Kebaikan mental

2K 430 45
                                    

Mobil Benz berhenti di depan pintu utama kediaman Hades yang bernuansa hitam dan abu-abu. Beberapa pekerja yang berjaga secara otomatis membukakan pintu untuk mereka dengan penuh kesopanan tanpa perlu menunggu perintah.

"Ayah dan ibu keluar saja dulu, aku akan menunggu Jonghyuk bangun"

Persephone mengangguk lalu keluar dari mobil dengan elegan, sedangkan Hades terlihat buru-buru ingin cepat-cepat memesan mobil baru untuk putra satu-satunya itu.

Kim Dokja menoleh ke arah gerbang depan, beberapa satpam terlihat sedang berbicara dengan orang lain yang tidak ia kenal. Ia menghiraukannya, mungkin mereka hanya satpam dari rumah sebelah yang kebetulan sedang saling bercengkrama.

Belum sampai lima menit, Yoo Jonghyuk membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah Kim Dokja yang tersenyum ke arahnya.

"Apa aku tertidur lama?"

"Tidak. Kita baru sampai lima menit yang lalu"

Yoo Jonghyuk mengangguk kemudian keduanya keluar dari mobil bersamaan.

Dari arah gerbang, di dalam kesunyian dan kegelapan tengah malam terlihat sinar glitch yang di iringi bunyi shutter kamera.

Tanpa sadar Kim Dokja hendak menolehkan kepalanya, namun ditahan oleh lengan Yoo Jonghyuk. Dia melepas jaketnya secepat yang dia bisa lakukan lalu ia gunakan untuk menutupi kepala Kim Dokja.

"Jalan saja"

Kim Dokja menoleh seolah bertanya 'Ada apa?' namun diabaikan oleh Yoo Jonghyuk. Dia berjalan dengan Kim Dokja yang tertutup jaket berada di bawah lengannya. Dari belakang, sinar glitch dan suara shutter terdengar lebih banyak seolah sedang berebutan.

Tanpa disadari Yoo Jonghyuk, Kim Dokja sudah mengeluarkan ponselnya. Layar hitam ia arahkan ke tempat di mana gerbang berada, dan benar saja, sesuai ekspetasinya. Mereka adalah reporter penjilat yang selalu berusaha mengusik hidupnya.

Kim Dokja menatap telapak tangannya yang mulai berkeringat. Beberapa tahun sudah berlalu, namun trauma yang ia dapat dari reporter saat ia dipaksa memberikan kesaksian mengenai apa yang terjadi pada ayah dan ibu kandungnya masih terukir dengan jelas.

Sambil terus berjalan, Yoo Jonghyuk menoleh kebelakang dengan jari tengahnya yang teracung tinggi.

Saat keduanya memasuki ruang tamu, seekor anjing putih berlari ke arah Kim Dokja. Bulu panjangnya menari seiringan dengan gerakan langkahnya. Lalu melompat kedalam pelukan Kim Dokja.

"Kau kangen aku ya, Biyoo?"

Anjing setinggi pinggang Kim Dokja mengeluarkan suara halus sambil terus berusaha mencium seluruh wajah Kim Dokja.

Yoo Jonghyuk memperhatikan anjing itu dalam diam, Biyoo adalah hadiah yang ia berikan pada Kim Dokja saat mereka masih duduk di kelas satu sekolah menengah. Saat itu Biyoo hanya sebesar tempat minuman, namun saat ini sudah tumbuh besar dengan sehat.

"Sudah lama aku tidak melihatnya, aku kira dia sudah mati"

"Biyoo sakit, jadi ayah mengirimnya ke luar negri untuk dirawat"

Kim Dokja berjongkok di depan Biyoo, lalu mengacak bulunya sambil tersenyum, "Aku juga merindukanmu"

Seorang pelayan pria berkacamata menghampiri mereka. "Saya sudah menyiapkan kamar tamu di lantai tiga, anda bisa mulai beristirahat. Selamat malam, tuan"

Setelah dia selesai dengan kalimatnya, pelayan tersebut undur diri setelah memberi salam.

Kim Dokja mengerutkan dahinya, lalu berdiri dari posisi jongkoknya. "Kamu mau tidur di kamar tamu?"

best buddies [ORV FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang