"Tadi apa yang kau bicarakan dengan Draco?" tanya Karen saat mereka sedang diperjalanan, padahal beberapa saat lalu dia bilang tidak ingin bicara dengannya, memang ya mood anak itu tidak bisa ditebak.
"Bukan hal yang penting, aku hanya memberikan arahan mengenai Prefek karena kau tau sendiri kan dia menjadi Prefek tahun ini," ucap Cedric berbohong, padahal yang ia bicarakan bukan hal itu.
Tidak tertarik dengan bahasan lain, Karen malah terkejut dengan Draco yang menjadi Prefek. "Woah! Si pirang itu jadi Prefek? Yang benar saja! Kan dia tidak waras."
Cedric terkekeh. "Dia yang paling waras dari semua Slytherin."
"Tapi tetap saja! Harusnya sih yang jadi Prefek orang lain, kenapa harus Draco?"
"Memang siapa yang kau harapkan jadi Prefek Slytherin?"
"Blaise," mengingat pada tahun-tahun sebelumnya kalau pemuda itu tidak pernah berbuat ulah seperti Draco dan juga yang lainnya, Blaise tampak lebih bijaksana.
"Tapi itu keputusan yang diambil Profesor Snape, Karen. Mungkin dia lebih menyukai Draco dibandingkan Blaise."
"Yeah dia sama tidak warasnya dengan Draco."
"Professor Snape?"
"Siapa lagi kalau bukan orangtua muka datar itu?" Lantas kepalanya langsung ditoyor oleh Cedric, dibilangin jangan laknat begitu Karen, dia bapak baptismu loh —tapi Karen belum tau sih dia bapak baptisnya.
Kereta berjalan melewati undakan batu dan sekarang kini mereka telah sampai di Kastil, Cedric melompat turun terlebih dahulu dan menurunkan koper miliknya dan Karen, lalu tangannya dia ulurkan kepada gadis itu.
"Aku kan bisa turun sendiri Ced."
"Tanahnya licin, aku tidak mau kau terjatuh, pegang saja tanganku." Ucap Cedric dan Karen menurutinya. Mereka cepat-cepat bergabung dengan kerumunan yang bergegas menaiki undakan batu ke dalam kastil.
Aula Depan diterangi oleh obor-obor dan bergema dengan langkah-langkah kaki ketika para murid menyeberangi lantai batu menuju pintu ganda di sebelah kanan, yang menuju ke Aula Besar dan pesta awal semester.
Keempat meja panjang asrama di Aula Besar mulai terisi di bawah langit-langit hitam tak berbintang, yang persis seperti langit yang bisa mereka lihat sekilas melalui jendela-jendela tinggi. Lilin-lilin mengapung di udara di atas meja-meja itu, menerangi hantu-hantu keperakan yang bertebaran di Aula dan wajah-wajah para murid yang sedang berbicara dengan penuh semangat.
"Sampai jumpa lagi Karen," Cedric berpisah dari Karen di meja Hufflepuff. Saat dia mencapai meja Gryffindor, Karen dipanggil oleh si kembar agar duduk diantara keduanya, sudah dipastikan mereka mencari kesempatan agar berbuat sesuatu yang jahil.
"Kenapa baru sampai Karen?" tanya Harry yang keheranan dia menjadi murid Gryffindor yang datang terakhir ke aula.
"Aku naik kereta terakhir bersama Cedric, tadi itu tidak banyak kereta yang lewat."
"Woah, bersama si pretty boy itu?" Sahut George, Karen mengangguk.
"Kau sengaja ya tidak ikut dengan kami biar bisa berduaan dengan Cedric?" kata Ron.
"Hey Ronald, kalau aku naik bersama kalian yang ada keretanya malah rusak dan kita tidak akan sampai kesini. Lagian aku sedang tidak mood berdesak-desakan makanya aku menunggu kereta lain, kebetulan bersama Cedric." Ucap Karen, namun Ron masih memandangnya dengan tatapan sus, dia terlihat lebih protektif dibandingkan Harry, kakaknya sendiri.
"Coba kutebak, pasti sekarang Fred sedang cemburu." Bisik George, lantas Karen melihat ke arah Fred, nampaknya dia tidak begitu senang saat Karen membicarakan Cedric.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗 ⇄ 𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳
Fiksi Penggemar‹⌇ #⃞ on going ∦ 𝗵𝗼𝗴𝘄𝗮𝗿𝘁𝘀 › the last horcrux ʚɞ ˖ ! 𝘭𝘪𝘧𝘦 𝘪𝘴 𝘵𝘰𝘰 𝘥𝘢𝘯𝘨𝘦𝘳𝘰𝘶𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘩𝘢𝘳𝘳𝘺'𝘴 𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳 ──── ℘ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 tentang seorang gadis yang merupakan anak kedua dari keluarga potter dan tak disan...