Aroma manis dari pancake menguar ke seluruh penjuru ruangan, laki-laki dengan turtle neck hitam terlihat tengah menuangkan sirup maple ke sebuah piring milik seseorang yang tengah menatap makanan di depannya dengan mata berkilau seolah sangat tertarik.
"Kelihatan enak"
Kim Dokja meraih sendok, memotong pancake lalu memakannya. Itu lezat, sesuai ekspetasi. Teksturnya lembut, manis, hangat dan ketika dikunyah seperti tengah memakan gula kapas. Jangan lupakan aroma yang benar-benar membuat perasaan menjadi lebih baik.
"...Ini sangat enak"
"Tentu saja, aku yang membuatnya" balas Yoo Jonghyuk sambil duduk menghadapnya dari sisi lain.
Kim Dokja memakannya lagi sambil menatap lurus ke wajah Yoo Jonghyuk, ia masih tidak percaya dengan kalimat yang ia dengar semalam. Tentu ia sadar bahwa Yoo Jonghyuk menyukainya, tapi ia tidak berpikir bahwa itu sebenarnya adalah cinta.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu mau lagi? Tunggu sebentar, aku akan buat lagi"
"Tidak, ini sudah cukup"
"Kalau begitu makanlah, kamu tidak akan kenyang hanya dengan memandangiku"
Kalimat itu membuat Kim Dokja semakin menatapnya, dia mengunyah pancake perlahan, menyebabkan salah satu pipinya menghembung.
Ini sulit bagi Yoo Jonghyuk untuk menahan dirinya agar tidak mencubit gemas pipi kenyal itu. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menggenggam sendoknya lebih erat.
Kim Dokja menelan dan makan lagi, ia masih terus menatap wajah Yoo Jonghyuk yang terlihat mulai terusik.
Bulu mata panjang Kim Dokja diterpa sinar matahari pagi membuat bayangan lembut di kulit putih tanpa noda yang terlihat lebih berkilau dari biasanya. Mata jernihnya terbuka lebar dan terbingkai indah dengan sepasang alis yang melengkung sempurna.
Sial, Kim Dokja terlihat sangat cantik di matanya.
"Kamu bodoh, katakan apa yang mau kamu katakan. Jangan menatapku seperti itu" seiring dengan kalimat yang keluar dari mulutnya, saat itu juga warna merah mulai merambat di telinga Yoo Jonghyuk.
"Bisakah kamu berhenti? Itu membuatku tidak nyaman"
Tentu saja, Kim Dokja tidak berhenti menatapnya. Bahkan sepertinya, ia tidak mendengar apa yang barusan Yoo Jonghyuk katakan.
Dan sekarang pipi Yoo Jonghyuk seperti akan terbakar, ia mengambil sendok lalu memukulkannya pada kepala Kim Dokja.
Dengan sedikit sentakkan, Kim Dokja terlepas dari lamunannya. Ia mengusap kepalanya dan tanpa sadar ia membuat ekspresi cemberut yang membuat kedua pipinya bertambah besar.
Di sisi lain, Yoo Jonghyuk meletakkan sendoknya keras, ia bangkit lalu berdiri di samping Kim Dokja. Ia memutar kursi mini bar agar laki-laki itu menatapnya.
Yoo Jonghyuk dengan alis yang menukik tajam, jari yang menunjuk tepat di depan hidung Kim Dokja, berkata dengan urat kekesalan, "Kamu bodoh... Jangan berani memperlihatkan ekspresi itu pada orang lain. Kamu harus mengingatnya sampai kamu mati, paham?"
Ia mengembuskan nafasnya kasar lalu berbalik, namun sebuah tangan kecil dan lembut memegang pergelangan tangannya. Membuat Yoo Jonghyuk berhenti lalu menoleh.
"Kenapa kamu marah di pagi hari seperti ini? Semalam perilakumu sudah membaik. Kamu bahkan berkata bahwa kamu mencintaik-- o-oof??" belum sampai kalimatnya berakhir, telapak tangan Yoo Jonghyuk menutupi mulutnya.
"Dasar bodoh, diam"
Kim Dokja terus bicara meskipun suaranya teredam oleh telapak tangan besar dan kasar, "Kenapa? Kamu bahkan berkata 'sampai waktu itu datang, bisakah kamu tidak pergi kemana-mana?' Klise sekali. Ternyata sunfish ini sudah besar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
best buddies [ORV FANFICTION]
FanfictionPokonya cerita YooHanKim dan Jongdok. Ada slight crossover Solo Leveling sama Lout of the Count's Family MENGANDUNG SPOILER NOVEL!!