Widya menutup mulutnya. Ia segera pergi menuju ke pintu, tapi tiba-tiba pintu depan tertutup dengan sendirinya seolah-olah ada yang menutupnya dari luar.
Langkah Widya terhenti. Ia panik apalagi mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.
Rina keluar dari kamar dengan kedua tangan berlumuran darah segar bahkan ada yang menetes ke lantai.
Widya tidak bisa menggerakkan tubuhnya seolah-olah membeku. Entah apa penyebabnya. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Keringat dingin mengalir dari keningnya.
Rina berdiri di belakang Widya dengan gunting benang yang masih meneteskan darah bahkan ada kulit-kulit yang tersangkut di celahnya.
"Kau tidak seharusnya di sini dan melihat apa yang tidak boleh kau lihat."
🥀🥀 Flashback Off 🥀🥀
"Dia menusuk pinggangku dengan gunting benang lalu menusuk perutku lagi dan lagi. Aku merasakan darahku yang tidak berhenti mengalir. Tubuhku lemas dan tidak bisa digerakkan. Rina menyeretku ke bak sampah dan membakarku hidup-hidup. Itulah sebabnya aku terbunuh," Widya yang tidak lain adalah hantu muka gosong itu mengakhiri ceritanya.
Natalia mendongkak menatap Widya lalu merespon, "Aku tidak mengerti, bagaimana bisa kau mengingat kematianmu? Biasanya hantu tidak ingat bagaimana mereka mati. Itulah sebabnya aku tidak mempercayai ceritamu."
Widya mendengus kesal. "Beberapa hantu ingat di detik-detik kematiannya. Apalagi kalau kematiannya dibuat lama oleh si pembunuh. Aku sekarat selama 1 jam lebih!"
"Benar juga," gumam Natalia.
"Aku bahkan melihat Resa yang datang sebelum aku benar-benar mati," ucap Widya.
"Itulah sebabnya kau terus mengikuti Resa?" tanya Natalia.
"Memangnya kenapa? Lagipula Resa tidak keberatan dengan keberadaanku. Dia bahkan menutup gorden dan semua pintu agar aku tetap bersamanya. Dia tahu keberadaanku dan selalu meminta maaf padaku atas apa yang dilakukan Rina terhadapku," ceroscos Widya.
"Kau berisik sekali. Ternyata ada juga hantu cerewet sepertimu," gerutu Natalia.
"Bagaimana caranya agar aku pergi dengan damai kalau mayatku tidak ketemu," gerutu Widya sambil menunduk sedih.
🥀 Flashback Off 🥀
Natalia mendengus kesal. Ia menutup laptopnya lalu keluar dari kamar. Ia melihat ke sekeliling. Tidak ada siapa-siapa di ruang keluarga. Natalia pergi ke dapur dan melihat Zyara sedang mencuci piring.
"Kak Irgina ke mana?" tanya Natalia.
"Sedang mengangkat jemuran," jawab Zyara.
Natalia pun melenggang pergi setelah mendengar jawaban Zyara.
Zyara mengernyit. "Kenapa dia terlihat khawatir? Apa terjadi sesuatu?"
Irgina masuk ke dalam rumah. Ia memasukkan jemuran kering miliknya ke dalam keranjang baju.
Natalia menghampiri Irgina. "Kak, aku rasa kita perlu bicara."
Zyara juga keluar dari dapur. Ia melihat Irgina mengangkat jemuran Rina juga.
"Biar aku saja, Kak." Zyara mengambil baju Rina dan Irgina lalu membawanya ke dalam kamar Rina.
Natalia menyipitkan matanya melihat ke dalam kamar Rina.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Irgina.
"Aku rasa kita harus segera pulang ke kota," kata Natalia.
Irgina memundurkan wajahnya. "Kau tiba-tiba ingin pulang? Sebelumnya kau bersikeras ingin tetap di sini sampai beberapa hari ke depan."
Natalia terdiam untuk sesaat. "Aku ingin bertemu dengan ibuku."
Irgina menatap Natalia lalu ia mengusap bahu gadis itu.
"Pak Eldo bilang, ibuku menunjukkan gejala yang baik dan ingin bertemu denganku," kata Natalia.
Irgina tersenyum. "Benarkah? Syukurlah. Kalau begitu, ayo kita kembali ke kota. Aku akan bicara dengan Mas Yuda. Kita bisa pulang besok."
Natalia tersenyum kemudian mengangguk. "Kita pulang besok."
Zyara yang sedang melipat baju Rina di kamar, mendengar percakapan Irgina dan Natalia. Ia tampak sedih.
Malam telah tiba.
Irgina, Natalia, Zyara, dan Rina makan malam bersama. Zyara tampak tidak bersemangat sama sekali. Ia makan dengan pelan dan melamun.
Irgina yang melihat Zyara tampak lesu pun bertanya, "Apa makanannya tidak enak?"
Zyara mendongkak menatap Irgina. "Enak, kok."
"Apa kau sedang kurang sehat?" tanya Natalia.
Zyara menggeleng. "Aku baik-baik saja."
Rina tidak terganggu sama sekali. Ia tetap makan.
"Sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan," kata Natalia.
Zyara yang sudah tahu tampak semakin sedih. Rina menoleh pada Natalia.
"Besok kami akan kembali ke kota," kata Natalia.
Irgina mengangguk mengiyakan ucapan Natalia. "Kami berterima kasih atas tumpangannya selama ini. Maaf banyak merepotkan dan menunda kepulangan."
"Kalian tidak terlalu merepotkan. Mau bagaimana pun kalian harus kembali bekerja, bukan?" ucap Rina diakhiri dengan pertanyaan.
Irgina mengangguk.
Setelah makan malam, mereka kembali ke kamar masing-masing. Natalia mau pun Irgina tampak sibuk dengan laptop mereka.
"Kakak sudah mendapatkan naskah lagi?" tanya Natalia.
"Iya." Irgina mengangguk. "Oh ya, aku sudah bilang pada Mas Yuda. Kita akan kembali ke kota besok pagi. Sekitar jam 7 atau jam 8."
Natalia merespon, "Aku sudah mengemas barangku."
"Ngomong-ngomong, Pak Eldo dan ibumu saling mengenal?" tanya Irgina.
Natalia mengangguk. "Iya, kurasa begitu. Pak Eldo bilang, dia dan ibuku dulunya teman dekat. Aku bertemu Pak Eldo di RSJ tempat ibuku dirawat. Dia datang untuk menjenguk Ibu. Kemudian dia menawariku bekerja di LD Publisher."
"Begitu, ya." Irgina mengangguk mengerti.
🥀🥀🥀
Natalia membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling. Hanya ada dirinya di kamar.
"Kak Irgina? Kakak?" Natalia bngkit sambil mengucek matanya. Ia keluar dari kamar dan melihat ke sekitarnya.
"Kak Irgina ke mana, sih? Kak Irgina? Kita harus segera mengeluarkan koper kita. Sebentar lagi Mas Yuda pasti datang menjemput," ucap Natalia.
Terdengar suara dari kamar Rina. Natalia mengerutkan keningnya. Suaranya seperti seseorang yang sedang menggunting sesuatu.
Natalia pun melangkahkan kakinya menuju ke kamar Rina. Ia meyakinkan dirinya untuk membuka pintu kamar tersebut.
Saat dibuka, Natalia terkejut melihat Rina sedang menguliti tangan Irgina yang tak sadarkan diri.
"Apa yang kau lakukan!" bentak Natalia.
Rina menoleh dengan mata yang merah menyala. Natalia melihat payung di sudut kamar. Ia akan mengambilnya. Namun, saat tangannya akan menyentuh payung tersebut, tubuhnya mendadak tidak bisa digerakkan.
Apa yang terjadi? Kenapa tubuhku menjadi kaku? Batin Natalia. Matanya bergerak ke sudut. Ia melihat Rina mengacungkan gunting yang berlumuran darah di tangannya.
"Kau tidak seharusnya di sini dan melihat apa yang tidak boleh kau lihat," kata Rina datar dengan suara yang berubah.
"Tidak! Kau bukan Rina! Kau iblis bermata merah itu! Sadarah! Kau dikendalikan oleh hantu sialan itu!" teriak Natalia.
Rina tersenyum lebar lalu menusukkan gunting benang ke perut Natalia. Darah segar terciprat mengenai wajah Rina. Natalia meringis pelan. Ia ingin berteriak dan melawan, tapi ia tidak bisa.
Rina menusuk perut Natalia berkali-kali. "Bukankah seharusnya kau mati saat tenggelam di kolam waktu itu?"
🥀🥀🥀
15.00 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
HorrorSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...