𝑻𝒉𝒂𝒏𝒌𝒔 𝑽𝒊𝒌𝒕𝒐𝒓

572 67 39
                                    

"Jangan kunci aku! Aku mau ketemu ayah Snerus! Tolong buka pintunya!" Karen kecil berteriak memukul pintu dengan tangan mungilnya, di menangis begitu keras minta dibukakan pintu.

"Karen sayang, kau tidak boleh menemuinya lagi. Ini semua demi kebaikanmu, situasi sedang dalam keadaan bahaya." Ucap Ariana lembut dari luar sana.

"Bagaimanapun juga aku ingin bertemu dengan ayah!" Karen terus terusan menangis dengan kencang, dia sangat merindukan ayahnya.

Ariana tidak tega mendengar tangisan Karen yang begitu keras, baru kali ini anak itu benar benar menangis. "Abe, kita buka saja pintunya? Kita panggil ayahnya untuk terakhir kali kesini. Aku tidak tega melihat Karen."

"Tidak bisa!" Tegas Abe. "Ini semua demi kebaikan anak itu, terlalu berbahaya kalau mereka terus terus dipertemukan. Nyawa Karen bisa terancam."

"Tapi Abe, aku sangat sedih mendengar tangisannya."

"Lama kelamaan dia akan tertidur dalam tangisnya." Abe kemudian beranjak dari sana, "ayo kita buatkan makanan kesukannya, Karen akan senang kalau kita buatkan pizza. Dengan begitu, dia akan lupa pada ayahnya untuk sesaat."

Abe dan Ariana kemudian pergi ke dapur, menyiapkan pesta kecil kecilan untuk Karen. Mereka ingin melakukan yang terbaik untuk anak asuh kesayangannya.

Sementara di dalam dana, Karen menangis dengan memeluk lututnya. Dia berharap bisa ber-apparate agar bisa menemui Snerus tanpa ketauan.

"Aku akan mencoba ber-apparate, siapa tau bisa," gumamnya.

"Tapi aku belum punya tongkat, bagaimana dong ini?"

Karen memfokuskan pikirannya akan rumah Snerus. Dia menarik nafas dalam dalam, menutup matanya dan memusatkan seluruh kekuatannya di dalam pikirannya. Kemudian dirinya mulai menghilang perlahan lahan.

Tubuh Karen sudah menghilang sepenuhnya, namun dia belum bisa melakukannya dengan sempurna. Karen bukannya mendarat di rumah Snerus, tetapi malah mendarat di hutan dekat rumah ayahnya itu.

"Aku baru saja ber-apparate!" seru Karen senang, berpikir kalau dirinya bisa ber-apparate walaupun usianya masih sembilan tahun.

Namun kenyataannya, Karen bukanlah ber-apparate, melainkan berteleportasi. Salah satu kemampuan dari The Power of Reality telah muncul, namun Karen tidak mengetahui hal itu.

Karen kecil menelusuri hutan untum mencari jalan keluar ke rumah Snerus, namun sayangnya dia malah bertemu sosok jubah hitam yang tidak lain tidak bukan adalah Death Eater.

Karen yang tidak mengetahui kalau itu adalah Death Eater dan menganggapnya muggle yang sedang cosplay Halloween pun malah menghampirinya.

"Halo paman," sapa Karen.

Namun karena orang itu tak kunjung berbalik, Karen malah menarik narik ujung jubahnya.

"AAA! MUKA JELEK!" Teriaknya kaget, sampai terjatuh ke belakang saat melihat wajah Death Eater yang dipenuhi dengan luka.

"Siapa namamu?"

"K -karen," jawabnya polos.

Death Eater itu menyeringai, seakan akan sudah mendapatkan mangsa. Dia mengira kalau Karen adalah muggle, dan sudah menjadi kesenangan para Death Eater membunuh para muggle dan menggantungnya di langit.

Dia mencengkram tangan Karen sampai berdarah, membuat anak itu menangis kencang minta dilepaskan. Karena badannya yang kecil, Karen tidak bisa melawan.

Death Eater kitu merapalkan sebuah mantra, cahaya hijau muncul dari ujung tongkatnya yang membuat Karen semakin ketakutan. "Avada Keda—"

"Lepaskan anakku!" Snerus datang di waktu yang tepat.

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang