Setelah menemui Grawpy, mereka kembali ke asrama tepat pukul 7 malam. Karen yang awalnya ingin langsung tertidur pun malah teringat kalau dia punya janji dengan Cedric malam ini.
Lantas Karen mengganti bajunya yang sudah kotor ---karena bermain dengan Grawpy--- menjadi kaos pendek berwarna putih yang dipadukan dengan overall jeans.
"Tumben cantik." tanya Draco saat mereka berpapasan di lorong.
"Setiap hari aku cantik," ucap Karen dengan pedenya.
"Kau mau kemana? Ini sudah malam, jangan berkeliaran atau nanti Umbridge akan menghukummu." Kata Draco.
"Aku mau ketemu Cedric, aku bisa lari cepat kok kalau berpapasan dengan nenek lampir itu. Jadi tenang saja."
Draco menyeringai, lalu melihat Karen dari atas sampai bawah. "Mau ngedate rupanya?"
"Ih bukan!" Seru Karen yang reflek memukul tangan Draco sehingga pemuda itu sedikit meringis. "Kami hanya bertemu selayaknya teman, aku sudah kangen karena tidak bertemu berhari-hari. Si Cedric itu sibuk."
Mendengar perkataan Karen, Draco menahan tawa. "Katanya teman tapi kok kangen," ejek Draco. "Akui saja kalau kau punya perasaan untuknya, jangan disembunyikan."
Karen yang sepertinya keceplosan pun baru sadar kalau dia sudah bilang seperti itu. "Maksudnya kangen sebagai teman!" Seru Karen.
"Teman apa teman?"
"Teman lah, memang teman gaboleh kangen?"
"Engga tuh, aku saja tidak pernah kangen pada temanku."
"Oh, cukup tau," ucap Karen. "Jadi semua yang kau bilang di surat itu bohong? Soal kau kangen padaku?"
Draco menutup mulutnya, dia sudah salah berhadapan dengan bocil kematian yang kerjaannya ngambek. "Itu kan beda lagi, kau itu bukan temanku. Tapi kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri." Kata Draco.
"Cuih, semua laki-laki sama saja." Karen lalu menginjak kaki Draco dan meninggalkannya. Sementara pemuda itu masih terdiam ditempat, takut salah lagi ---karena memang semua laki-laki selalu salah sih.
"Habislah kau Draco, memang sudah seharusnya tidak mengejek anak kecil itu." Batin Draco yang masih menganggap Karen seperti anak kecil, padahal hanya berbeda satu tahun dengannya.
•••
Karen kini sudah sampai di dekat danau, dia tidak melihat Cedric dan yang dia lihat hanyalah sebuah karpet kain yang digelar dengan beberapa cemilan diatasnya. Lampu-lampu dipasang di pohon sehingga menerangi tempat tersebut.
Tahu itu perbuatan Cedric, Karen langsung duduk di atas karpet kain sambil menunggu Cedric datang. Karen duduk sambil menghadap ke danau, tangannya tidak diam --- dia melempar bebatuan didekatnya ke danau untuk memanggil duyung.
Semakin malam cuaca semakin dingin, Karen yang hanya memakai kaos pun menggosok-gosokkan tangannya karena kedinginan.
Saat dia berdiri, seseorang dari belakang memakaikan jaket untuknya. Karen berbalik, dan orang itu adalah Cedric. "Sudah kubilang kalau keluar malam jangan lupa pakai jaket," ucap Cedric sambil tersenyum.
"Aku tidak tau cuacanya akan sedingin ini, makanya aku cuma pakai kaos." Ucap Karen. "Lagipula kau sendiri juga pakai kaos."
"Kan jaketnya kuberikan padamu."
"Memang kau tidak kedinginan?" tanya Karen, Cedric menggeleng dan kembali tersenyum.
Namun Karen tau kalau Cedric berbohong, dia tau kalau Cedric juga kedinginan namun Cedric merelakan jaketnya untuk Karen. Awalnya Karen ingin mengembalikan jaket itu pada Cedric, tapi dia juga kedinginan --- tidak jadi deh mengembalikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗 ⇄ 𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳
Fanfiction‹⌇ #⃞ on going ∦ 𝗵𝗼𝗴𝘄𝗮𝗿𝘁𝘀 › the last horcrux ʚɞ ˖ ! 𝘭𝘪𝘧𝘦 𝘪𝘴 𝘵𝘰𝘰 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘦𝘳𝘰𝘶𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘩𝘢𝘳𝘳𝘺'𝘴 𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳 ──── ℘ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 tentang seorang gadis yang merupakan anak kedua dari keluarga potter dan tak disan...