𝑮𝒐𝒃𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒇 𝑭𝒊𝒓𝒆

850 76 162
                                    

Anak-anak kelas empat Gryffindor sudah sangat menunggu-nunggu pelajaran pertama Moody, sehingga mereka tiba lebih awal untuk makan siang pada hari Kamis dan sudah berkerumun di depan kelasnya bahkan sebelum bel berbunyi.

Satu-satunya yang belum muncul hanyalah Karen, yang tiba tepat saat Moody juga sampai disana.

"Oh halo, Profesor baru!" sapanya ketika mereka berdua berdiri didepan pintu, "terlambat di hari pertama mengajar ya, Profesor?"

Moody tampak tertawa sehingga bekas luka yang ada diwajahnya tampak lebih parah lagi. "Bukannya kau yang terlambat di kelasku?"

"Mestinya tidak, aku kan datangnya barengan denganmu." Karen menyengir, menampakan gigi gigi bawahnya yang begitu rapih dan kinclong.

"Kau begitu pintar memutar balikan fakta," kata Moody, mata gaibnya menyelidik ke arah Karen. "Anak kedua James ya?"

Karen mengangguk ngangguk, tak lupa dengan senyuman ceria yang selalu ditampilkannya. "Kau tau ayahku?"

"Tentu saja, dulu dia menjadi rekanku saat masih menjadi auror. Dia pintar, kurasa kepintarannya menurun padamu."

"Terimakasih Profesor, tapi kurasa kepintaran ayah menurun pada Harry."

Moody tertawa parau, lalu mengatupkan kedua tangannya yang berbonggol-bonggol. "Kelas segera dimulai, sebaiknya kita masuk —dan, omong omong terimakasih untuk sambutanmu di Great Hall beberapa hari lalu. Cuma kau satu satunya murid yang menyambutku dengan tepukan tangan."

"Sudah seharusnya aku menyambut Profesor baru yang mestinya akan menyelamatkan kami dari Snape —mari Profesor." Karen meluruskan tangan kanannya ke depan pintu sembari menyampingkan badannya, memberi isyarat agar Moody masuk ke kelas duluan.

"Singkirkan saja," dia menggeram ketika melihat anak anak, berjalan timpang ke mejanya dan duduk, "buku kalian. Kalian tidak akan memerlukannya."

"Wah dia keren! Akan kujadikan Profesor Favourite-ku!" Karen berseru, menjatuhkan tas-nya di samping kursi, duduk di sebelah Harry yang sedari tadi menunggunya.

Moody kemudian menjelaskan kalau kelas hari ini akan belajar mengenai kutukan tak termaafkan. Moody bilang kalau murid Hogwarts sudah ketinggalan jauh karena tidak pernah belajar cara menghadapi ilmu hitam.

"Jadi... apakah ada di antara kalian yang tahu kutukan apa yang dikenai hukuman paling berat berdasarkan undang-undang sihir?"

Beberapa tangan mengacung ragu-ragu ke atas, termasuk tangan Ron dan Hermione. Moody menunjuk Ron, meskipun mata gaibnya terpancang ke arah lain.

"Tumben Ron berani mengacung," bisik Karen pada kakakknya.

"Kurasa Moody memberikan sedikit cahaya ilahi padanya," bisik Harry, tertawa kecil, yang malah tawaan itu membuat Karen tertular untuk tertawa.

"Er," kata Ron ragu-ragu, "ayah saya pernah bercerita... Namanya Kutukan Imperius, atau semacam itu?"

"Ah, ya," kata Moody senang. "Ayahmu pasti tahu kutukan yang satu itu. Kutukan Imperius pernah membuat Kementerian kalang kabut."

Moody memasukan tangannya ke dalam tabung, menangkap seekor laba laba dan memperlihatkannya pada semua anak. "Imperio!"

Laba laba itu melompat di tangan Moody, melakukan gerakan konyol sehingga membuat anak anak tertawa kecuali Moody.

"Kalian kira lucu, ya?" dia menggeram. "Kalian mau, kalau kulakukan kepada kalian?" Tawa langsung terhenti, kecuali Karen.

"Coba padaku! Ingin aku tahu bagaimana rasanya dikendalikan seseorang!"

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang