𝑷𝒓𝒆𝒇𝒆𝒄𝒕 𝑩𝒂𝒕𝒉𝒓𝒐𝒐𝒎

1K 95 288
                                    

"Dasar para orangtua!" Gerutu Karen saat para petinggi kementrian sihir memintanya untuk bertemu.

Karen amat kesal, karena dia tidak bisa mengikuti pesta yang diadakan oleh murid Gryffindor yang merayakan kemenangan Karen dan Harry di tugas pertama.

"Kau baru saja mengatai kami tua?" Mr Crouch menoleh kearahnya.

"Aku tidak mengatai kalian, aku hanya bicara fakta."

"Jadi seperti ini didikan kalian, Dumbledore?" Cornelius Fudge menyela.

"Dengan serius, aku mengatakan ya." Dumbledore berdiri dari kursinya, kemudian tersenyum pada Karen.

"Terimakasih Profesor, kau memang keren," ucapnya seraya memberikan jempol kepada sang kepala sekolah. "Cepatlah katakan kenapa kalian memanggilku malam malam begini?"

"Saat di tugas pertama, aku meli—"

"Jangan basa basi. Langsung ke intinya saja." Kata Snape, memotong ucapan Mr. Crouch. Karena Snape tahu kalau anak baptisnya ingin cepat cepat pergi untuk merayakan pesta.

"Baiklah, baiklah." Tukas Mr Crouch, "kami meminta penjelasan tentang kemampuan api-mu. Darimana kau bisa mendapatkannya?"

Karen melihat ke arah Profesor Dumbledore dan Profesor Snape secara bergantian, lalu mengangkat kedua bahunya, "aku tidak tahu."

"Sudah kubilang, dia tidak tahu apa apa. Sedari tadi aku menawarkan diri untuk menjelaskan kepada kalian yang sayangnya kalian abaikan." Kata Dumbledore.

"Kau sudah tahu tentang ini? Sejak kapan?" Tanya Fudge.

"Sejak tahun kedua, seluruh murid Hogwarts mengetahuinya, dan hal ini sudah menjadi rahasia umum."

"Lalu kenapa berita ini tidak pernah sampai keapdaku?!" Pekiknya.

"Mungkin dirimu tidak terlalu penting." Celetuk Karen, segera menutup mulutnya saat semua pasang mata menoleh ke arahnya, "maaf —disengaja —eh maksudnya tidak sengaja —hehe."

Fudge berdecak tak terima, Mr Crouch menepuk nepuk pundak rekannya sambil berbisik mengatakan kata sabar, dan Bagman mengusap ngusap dadanya sendiri, berjampi jampi.

"Sekarang, apa kalian mau mendengarkan penjelasan dariku?" Ucap Dumbledore, memecahkan keheningan.

Ketiga petinggi kementrian itu berpikir cukup lama, sebelum akhirnya mengangguk tanda setuju.

"Nah! Kalau begitu kau tidak dibutuhkan lagi ya disini? Aku mau pergi—"

"Kau tidak ingin mengetahui asal usul kemampuanmu itu, Karen?"

"Ah tidak usah, meskipun aku tahu darimana asal usulnya, kemampuanku tak akan berubah menjadi kemampuan petir, kalau begitu aku pergi dulu, bye bye kakek!"

Sebelum keluar dari ruangan, Karen membungkuk sambil memberi hormat pada Profesor Dumbledore seperti dia menghormat pada bendera.

Karen yang tadinya ingin kembali ke asrama, malah terhadang oleh Peeves yang mengajaknya berbuat keonaran di kapal sekolah Durmstrang yang dimana kapal itu adalah tempat peristirahatan para murid Durmstrang.

"Hm sobat ... apa yang akan kau berikan padaku kalau aku ikut dengan misimu itu?"

"Aku tidak punya apapun yang bisa kuberikan padamu," si hantu jahil melayang dan berputar putar diatasnya. "Tapi setidaknya aku akan memberitahumu kandang bayi troll yang bisa kau pelihara."

"Tidak buruk juga." Karen menyunggingkan senyumnya lalu menarik pergi tangan Peeves.

Sementara masih diruangan rapat, Dumbledore tampak mengeluarkan sebuah buku kuno yang amat usang. Buku itu kira kira sudah berusia lebih dari satu abad, halaman halamannya sudah terkoyak, terlebih banyak halaman buku yang tidak lengkap akibat pencurian.

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang