Sinar menyilaukan yang masuk dari tirai tembus pandang mengusik seorang pria tampan bertubuh kekar yang tidur tengkurap di tengah kasur berukuran besar. Ia mengerjap beberapa kali, kemudian dengan perlahan mata tajam itu terbuka dengan pening di kepalanya yang menjadi-jadi.
Yoo Jonghyuk melirik jam digital yang menunjukan pukul sembilan. Waktu yang seharusnya ia gunakan dengan dosen untuk bimbingan tugas akhir sebelum lulus. Sambil menguap panjang, ia kembali menutup mata. Meresapi tekstur lembut dan hangat dari bantal yang memiliki aroma mirip Kim Dokja.
"Kim Dokja..." Gumam Yoo Jonghyuk. Merasa tidak ada jawaban yang datang, dia mendudukkan diri secara paksa. Sesaat kemudian tangannya memegang dahi karena rasa sakit di kepalanya kembali.
"Ugh..." setelah erangan berat terdengar, mata Yoo Jonghyuk melebar sempurna. "Kenapa aku telanjang begini?"
Pria itu mengedarkan pandangan, mengamati tempat tidur yang sudah tidak berbentuk, bed cover yang lepas dari semua sisi, bajunya yang kemarin ia kenakan jatuh tidak terurus di lantai dan aroma lemah lain juga tercium hidungnya.
"...Tunggu, jangan bilang?
Suara pintu terbuka membuatnya menoleh.
"Oh, kamu sudah bangun?"
Jawaban atas semua pertanyaan di benak Yoo Jonghyuk tengah berdiri depan pintu. Kim Dokja dengan langkah yang agak di seret mendekat dengan mangkuk yang mengeluarkan asap putih tipis dan segelas minuman yang biasa digunakan untuk meredakan mabuk. Di lehernya banyak lingkaran merah. Ah tidak, di bahu dan dadanya juga.
Yoo Jonghyuk mengusap wajahnya gusar, "Apa yang terjadi semalam?"
"Kamu mabuk"
"Bukan itu. Apa aku menyakitimu?"
"Yah, sedikit" Kim Dokja meletakkan nampan di nakas lalu menyodorkan gelas pada Yoo Jonghyuk.
"Minum ini"
Yoo Jonghyuk diam, ia tidak bergeming. "Kamu belum menjawab pertanyaanku"
Kim Dokja tersenyum, "Aku rasa kamu bisa menebaknya jika mengamati kondisi kamar ini"
"Aku menggunakan pengaman kan?"
Kim Dokja menggeleng membuat kemeja yang tersampir di bahunya jatuh melorot sampai ke batas siku dan Yoo Jonghyuk bisa melihat seluruh bekas cumbuan berwarna merah dan beberapa lebam berwarna ungu tua. Walaupun melihat tubuh berkulit cantik itu penuh dengan tanda kepemilikan yang ia torehkan, tak menyangkal, rasa bersalah juga hinggap di pikirannya.
"Aku benar-benar seorang bajingan"
"Sudahlah, minum ini"
Yoo Jonghyuk menerima sodoran gelas lalu menyesap sedikit kemudian kembali meletakkannya di nakas. Ia meraih pinggang Kim Dokja lalu mendudukan tubuh ramping itu di pangkuannya. Menikmati beban berat yang nyaman, ia meraih tangan Kim Dokja lalu mengusapnya lembut. Ia tidak tau apa saja yang sudah ia lakukan semalam sampai-sampai di sisi telapak tangan yang lurus dengan jari kelingking, bekas deretan giginya juga ada di sana.
Yoo Jonghyuk mencium tangan Kim Dokja ringan sambil bertanya, "Apa terasa sangat menyakitkan?"
"Tidak" jawab Kim Dokja. "Ini bukan apa-apa, aku pernah lebih buruk dari sekarang"
Sinar matahari yang masuk dari kaca besar semakin menghangat. Menyorot dengan jelas ketika Yoo Jonghyuk dengan hati-hati membawa tubuh kecil Kim Dokja kedalam dekapannya. Seolah takut jika perlakuan kasar sedikit saja akan membuatnya lebih sakit. "Lain kali buat aku pingsan agar tidak melakukan hal seperti ini lagi"
"Apa itu artinya kamu tidak marah lagi denganku?" Tanya Kim Dokja sambil mencari posisi nyaman di dada hangat Yoo Jonghyuk sambil menikmati tangan besar yang melingkari pinggulnya dengan ujung jari yang mengusap perutnya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
best buddies [ORV FANFICTION]
FanfictionPokonya cerita YooHanKim dan Jongdok. Ada slight crossover Solo Leveling sama Lout of the Count's Family MENGANDUNG SPOILER NOVEL!!