Menuntut sebuah prioritas

1K 246 116
                                    

Kalau sudah selesai cepat datang ke rumah Kim Dokja.

Kalimat itu terus terputar di benaknya. Yoo Jonghyuk menutup pintu mobil dengan keras sampai membuat suara yang mampu membuat pejalan kaki di sekitarnya terkejut. Ia mengeratkan pegangan pada kemudi sampai garis nadi muncul ke permukaan.

Ia marah.

Jika apa yang tengah ada di pikirannya sekarang adalah sebuah kenyataan, maka orang itu adalah orang paling egois yang pernah dia kenal.

Apa karena tadi Kim Dokja melihatnya memeluk Lee Seolhwa, dia marah dan meninggalkan pemakaman tanpa memberitahunya?

Apa Kim Dokja benar-benar mempunyai pikiran sedangkal itu?

Seseorang yang selalu menutup mata pada setiap perhatian yang ia berikan sekarang bersikap seolah dia tengah cemburu?

Suara Han Sooyoung beberapa waktu yang lalu terputar di otaknya.

"Karena itulah, kau harus tau prioritasmu. Aku tau Lee Seolhwa baik, penyayang, dan tidak ragu untuk menolong. Itu sebabnya dia banyak disukai orang."

Yoo Jonghyuk tertawa sinis. Ia menginjak gas dengan kuat. "Prioritas apa? Apa harus aku yang selalu menentukan prioritas?"

Amarah bisa di rasakan dari bagaimana caranya mengemudi. Klakson dibunyikan secara kasar beberapa kali walaupun kecepatan yang ia pakai sudah melebihi batas rata-rata yang diperbolehkan.

Terlebih lagi, kenapa harus hari ini? Kenapa harus hari di mana ia kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki?

Setelah mobilnya terparkir di halaman luas, Yoo Jonghyuk keluar lalu membanting pintu mobil dengan kasar. Bahkan beberapa pekerja yang berada tidak jauh dari tempatnya menoleh secara bersamaan.

Yoo Jonghyuk yang siap meneriaki nama Kim Dokja setelah memasuki pintu utama langsung mengurungkan niatnya saat melihat seseorang yang berjalan menuruni tangga.

"Oh, Yoo Jonghyuk, benar kan?"

Orang itu, dr. Lee.

"Putriku bilang dia akan datang menemuimu, apa kalian sudah bertemu?"

Yoo Jonghyuk tidak mengindahkan pertanyaan itu, ia justru menanyakan sesuatu yang lain. "Apa yang anda lakukan di sini?"

"Putra direktur sakit. Aku memerikasanya"

"...Kim Dokja sakit?"

"Iya"

Hanya membutuhkan waktu beberapa detik, amarah yang ada di tubuhnya hilang dan tergantikan oleh ekspresi lain. Tanpa menunggu apapun lagi, Yoo Jonghyuk berlari ke tempat di mana kamar Kim Dokja berada.

Pintu kamar bercat putih itu terbuka, dan saat Yoo Jonghyuk melihat ke dalam tatapannya langsung bertemu dengan mata Han Sooyoung. Di depannya Kim Dokja tidur berbaring dengan infus yang terpasang di tangannya.

Saat ia mendekat, ia baru menyadari jika Han Sooyoung tengah memegang kapas dan sebuah micellar water.

"Ada apa dengannya?"

"Apa matamu buta?" balas Han Sooyoung kesal sambil menuang micellar water di atas kapas. Setelah itu ia menyapukan di bibir Kim Dokja, dan dengan cepat warna merah mengilang digantikan oleh warna pucat.

Melihat itu alis tebal Yoo Jonghyuk menukik, "Dia memakai lipstick?"

"Iya"

Yoo Jonghyuk meletakkan tangannya di dahi Kim Dokja, suhu tubuh laki-laki itu sangat tinggi. "Apa yang terjadi?"

"Aku juga tidak tau. Setelah kau pergi dia tiba-tiba pingsan"

Han Sooyoung menatap wajah Kim Dokja, dengan ragu-ragu ia melanjutkan kalimatnya. "Semalam... Sepertinya Kim Dokja tidak tidur"

best buddies [ORV FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang