Yuda mendaki bukit sambil menghirup udara segar di pagi hari. Ia tampaknya menikmati kesejukan udara di Desa Limus yang masih asri itu. Yuda menoleh ke belakang melihat Irgina dan Natalia. Kedua gadis itu tampak pucat dan lemas.
"Kalian sepertinya sedang tidak sehat. Apa semalam kalian tidur nyenyak?" tanya Yuda.
"Kami tidur nyenyak, kok," jawab Natalia.
"Tunjukkan semangat muda kalian, udara di sini sangat segar. Kalian tidak akan menyia-nyiakan masa cuti kalian, kan?" tanya Yuda penuh semangat.
Irgina mendengus kesal. Ia pun mempercepat langkahnya mendaki bukit. Bahkan ia melewati Yuda.
Yuda memundurkan wajahnya. "Wah, kau dapat energi dari mana, Irgina?"
"Aku bisa! Sewaktu kuliah, aku adalah ketua pendaki gunung! Semangat!" Irgina berlari meninggalkan Yuda dan Natalia.
"Semangat," kata Natalia lemas.
Yuda tersenyum kecil. Ia menarik tangan Natalia agar berlari bersamanya. Natalia menatap tangan kekar Yuda yang menggenggam erat tangannya. Wajah pucat Natalia berubah jadi merah. Yuda tertawa kecil.
🥀🥀🥀
Irgina dan Natalia duduk bersandar di bawah pohon rindang. Mereka tampak lemas seperti sebelumnya.
"Oh, ayolah," gerutu Yuda.
"Apanya yang ayo, Mas Yuda?" gerutu Irgina.
"Kalian lemas begitu pasti karena belum sarapan, ya?" Yuda mengeluarkan tiga bungkus roti dari tasnya lalu memberikannya pada Irgina dan Natalia, masing-masing satu. Sementara satu lagi untuk dirinya.
"Nanti bungkusnya bawa pulang dan buang di wadah sampah penginapan, ya. Jangan dibuang sembarangan di sini," kata Yuda.
"Iya," jawab Irgina dan Natalia berbarengan.
Sepasang kekasih menghampiri Yuda. "Mas, Mas, boleh minta tolong fotoin, dong."
"Oh, boleh." Yuda pun memotret kebersamaan pasangan kekasih itu.
"Pemandangan yang indah dan cuaca yang cerah untuk berpacaran," gumam Natalia.
Irgina menoleh pada Natalia lalu ia berdehem. "Jadi, apakah kau benar-benar bisa melihat hantu?"
Natalia mengangguk.
"Kapan saja kau melihat hantu? Apa hantu-hantu itu ada di sekitarku?" tanya Irgina penasaran.
Natalia melihat ke belakang Irgina. Melihat arah tatapan Natalia, Irgina segera menangkup wajah Natalia.
"Tidak perlu disebutkan, cukup ceritakan yang sudah berlalu saja," kata Irgina.
"Nanti Kak Irgina takut," ucap Natalia.
"Tidak apa-apa. Kalau sudah berlalu, aku tidak terlalu takut. Karena... itu sudah berlalu," kata Irgina yakin.
Natalia menatap lurus.
🥀 Flashback On 🥀
"Kakak tinggal di rumah sendirian?"
"Iya, aku tinggal sendirian di rumah. Tapi, itu bukan rumahku, itu rumah sewa. Aku bukan asli orang sini," jawab Irgina.
"Ooohh."
"Bagaimana denganmu?" Irgina balik bertanya.
Natalia tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada vending machine di tepi jalan. Lebih tepatnya pada sosok tinggi besar di dahan pohon beringin dekat vending machine.
Natalia menutup rapat mulutnya mencegah teriakan refleks yang bisa keluar kapan saja.
Karena pertanyaannya tidak dijawab, Irgina menoleh pada Natalia. Ia melihat arah pandang juniornya itu yang melihat ke vending machine. "Kau mau minuman dingin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
KorkuSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...