Part 44

20 2 0
                                    

Di rumah, Zyara tampak khawatir. Ia berkali-kali menghubungi nomor Irgina dan Natalia.

"Sebenarnya mereka pergi ke mana?" gerutu Zyara. Ia melihat Rina pulang.

Zyara segera masuk ke dalam rumah lalu ke kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya.

Rina masuk dan melihat pintu kamar Zyara yang tertutup rapat. Ia tidak terlalu peduli lalu melangkahkan kakinya ke dapur.

Ada bahan makanan di meja yang tampaknya baru dibeli. Rina mengernyit. "Kenapa mereka tidak memasak sesuatu untukku? Bukankah mereka sudah berjanji akan membayar biaya menginap dengan memasak?"

🥀🥀🥀

Irgina mendengus kesal. "Kenapa tidak menelepon polisi dari tadi? Dari tadi kau hanya diam menungguku bangun?"

"Aku terlalu panik dan takut. Aku tidak bisa memikirkan apa pun," kata Natalia. Ia pun menelepon nomor darurat kepolisian.

Namun, tampaknya ada masalah. Panggilan tidak bisa terhubung. Natalia melihat sinyal ponselnya.

"Ah, tidak ada sinyal di sini," gerutu Natalia.

Irgina mengeluarkan ponselnya. Layarnya retak. "Oh layar ponselku!"

"Kakak pasti terjatuh dengan keras tadi," kata Natalia.

Irgina segera menelepon nomor polisi, tapi tetap saja tidak bisa terhubung. Tidak ada sinyal.

"Apa yang akan kita lakukan? Bermalam di sini?" tanya Natalia. Ia mengusap perutnya. "Aku lapar sekali."

Irgina beranjak. Ia melihat ke sekeliling sambil menyalakan senter di ponselnya. "Pasti ada pintu keluar di sekitar sini. Mana ada rumah yang dibuat tanpa pintu, kan?"

Irgina berjalan agak sempoyongan dan tertatih. Natalia menyusulnya.

"Meski pun kita menemukan pintu, apa kita bisa keluar? Pasti pintunya sudah terbungkus tanah dan lumut. Kita akan kesulitan membukanya," kata Natalia.

"Kita cari saja dulu. Kalau ketemu kita bisa menendang atau menghancurkannya menggunakannya benda-benda di dalam rumah ini," kata Irgina.

Natalia mendengar suara dari ruangan lain di rumah kecil itu. Ia melihat pintu yang sedikit terbuka. Natalia pun berjalan menuju ke pintu itu. Ia membukanya. Ternyata pintu tersebut menuju ke kamar mandi. Suara yang ia dengar adalah suara tetesan air dari kran yang sudah rusak.

Natalia mengernyit. Warna air di kran itu terlihat sangat gelap. Karena penasaran, Natalia menyentuhnya lalu mencium aromanya. Bau busuk menusuk hidungnya membuat Natalia mual. Ia menyorotkan senternya ke bak mandi. Kedua matanya membulat melihat cairan hitam yang memenuhi bak mandi tersebut bahkan sebagian meluber membasahi lantai kamar mandi.

Natalia mundur satu langkah menghindari cairan yang bau busuk itu agar tidak mengotori kakinya.

"Air apa ini? Warnanya hitam, kental, dan sangat bau," gumam Natalia.

Sementara itu, Irgina menemukan sebuah pintu. Ia pun membukanya, tidak terkunci. Irgina menyorotkan senternya ke sekeliling. Ada banyak kain berwarna putih di ruangan tersebut.

"Ah, aku pikir ini pintu keluarnya," gerutu Irgina. Saat ia akan menutup pintunya, perhatiannya teralihkan pada sesuatu yang terbungkus kain putih di sudut ruangan.

"Apa itu?" gumam Irgina. Ia melangkah untuk melihatnya di jarak yang lebih dekat. Sesuatu yang terbungkus kain putih itu memiliki bentuk mirip tubuh manusia.

Irgina mengambil kayu di dekat pintu lalu menggunakannya untuk menyingkap kain tersebut.

Natalia keluar dari kamar mandi. Ia melihat ke sekeliling. "Ke mana perginya Kak Irgina? Apa dia sudah menemukan pintu keluar?"

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang