𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏 𝑷𝒐𝒕𝒆𝒌

901 87 353
                                    

"Karen Potter ..."

Begitu namaku disebut, semuanya menjadi hening. Tidak ada yang bicara satupun, semua mata memandang heran ke arahku yang kubalas dengan pandangan heran juga.

Aku yakin Moody salah baca.

Kan matanya agak tidak normal.

Sesekali dia harus periksa mata ke dokter Muggle.

"Karen Potter ayo sini ikut aku!" Panggil si mata aneh Moody, sontak aku melotot dan menggeleng.

Melihatku yang tidak bergerak sama sekali dari tempat duduk, si mata gaib kembali berteriak "Karen Potter! Namamu telah terpilih! Kemarilah!"

"Pasti kau salah baca Profesor! Aku tidak memasukan namaku sama sekali, bagaimana bisa namaku ada disana?"

Sepertinya perkataanku mampu membuatnya sadar untuk menggosok mata sebelahnya, kemudian dia melihat perkamen itu lagi dengan teliti.

Semoga salah baca, semoga salah baca.

Semoga bukan aku.

"Dengan jelas namamu tertera disini, Karen Potter."

Oh ayolah!

Kenapa harus aku terus?!

"Pasti itu bukan aku Profesor! Pasti itu Karen yang lain!"

"Apa ada nama Karen Potter yang lain disini?" Tanya Moody.

Ayolah teman teman, kuharap salah satu dari kalian mengangkat tangan. Aku sungguh tidak mau ikutan lagi hal hal bodoh macam ini, di tahun pertama aku sudah berurusan dengan kamar rahasia, masa tahun ini juga aku harus berurusan dengan turnamen?

"Tidak ada nama Karen Potter yang lain disini, jadi itu dirimu!"

"Pasti piala apinya rusak! Mana mungkin aku terpilih! Atau mungkin kau sedang berhalusinasi!"

"Cepat kemari Potter! Tidak ada yang salah dengan piala apinya!" Teriak si Moody lagi.

Bisa tidak sih dia jangan teriak teriak? Suasana sudah hening, ditambah teriakan Moody. Great Hall semakin suram deh jadinya.

"Ayo adik kecil, semangatlah pergi ke sana." Bisik George.

"Kami yakin pasti kau juga tidak bersalah sama seperti Harry." Susul Fred.

"Baiklah ..." menghela nafas jengah, kulangkahkan kakiku dengan berat melalui orang orang yang terus melihatku, bahkan saat kulihat ke arah Draco, dia seperti tidak percaya aku terpilih.

Moody menggebrak pintu dengan keras, "ada nama lain yang muncul dari piala api, nama itu terlempar dari sana dan mendarat dihadapanku dan Profesor lainnya." Ucapnya, panik.

"Siapa?!" aku mendengar semuanya memekik dari dalam sana.

Mimpiku ternyata menjadi nyata.

Setelah beberapa saat akhirnya Moody menyuruhku untuk masuk ke dalam, bisa ditebak kalau semuanya menatapku penuh kebingungan.

Mataku dan Cedric bertemu, walaupun dia tidak bilang sesuatu tapi bisa kutebak kalau sekarang ini dia membenciku.

Matanya berkilat marah, tak pernah aku melihat Cedric seperti itu.

Rasanya ingin kutenggelamkan wajahku ke dalam tanah dan menyusul orangtuaku kalau begini.

"Apa liat liat?!" Ucapku ketus saat si setengah Veela melirik-ku penuh selidik.

"Potter lainnya?! Tidak dapat dipercaya!" Pekik Snape, seperti memecahkan keheningan.

"Kau saja tidak percaya, apalagi aku." Aku ingin mengoceh awalnya, tetapi Snape keburu berkata. "Diam!"

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang