𝑻𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒚

913 85 170
                                    

title : dark sign, memories, cedric feeling, and a kiss tragedy

Malam itu, di taman belakang rumah, seorang anak perempuan sedang berada dalam pangkuan ayahnya, bermain hitung bintang sampai sebuah bayangan aneh berwarna hijau terlihat di atas langit.

Anak itu mendongkak, memperhatikan bayangan yang lebih berbentuk seperti tengkorak dengan ular, lantas bertanya, "ayah, itu bayangan apa?"

Ayahnya melihat ke arah yang ditunjuk sang anak, wajahnya panik seketika. "Kita harus segera masuk ke dalam rumah, Karen." ucapnya seraya menggendong anaknya yang diketahui bernama Karen.

"Memangnya tadi itu tanda apa ayah? Kenapa bayangannya jelek sekali! Tengkoraknya juga jelek! Terus ularnya juga terlihat aneh!" gerutu Karen kecil.

Ayahnya terdiam sesaat, memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada putrinya, "tadi itu diluar para Muggle sedang mengadakan karnaval, nak. Jadi mereka mengeluarkan tanda itu sebagai puncak karnaval." Ucapnya.

"Karnaval? Mana mungkin di karnaval ada gambar jelek seperti itu! Nanti tidak akan ada orang yang datang ke karnaval itu, ayah."

"Sudah, kau tidak perlu pikirkan hal itu, tidak seharusnya kita seorang penyihir memikirkan apa yang Muggle lakukan diluar sana. Mereka tidak penting bagi kita."

"Begitu ya? Tapi aku ingin punya teman Muggle, ayah. Aku tidak punya teman sama sekali. Apa ayah tega anakmu ini tidak punya teman?"

"Nanti saat kau sudah tumbuh besar pasti kau akan punya banyak teman. Teman penyihir, yang sama sepertimu."

"Tapi aku sekarang sudah besar!"

"Baru lima tahun juga."

Karen tertawa geli ketika ayahnya menggelitiknya, dia loncat dari pangkuan ayahnya dan bersembunyi di belakang sofa, "ayah tidak akan menemukanku disini hihihi," gadis itu terkikik sambil menutupi mulutnya.

"Disana kau rupanya putri kecilku!" Karen berdecak kesal saat tubuh mungilnya digendong sang ayah, "sudah ayah bilang jangan main petak umpet malam malam."

"Nanti kalau kau ketiduran saat bermain petak umpet lalu ayah tidak menemukanmu? Kan tidak lucu."

"Apalagi ayah ingat, dulu saat kau berumur 3 tahun, kau pernah bersembunyi di dalam tungku perapian, hampir saja ayah menyalakan api kalau ayah tidak melihatmu yang ketiduran disana."

"Ah! kenapa ayah ingat kejadian itu, ayah tidak seru!" gadis kecilnya menggembungkan pipi, kesal. Sementara, ayahnya itu tertawa gemas melihat kelakuan putri kesayangannya.

"Ngomong-ngomong aku punya panggilan khusus untuk ayah." Karen berucap tiba-tiba.

"Dan apa itu?" Ayahnya tersenyum, tetapi tak dapat menyembunyikan keheranannya.

"Snerus!" pekik Karen kecil, "mulai sekarang aku tidak akan memanggilmu ayah tapi aku akan memanggilmu Snerus!"

"Jadi, kau tidak akan memanggilku ayah lagi?"

"Benar! Kalau aku panggil ayah dengan sebutan ayah, itu terlalu banyak. Tapi kalau aku panggil ayah dengan sebutan Snerus, itu sangat langka!"

"Baiklah ... terserah anak ayah saja." Snerus mencubit kedua pipi Karen, lalu dibawalah anak itu kedalam pelukannya yang hangat.

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐇𝐎𝐑𝐂𝐑𝐔𝐗  ⇄  𝑲 . 𝘱𝘰𝘵𝘵𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang