𝑱𝒆𝒂𝒍𝒐𝒖𝒔

1.2K 108 158
                                    

"Sampai kapan kita akan berjalan lagi? Kaki-ku sudah mau copot ini," keluh Karen yang memang tidak terbiasa menaiki bukit.

"Masih jauh, nak. Kita bahkan belum mencapai setengah jalan." Arthur menengok ke arahnya, "ayo lebih cepat anak anak, waktu semakin siang."

Harry berjalan di samping adiknya, merangkulnya supaya tidak terjatuh—ataupun terpeleset. "Minum dulu, aku tau kau pasti haus, kan?" Harry membuka tutup botol dan memberikannya kepada Karen.

"Terimakasih, aku sangat membutuhkan ini —huh ... lega sekali tenggorokanku sekarang tidak kering lagi."

"Hei kau menghabiskan semua airnya?" Terlihat kebingungan, Harry membalikan botolnya yang tidak tersisa sedikit airpun.

"Adik yang durhaka."

"Hehe ..."

Perjalanan menuju bukit masih terasa jauhnya, anak-anak mengeluh kapan mereka akan sampai. Ditengah merasakan tumitnya yang sakit, Karen baru teringat pada taruhan yang dilakukannya kemarin dengan George.

"George, bukankah kau punya hutang padaku?" Karen menghentikan langkahnya di depan si kembar. "Memang apa hutangku padamu?" George mengerling, berpura-pura lupa.

"Jangan akting lupa begitu, kalau nanti kau pelupa beneran mampus jadi kakek-kakek." Karen berdecak kesal, "taruhannya George!"

"Ah! Padahal dari tadi aku sudah berharap agar kau tidak mengingat taruhannya." George membungkuk-kan badannya, "aku bukan pengkhianat, jadi ayo!"

Karen kemudian naik ke atas pundak George, untungnya badan gadis itu sangat mungil dan George tidak terlalu keberatan, sementara Fred —disisi kanan mereka, tertawa mensyukur-syukuri dirinya sendiri.

( kira kira begini posisinya —btw rambut Karen juga dikuncir dua + pake poni kaya di foto )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( kira kira begini posisinya —btw rambut Karen juga dikuncir dua + pake poni kaya di foto )

"Untung saja aku tidak ikut taruhan." Kata Fred.

Mereka tak punya sisa napas untuk bicara ketika mendaki Bukit Stoatshead, kadang kadang George menginjak lubang kelinci, membuat Karen yang ada digendongannya hampir oleng kebawah.

"Whew!" engah Arthur, mencopot kacamatanya dan menggosokkannya ke sweternya. "Yah, cukup-lah—kita masih punya sepuluh menit...."

Hermione yang terakhir tiba di puncak bukit, memegangi sisi perutnya.

"Terkadang aku iri melihatmu, Karen." Ucap Ron, "aku cape cape jalan dari bawah bukit kesini, sedangkan kau digendong George, enak sekali jadi dirimu."

"Makanya jadi adik jangan nyebelin, Ron." Kata Fred, "yahh, lagian kau terlalu banyak makan jadi aku berat buat menggendongmu." Sahut George.

"Punya badan kecil menguntungkan juga." Karen terkikik, masih ada di gendongan George.

"Sekarang tinggal cari Portkey-nya," kata Arthur, memakai kembali kacamatanya dan menyipitkan mata mencari-cari di tanah. "Pasti tidak besar...  Ayo..."

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang