Udara dingin dari musim gugur semakin menusuk di kulit. Beberapa orang sudah memakai mantel tebal jika berpergian keluar rumah. Dan ada juga beberapa yang lebih memilih berada di dalam ruangan dengan pemanas yang dinyalakan. Seperti yang Yoo Jonghyuk dan Kim Dokja lakukan sekarang. Di kamar Kim Dokja dengan nunansa putih keduanya tengah duduk berdampingan dengan buku panduan yang terbuka di atas meja.
Melihat buku Yoo Jonghyuk yang masih bersih seperti tidak pernah tersentuh, Kim Dokja mengambil stabilo miliknya sendiri lalu menyodorkannya. "Pakai ini. Garis bawahi yang penting"
"Yang penting?"
"Iya"
Yoo Jonghyuk mengangguk singkat lalu membuka penutup stabilo, dan tanpa disagka ia mencoretkannya pada pipi putih Kim Dokja. Bukannya di bukunya sendiri.
Ia menatap dengan puas. Warna hijau neon dan kulit yang seputih susu terlihat sangat kontras.
Tentu saja perlakuannya barusan mendapat pelototan dari sang pemilik kulit. "Hei, aku bilang tandai bukumu kenapa malah pipiku?! Kamu bajingan..."
"Kamu berkata bahwa aku harus mencoretkannya di yang penting"
"Iya! Kenapa kamu malah mencoretkannya di pipiku?"
"? Karena kamu penting?"
Detik berikutnya Kim Dokja berkedip lugu beberapa kali, kemudian setelah ia sadar sepenuhnya dengan seluruh keberanian ia memukul kepala Yoo Jonghyuk kuat. Lalu membuang muka kesembarang arah. Tidak peduli kemana, yang terpenting adalah ia tidak akan membiarkan Yoo Jonghyuk melihat wajahnya yang sudah pasti berwarna merah sekarang.
Hari ini keduanya baru bisa bertemu dengan leluasa karena selama tiga minggu yang lalu, Yoo Jonghyuk sebagai ketua basket baru memimpin pertandingan terakhir sebelum tim di angkatannya lulus dan tentu saja ia keluar sebagai pemenangnya. Song Minwoo mendapat banyak makian dituduh tidak becus dan yang lainnya, dan entah bagaimana, ia memutuskan untuk pindah sekolah ke luar kota.
Kim Dokja menutup bukunya sendiri lalu menoleh ke Yoo Jonghyuk yang sudah bersandar di lengan sofa. "Sepertinya kamu kemari tidak untuk belajar"
"Kali ini tingkat kepekaanmu meningkat lebih cepat"
"Sudah kubilang kan untuk mengatakannya secara langsung!" setelah gerutuan bernada tinggi keluar dari mulutnya, Kim Dokja bergeser dan duduk lebih mendekatinya.
"Bagaimana pertandinganmu?"
"Kamu menontonnya"
"Itu berbeda dengan mendengarnya langsung darimu"
"...Itu berjalan baik"
Kim Dokja memainkan rambut Yoo Jonghyuk lalu kembali membuka suaranya. "Kalau aku tidak salah, Kim Namwoon juga tiba-tiba jadi sopan padamu? Dia bahkan memanggilmu kapten"
"Aku rasa dia punya kepribadian ganda"
"Yang benar itu kepribadian chuunibyou. Lucu sekali saat melihat dia ingin tampil keren di depan Lee Jihye dan punya dendam tersendiri terhadapmu"
"Dia takut aku akan mengambil Lee Jihye darinya. Padahal dia sudah seperti adikku"
Kemudian keheningan yang nyaman menyapa mereka. Kim Dokja menekan hidung Yoo Jonghyuk dengan telunjuknya beberapa kali sebelum ikut berbaring dengan kepalanya yang berbantal dada lebar orang di sebelahnya.
Tidak ada yang berbicara lagi setelah itu. Kim Dokja mendengarkan ritme jantung yang berdetak konstan dengan perasaan lega. Tangan besar yang mengusap kepalanya menambah kesan relaksasi.
Entah sudah berapa lama mereka dalam posisi itu, Persephone sudah berdiri di depan keduanya dengan tangan yang berkacak pinggang. "Pantas saja ditunggu tidak datang juga, ternyata kalian malah seperti ini ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
best buddies [ORV FANFICTION]
Fiksi PenggemarPokonya cerita YooHanKim dan Jongdok. Ada slight crossover Solo Leveling sama Lout of the Count's Family MENGANDUNG SPOILER NOVEL!!