Part 38

75 9 0
                                    

Di Gereja.

Yuda dan Natalia menautkan jemari mereka masing-masing. Keduanya menutup mata sambil berdo'a dalam hati.

Wajah kakek tua yang menempel di leher Yuda semakin besar. Kakek tua itu meringis seperti orang kesakitan.

Natalia membuka matanya. Ia melihat wajah kakek tua itu membesar dan semakin besar lagi. Matanya yang melotot terus bergulir-gulir.

Natalia mencopot kalung salib di lehernya lalu memasangkannya ke leher Yuda. Perlahan Yuda membuka matanya. Ia menatap Natalia.

Si kakek tua berteriak semakin kencang. Matanya pun meledak dan keluar. Natalia menutup matanya karena jijik. Satu per satu dari bagian wajah si kakek mulai meledak dan hancur. Hingga akhirnya menghilang dari leher Yuda.

"Natalia," gumam Yuda. Tatapannya kembali seperti dulu. Tatapan menenangkan dan ramah.

Natalia tersenyum. "Jangan dilepas. Apa pun yang terjadi, jangan lepaskan kalungnya."

Yuda tersenyum lalu mengangguk.

Sementara itu, Irgina telah selesai berbicara dengan Erfan. Ia mengakhiri panggilannya. Gadis itu melihat orang-orang yang sudah keluar dari Gereja.

"Natalia dan Mas Yuda ke mana? Kenapa mereka belum keluar?" gumam Irgina.

Tak lama kemudian, Yuda dan Irgina keluar. Mereka tampak kembali akrab seperti dulu. Keduanya tertawa saat membicarakan lelucon garing.

Irgina tersenyum melihat itu. "Ya, memangnya apa yang bisa mengalahkan cinta sejati?"

Sesampainya di rumah Zyara, Irgina memarkirkan mobilnya. "Tidak apa-apa 'kan mobilnya diparkirkan di sini?"

Yuda mengangguk. "Iya, tidak apa-apa. Aku bisa jalan kaki ke rumah Pak RT."

Natalia tersenyum saat Yuda melambaikan tangannya. "Sampai jumpa, Natalia."

"Sampai jumpa, Mas Yuda." Natalia juga melambaikan tangannya.

Setelah Yuda pergi, Irgina menyikut lengan Natalia sambil tersenyum kecil. "Ehm, pantas saja kalian lama. Kalian akrab lagi rupanya. Seharunya dari awal aku tidak ikut saja, ya. Aku malah mengganggu kalian berdua."

Natalia menyikut lengan Irgina. "Apa yang Kakak bicarakan? Aku senang Kakak bersama kami. Kalau tidak ada Kakak, kami pasti merasa canggung."

"Jadi, apa peletnya sudah menghilang total?" tanya Irgina setengah berbisik.

Natalia mengangguk. "Semoga saja."

🥀🥀🥀

Dartiwi menggerutu kesal. "Kenapa dia pergi bersama Natalia?"

Bu RT menenangkan putrinya. "Itu artinya Yuda adalah orang yang religius. Jadi, seharusnya kau senang, karena pria yang religius biasanya adalah pria yang setia."

Dartiwi mendengus pelan, "Lalu, kenapa dia harus pergi bersama Natalia? Kenapa tidak pergi sendirian?"

Bu RT melihat Yuda datang. Pria itu membuka pagar rumah. Bu RT meletakkan telunjuknya di depan bibir sambil mendesis.

"Yuda datang," kata Bu RT.

"Sana, Ibu pergi saja mengawasi para penjahit. Aku harus bicara berduaan dengan Mas Yuda agar romantis," kata Dartiwi.

Bu RT pun pergi menuruti permintaan putrinya.

Dartiwi menghampiri Yuda. "Mas Yuda!"

Yuda menoleh pada Dartiwi. "Oh? Dartiwi?"

Dartiwi melihat perubahan dari cara menatap Yuda terhadapnya. Meski bersikap ramah padanya, tapi tatapan Yuda terkesan dingin dan risih saat melihatnya.

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang