tapi belum ada tanda tada mau keluar. Karena kontol Om Morgan sudah lemas, maka kucabut kontolku dan kusuruh di onani saja.

Tapi ketika pejuku hendak keluar
kumasukkan lagi kelobangnya hingga aku mendesah kenikmatan.

"Sukanya Om main sama kamu Rain, Om selalu duluan keluar. Kamu tenaga badak Rain" pujinya ketika kami sudah duduk dengan telanjang di sofa.

"Emang pacar pacarnya Om gak ya"

"Justru mereka lebih duluan Rain. Om belum apa apa, dia dah orgasme. Oh iya, Jumat Sore jangan lupa. Kita sekali sekali liburan. Ingin tidur sama kamu Rain"

"Boleh Om"

"Soal mau bikin kios Air Isi ulang, gampang. Serahkan sama Om. Kamu terima beres" katanya.

Om Morgan mengkalkulasi semua biayanya sampai jadi. Aku disuruh mencari orang yang bisa mencari pelanggan sambil antar airnya.

"Hemmm...tidak percuma aku mengenal seorang gay pengusaha"gumamku.

Kupeluk dia dan kucium pipinya. Aku tersenyum

"Heiii jangan bilang karena kamu sudah jatuh cinta Rain"katanya."Pake cium pipi Om"

"Senang aja Om. Jumat sore, Rain pasti datang. Bawa Rain kemana Om suka"

"Rain...." sebutnya dan aku dalam dekapannya. Aku mencium bibirnya dan kulepas pelukannya untuk memakai kembali celanaku. Dan akupun pamitan.

Dari jauh aku sudah bisa melihat mobilnya Hindarto parkir di dekat rumahku. Aku yakin dia datang karena selama 3 hari ini aku pulang lebih duluan. Karena selama itu juga aku tidak memberi kepuasan sama dia.

Kudekatkan motorku ke mobilnya, kulihat ke jok setirnya ternyata dia tidak ada. Kuputar lagi motorku ke rumahku.

Baru saja motorku kumatikan, Hindarto mendekatiku.

"Rain, dari mana Lu. Beberapa hari ini seperti menghindari gue" katanya.
Belum aku jawab kata katanya, Rein sudah menghampiri kami dan mengambil tas ku.

Ketika Rein sudah kembali ke rumah, ku berikan alasanku.

"Ada yang perlu Lu tau dan ada yang juga yang tidak lu harus tau"

"Gue dah terbuka sama lu, Rain. Bahkan si Glend seperti yang lu tau udah gua putusin. Kenapa sekarang lu tertutup. Apa ada yang lain Rain"

"To bisa bicara di mobil gak? Gak baek dilihatin ama adekku" kataku.

Aku dan Hindarto menuju mobilnya. Rein berlari kecil memanggilku.

"Bang, kopinya"seru Rein.

"Biarin aja disitu Rein bentar aja Abang mau bicara sama Om Hindar"jawabku ke Rein. Wajah Rein agak cemberut ketika kulihat dia kembali masuk kerumah.

"Apa yang lu rahasiain ke gua Rain. Gua kelimpungan lihat sikap lu yang tiba tiba begini"

"Perlu lu tau To, semampu gue, gua bikin melayani Lu. Gua tau Lu mencintai gua, bukan berarti gua dibawah bayang bayang lu, dimana lu disitu ada gua. Soal ada yang lain, lu harusnya tau siapa gua sebenarnya"

"I....ya, gua tau, tapi sikap lu beberapa hari ini Rain bikin gua tanda tanya"

"Sekarang gua gak bisa kasih tau lu. Suatu saat nanti lu akan tau apa yang gua lakuin"

"Rain, gua gak bisa lu perlakuin kaya gini. Gua gak mau lu jauhin gua"

"Gak ada yang jauhin Lu, To. Gua masih tetap seperti kemaren. Kalau lu mencintai gua, gua mohon, jangan bersikap seperti ini. Percaya sama gua, gua gak ada siapa siapa selain Lu"

"Rain...."

"Udah pulang sana, dah malam ini, gak enak juga diliatin orang lewat"

"Enggak. Temani gua jalan sebentar" katanya dan menghidupkan mobilnya lalu mengunci pintunya.

"Hindartoooo....makin parah lu gilanya" gerutuku.

"Gila juga menggilai lu Rain. Bukan menggilai siapa siapa"

Mobilnya diluncurkan ke area persawahan dan menghentikannya. Jadi ingat yang dululu. Bagaimana kami berciuman di tempat ini juga.

Dengan ganas Hindarto menciumi bibirku. Tangannya meraba kontolku yang baru saja terpuaskan oleh Om Morgan.

"Hindarto sayang" terpaksa aku mengeluarkan kata kata itu agar dia berhenti menggerayangi tubuhku. "Besok besok masih bisa kita lakukan. Atau kamu sudah ingin carilah yang bisa muasin kamu" kataku.

Dia agak emosi karena aku katakan begitu.

"Gua mau Lu Rain. Kalau mau cari yang lain gak perlu lu ajarain gua. Tapi gua udah janji sama, hanya lu yang di hati gua. Pake nyuruh lagi. Gua tau lu gak ada rasa sayangnya ama gua sedikitpun"

"Kan barusan gua panggil sayang. Sayang bukan berarti harus ngecrot kali To. Pelukan, ciuman itu sudah cukup menunjukkan rasa sayang"

"Maaf Rain. Gua hanya merasa lu cuekin gitu. Gua gak bisa Rain. Itu saja"
Kupegang tangannya dan kucium keningnya.

"Percaya ya sama gua. Gua gak ada siapa siapa. Sekarang antar gua. Dan lu pulang ke rumah. Jangan kelayapan. Entar paggil Glend lagi."godaku. Padahal dia sama siapapun gak urusan ku itu. Gak ada rasa sakit lagi di hati ini.

༺★★★༻


𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang