33

1.1K 60 15
                                    


Hari yang dijanjikan Om Ozhrill untuk ketemuan, diingatkan lewat WA. Dia mengirimkan alamat hotel yang dulu pertama kali kami saling melempar senyum.

"Nanti sore Om tunggu" tulisan du WA nya.

"Baik Om. Rain akan datang" jawabku.

Aku berfikir panjang soal Gay, Bisex atau apalah namanya. Aku merasa paling bodoh selama ini. Karena aku memang menutup diri dari hal hal yang berbau Homosexual walaupun dalam diriku sudah sejak lama aku sadari sudah ada bibit Ke GAY an tertanam dalam sanubari ku.

Dan separoh lagi hatiku tertarik dengan perempuan yang kadang membuat ku terombang ambing untuk menentukan sikap.

Kelalaianku terhadap lawan jenis dan sejenis, karena kesibukanku mengumpulkan rupiah demi kelangsungan hidup kami bertiga, Aku, Ana dan Rein.

Sejak kematian Ayah dan Ibuku, aku sudah berjanji akan memberikan mereka kebahagiaan.

Memang cukup lumayan harta peninggalan orang tua kami, karena petugas asuransi mendatangi kami, 3 hari setelah orang tua kami dikebumikan.

Petugasnya menagih iuran premi Asuransi. Pada saat itulah ku ceritakan bahwa orang tua kami sudah tiada karena kecelakaan. Dan petugasnya mengurus klaim kematian asuransi kematian orang tuaku.

Tetapi karena hidup harus berjalan terus, kuperkirakan uang itu akan habis sebelum adek ku selesai sekolah dan masuk kuliah.

"Heiiii....mikirin apa hayooo" Suara Hindarto membuyarkan lamunanku.

"Gak mikirin apa apa To" kataku sedikit kaget. "Ada apa boss" candaku.

"Nanti sore kita meeting setelah selesai jam kerja" katanya.

"Mampus" kataku.

"Mampus!!! Mampus kenapa Rain?? Gak mau ikut meeting?"

"Bukan begitu boss. Aku di suruh datang menemui Fei ntar sore" alasanku. Entah kenapa juga aku punya alasan kaya gitu. Ehh tiba tiba tante Hanna Wa minta ketemuan. "Noooohhh...WA nyokapnya baru masuk nih" kataku menyodorkan HP ku ke wajah Hindarto.

Hindarto sepertinya tidak terima alasanku.

"Alasan lu kali Rain. Mainannya tante tante" sedikit cemberut dia.

"Iya sudah, gue batalin dah demi Lu" kataku.

"Ini soal penting Rain. Soal keuangan" katanya memegang bahuku. Aku menatap wajahnya. Kami saling tatap. Segera kutepiskan ingatanku ke Hindarto ketika kami masih kuliah.

"Kenapa Rain" katanya pelan.

"Enggak apa apa. Kalau ada orang melihat disangkanya macam macam lagi" kataku.

"Macam macam? Maksud lu apaan Rain"

"Nih...."kataku menepiskan tangannya dari pundakku dengan pelan sambil memegangnya.

"Emang kenapa tangan gue kalau dipundak lu. Engga ada apa apa kan?" katanya dan meletakkan tangannya kembali di pundakku.

"Emang gak ada apa apa, To. Cuma kalau ada yang lihat disangka rangkulan lagi" jelasku.

"Oh...lu takut dikatain.."

"Gay.....Homo...."

"Rain, sekarang gua jujur sama lu"

"Jujur apaan"

"Enggak deh. Nanti aja. Kita ganti topik aja, meeting nanti. Siapin laporan laporannya" katanya, lalu pergi meninggalkanku.

"Hoiii....Toooo" teriakku. Hindarto sudah menutup pintu ruanganku.

Jadi kembali ingatanku sama Hindarto ketika bermain basket saat kuliah dulu, kami terjatuh ketika mengambil bola yang mantul dari papan ring. Aku menindihnya waktu itu. Tetapi seakan disengaja berlama lama dengan memegang pinggangku hingga kami diteriaki.

𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐓𝐀𝐒 𝐊𝐄𝐏𝐔𝐀𝐒𝐀𝐍 (BISEX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang