A Story That Can be Shared

299 30 10
                                    

"Kang Ma pernah salah memasukan garam pada tehku" Kim Dokja terkekeh saat melanjutkan. "Dia sangat ketakutan hari itu, padahal aku tidak pernah menggigit"

"Apa kamu tetap meminumnya sampai akhir?" Yoo Jonghyuk tersenyum ketika mendengar Kim Dokja melanjutkan ceritanya. Udara di sekitar mereka sedikit dingin, tapi bagaimana bisa keduanya merasakan itu saat saling berpelukan?

"Tidak semuanya. Tapi tepat satu tegukan sebelum aku meminum semuanya"

Hari ini, sebagai test drive pertama mobil baru Yoo Jonghyuk, mereka melakukan midnight driving. Mengendarai jalanan setengah padat hampir selama dua jam tanpa tujuan. Dan ketidaksengajaan membawa keduanya sampai di sini. Di sebuah jalanan sepi di puncak bukit, Yoo Jonghyuk menghentikan mobilnya. Pemandangan di musim gugur membuat bintang terlihat jelas walau dengan mata telanjang. Jadi mereka memutuskan untuk berdiam lebih lama.

Dengan selimut yang Kim Dokja bawa, Yoo Jonghyuk sebenarnya tidak tau kenapa kekasihnya itu sampai membawanya tapi semuanya jadi keuntungan sekarang. Mereka naik ke atap mobil. Yoo Jonghyuk memeluk Kim Dokja dari belakang dengan selimut yang menutupi tubuh mereka.

Yoo Jonghyuk meletakkan dagunya di bahu Kim Dokja dan bertanya, "Kenapa kamu tidak menyadarinya?"

"Pendapatan yang aku dapatkan lebih rendah dari biasanya. Jadi aku stress"

"Jangan terlalu memaksakan diri. Paman tidak akan memaksamu untuk menghasilkan uang sendiri, lagipula pendapatanku sekarang sudah lebih dari cukup untuk memberimu makan sampai kamu mati"

"Aku tau" jawab Kim Dokja santai. Bagaimanapun, dia merasa jika mentalnya lebih stabil ketika dia berbagi percakapan dengan Yoo Jonghyuk seperti ini. Therapist yang ditugaskan oleh ayahnya juga berpikir demikian dan berkata bahwa keadaannya lebih membaik sekarang. Semakin banyak kalimat yang dia ceritakan, semakin banyak juga beban yang berada di pundaknya berkurang.

Yoo Jonghyuk adalah pendengar yang sangat baik. Dia akan terus mendengar cerita yang sama ratusan bahkan ribuan kali tanpa terlihat bosan tidak peduli apakah topik yang dibicarakan sesuai dengan seleranya atau tidak. Walaupun dia tidak memberikan tanggapan panjang dengan kalimat-kalimat penuh perhatian, semua yang keluar dari celah bibirnya adalah sesuatu yang selalu si pendengar inginkan.

Karena itulah Kim Dokja merasa paling mengenal dirinya dan lebih hidup ketika berada di samping Yoo Jonghyuk juga alasan mengapa dia sangat terobsesi terhadapnya.

"Jonghyuk, kamu tau?"

"Apa?"

"Kamu lebih baik daripada bajingan psikopat itu"

"Apa kamu bicara tentang protagonis novel yang sangat kamu cintai?"

Kim Dokja mengangguk, memiringkan kepala sambil sedikit menoleh ke belakang. "Mhm"

"Kamu yakin, aku lebih baik dari dia?"

Yoo Jonghyuk tertawa. Kedua matanya melengkung dengan garis lembut ketika suara dalam, sedikit serak dan basah keluar dari bibirnya. Penampilan menyeramkan dan dingin pergi tanpa jejak, menjadikannya seperti seorang anak kecil.

Mungkin karena bangga, untuk pertama kalinya dia menang dari protagonis sebuah novel yang selalu Kim Dokja sanjung-sanjung setiap harinya.

Kim Dokja yang menyaksikan hal tersebut berkata tanpa sadar. "Jonghyuk-ah, kamu lebih tampan saat kamu tertawa"

Yoo Jonghyuk tersenyum. Mata dalam miliknya yang biasa berwarna gelap kali ini terlihat berkilau karena cahaya seakan tengah melihat langit malam penuh bintang. Padahal, yang tengah ia perhatikan hanyalah seorang manusia biasa. "Benarkah?"

Kim Dokja mengangguk dan Yoo Jonghyuk bertanya lagi. "Bagaimana bisa kamu menemukan novel jelek seperti itu?"

Kim Dokja menjawab dengan berapi-api. "Novel itu bagus!" Selanjutnya dia menatap langit yang jauh untuk beberapa saat. Kemudian satu jarinya menunjuk pada salah satu bintang yang berpendar lemah.

best buddies [ORV FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang