Lamunan Kim Dokja langsung buyar ketika pundaknya ditepuk beberapa kali. Ketika menoleh ke samping, dia mendapati Yoo Jonghyuk yang menatap khawatir ke arahnya.
"Ada yang sakit?"
Kim Dokja menggeleng sambil tersenyum tipis. Ia menerima uluran tangan lalu keluar dari mobil.
Dua pasang kaki yang tertutup Air Jordan bermotif sama persis menapaki halaman First Murim. Hari ini adalah saatnya evaluasi seluruh anggota agensi dilaksanakan.
Kim Dokja menatap tangannya yang bertaut dan wajah Yoo Jonghyuk secara bergantian. Mereka ada di jarak sedekat ini namun terasa berjalan dengan jarak yang sangat berjauhan. Dalam beberapa hari terakhir Yoo Jonghyuk menjadi lebih pendiam dari biasanya. Pria itu selalu terlihat memikirkan hal berat setiap saat. Ingin tau apa yang terjadipun tak bisa. Karena serpihan kecil menyerupai fragment dari memorinya perlahan mengabur dan hilang.
Di tengah kesunyian itu tanpa sadar Kim Dokja berjalan ke depan seorang diri. Memutus tautan jemari dan meninggalkan Yoo Jonghyuk beberapa langkah di belakang. Netranya meneliti tiap awan yang tercetak seperti hamparan kapas tak berujung dengan teliti.
"Kim Dokja"
Panggilan rendah membuatnya menoleh. Tersadar bahwa keduanya telah terpisah dengan jarak beberapa meter.
Kim Dokja berbalik, hendak mengambil langkah untuk kembali ke sisi sang kekasih hati. Namun, angin yang menyapu sedikit lebih kencang dari sebelumnya membuat kakinya berhenti. Hembusan dingin dengan sisa kehangatan musim panas membawa banyak daun kering yang tengah berguguran di dalamnya. Melayang dan berputar sejenak di udara sebelum kembali jatuh ke tanah.
Sinar senja terpantul pada salah satu sisi tubuh Yoo Jonghyuk. Coat hitam panjangnya terangkat beriringan dengan rambutnya yang juga tersapu angin. Di wajahnya tersirat satu ekspresi yang tidak bisa Kim Dokja baca sedikitpun tak peduli berapa lama dia menatapnya.
Detikan dari jam tangan hitam di pergelangan Yoo Jonghyuk masih berdetak seperti yang seharusnya. Namun, waktu di sekitar keduanya terasa beku. Baik Kim Dokja maupun Yoo Jonghyuk hanya berdiri di kejauhan sembari menatap lurus pada mata yang lain. Membiarkan angin yang sudah berubah sepoi mengirimkan gelayar perasaan yang tengah mereka rasakan.
Kim Dokja membuka mulutnya beberapa kali hanya untuk menutupnya kembali. Tak disangka yang pertama kali mengambil langkah adalah Yoo Jonghyuk. Sekali lagi bagian bawah coat hitam yang dikenakan menari di udara seiring dengan langkah yang di ambil.
Setelah jarak hanya terpaut satu langkah, Yoo Jonghyuk berhenti. Lelaki itu menyempatkan diri mengamati wajah kekasihnya yang mulai memerah karena dingin menyapa. Dia tersenyum. Sangat lembut hingga rasanya cukup aneh ketika mengingat wajah itu hanya bisa berekspresi dingin di hari biasa.
Detik selanjutnya Kim Dokja merasakan tangan kanannya di raih secara lembut dan perlahan. Detik demi detik berlalu, membawa tangannya tepat di depan dadanya sendiri.
"Yoo Jonghyuk"
Sang pemilik nama hanya diam. Tetapi seiring dengan bergerak tangannya lagi, ribuan ekspresi rumit itu perlahan hilang. Tergantikan dengan desiran halus yang terkirim secara cepat saat bibirnya menyentuh permukaan kulit punggung tangan Kim Dokja.
Di depan para trainee yang membentuk kelompok-kelompok kecil, Yoo Jonghyuk mencium tangan Kim Dokja cukup lama. Dia ingin berada di tempat dan posisi itu untuk selamanya namun suara kembali memanggilnya. Kali ini terdengar sangat nyaman.
"Jonghyuk-ah"
Dorongan perlahan turun. Memisahkan bibirnya dengan permukaan lembab nan sejuk untuk berganti dengan sentuhan lain di sisi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
best buddies [ORV FANFICTION]
FanfictionPokonya cerita YooHanKim dan Jongdok. Ada slight crossover Solo Leveling sama Lout of the Count's Family MENGANDUNG SPOILER NOVEL!!