𝑩𝒆𝒕𝒕𝒆𝒓

929 74 43
                                    

Karen dan Sirius kini berada di rumah Ariana, sementara Cedric pergi kerumahnya yang berada di seberang. Ariana menyambut keduanya dengan hangat, Karen sudah sangat merindukannya —padahal baru sehari tidak ketemu.

"Wah, rumah ini sangat besar ya. Lebih besar dari rumahku," ucap Sirius seraya berjalan mengelilingi seisi rumah, dengan Karen yang mengintilnya dari belakang.

Karen takut kalau kalau Sirius malah mengambil barang barang yang disayanginya, bukan barang berharga kok. Hanya beberapa plaster muggle koleksinya.

"Kau ternyata cukup kaya ya kalau diliat liat," sindir Sirius.

"Aku memang kaya, lebih kaya darimu"

"Tapi hartaku tidak akan pernah habis walaupun berusaha kuhabiskan."

"Hartaku berpuluh puluh kali liat dari punyamu."

"Itu peninggalan orangtuamu kan? Bukan punyamu?"

Karen mengangangguk.

"Sama. Aku seorang buronan, tidak punya pekerjaan. Namun setidaknya aku masih punya kekayaan."

"Aku mau deh jadi sepertimu," Karen berlari kecil agar dia bisa menyamakan jalannya dengan Sirius.

"Menjadi buronan maksudmu?"

"Enak saja!" seru Karen, "aku ingin kaya sepertimu tanpa bekerja. Akui saja kalau kau sebenarnya suka pakai ilmu gaib kan?"

"Maksudmu, aku mendapatkan kekayaanku dengan cara ilmu gaib begitu?"

Karen lagi lagi mengangguk, "Mengaku saja kalau kau menjelma menjadi seorang anjing untuk mencari uang."

Sirius melotot, dia tau anak ini bergurau namun sengaja berpura pura kalau dia terkejut. "Bagaimana kau tau aku melakukannya? Tolong jangan katakan pada siapa siapa, koala." Kata Sirius sambil memegangi pipinya.

(a/n : kayak gini 😱)

Karen kemudian mengulurkan tangannya dan mengangkat alis, "bagi aku satu sickle. Akan kujaga rahasiamu."

"Rahasiaku kau beri dengan harga satu sickle? Murah sekali! Nah ...kuberi kau sepuluh galleon." Sirius mengeluarkan kepingan emas dari kantongnya dan menaruhnya di tangan Karen yang sedari tadi di ulurkan.

Namun gadis itu menggeleng, "aku tidak mau galleon. Maunya sickle, kalau mau beri harga yang sama pakai sickle saja."

"Memang kenapa harus sickle? Ini emas lho, masa mau menolaknya."

"Aku punya banyak yang seperti itu, tapi aku tidak punya recehan sickle. Aku mau main mesin capit di Diagon Alley tapi hanya bisa pakai koin sickle, tidak bisa pakai Galleon." Kata Karen. "Aku sudah pernah sih memasukan Galleon, tapi mesin itu malah rusak dan terpaksa deh aku harus memperbaikinya."

"Kau merusak mesin capit punya Holdey?" tanya Sirius dan Karen mengangguk. "Wah! Setauku Holdey itu penjual yang kasar dan mudah marah. Kepalaku pernah dibuat berdarah oleh Holdey karena aku tidak sengaja merusak mainan yang ada disana. Beruntung kau masih bisa pulang dalam keadaan selamat."

"Selamat? Tidak Sirius. Aku tidak selamat." Ucap Karen seraya masuk kedalam kamarnya. "Saat aku merusak mesin capit itu, Mr.Holdey langsung memarahiku habis habisan dan alhasil pipiku berdarah disihirnya. Untung aku selalu mengoleksi plaster plaster keren!" dia kemudian menunjukan plaster kepunyaannya pada Sirius.

Tidak seperti Snape yang bereaksi jijik terhadap barang muggle itu, Sirius malah terkagum dan ingin memakainya. "Minta satu dong, yang gambar tengkorak." Sirius hendak mengambil plaster itu yang tangannya langsung dipukul Karen.

"Jangan yang ini, aku cuma punya satu lagi." Ucap anak itu, menjauhkan Sirius dari plasternya. Lalu Karen mengambil salah satu plaster bermotif bunga bunga, "nih pakai yang ini saja."

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang