Natalia membuka matanya. Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Ia melihat sosok bermata merah itu menggantung di atas sudut ruangan dan kini menatap padanya sambil tersenyum lebar.
Keringat dingin mengalir dari dari Natalia. Ia juga melihat sosok Widya yang mengintip dari pintu kamar yang sedikit terbuka.
Natalia berusaha menggerakkan tubuhnya, tapi tidak bisa. Bahkan matanya pun tidak bisa berkedip. Alarm di meja berbunyi. Natalia masih membeku bahkan jam bekernya jatuh ke lantai. Alarm di ponselnya juga berdering.
Jemari tangan kiri Natalia gemetar karena saking berusahanya untuk bergerak.
Sosok bergaun merah itu tiba-tiba muncul di depan wajah Natalia.
"Eurrgghh!" Natalia tersentak bangun saat mendengar suara alarm. Ia menoleh ke mejanya dan mematikan alarm tersebut.
Natalia bangkit dengan keringat dingin yang mengalir dari sekujur tubuhnya lalu menatap ke sekelilingnya.
Alarm di ponselnya juga berbunyi. Natalia mematikannya sambil menghela napas berat dan pergi ke kamar mandi.
Di LD Publisher.
Natalia tidak bisa fokus ke naskah di layar komputer. Ia masih dihantui bayang-bayang sosok bermata merah itu.
Irgina berjalan gontai menuju ke meja Natalia sambil meletakkan botol minuman dingin ke meja Natalia tanpa mengatakan apa pun lalu pergi begitu saja.
Natalia menatap Irgina yang hanya tersenyum padanya. "Terima kasih, Kak."
Di botol tersebut ada kertas tempel bertuliskan, "Semangat! Semoga lain kali kita bisa berlibur bersama ke tempat yang lebih menyenangkan!"
Natalia tersenyum.
Jam istirahat, Irgina dan Natalia makan di tempat biasa.
"Kau terlihat pucat. Apa kau sakit?" tanya Irgina.
Natalia menggeleng. "Aku baik-baik saja, kok."
"Semalam polisi yang menangani kasus kematian ibunya Zyara meneleponku," kata Irgina.
Natalia menatap Irgina dengan serius. "Polisi itu menanyakan sesuatu pada Kakak?"
Irgina mengangguk. "Mereka menanyakan tentang sikap Zyara dan Rina selama kita menginap di rumah mreka."
"Jawaban Kakak?" tanya Natalia penasaran.
"Aku menjawab seadanya," ujar Irgina.
Natalia tampak berpikir.
"Apa kau tahu sesuatu yang tidak aku ketahui?" tanya Irgina.
Natalia tidak segera menjawab. Ia membatin, memberitahu Kak Irgina tentang Rina bukanlah hal yang bagus. Lagipula tidak ada bukti kuat yang bisa memberatkan Rina sebagai pembunuh. Sejauh ini hanya hantu Widya yang menjadi saksi dan tentunya itu akan dianggap konyol. Lebih baik aku tidak memberitahu Kak Irgina.
"Tidak ada hal lain yang kuketahui," kata Natalia. Ia mencari topik pembicaraan lain. "Oh ya, bagaimana lamarannya?"
Irgina tersipu. "Semuanya berjalan lancar."
Natalia tersenyum lalu menyikut lengan Irgina. "Saat menikah nanti jangan lupa undang aku, ya."
"Tentu saja, kau akan mendapatkan undangan pertama," ucap Irgina.
Natalia tersenyum.
"Bagaimana kabar ibumu? Kau sudah menemuinya?" tanya Irgina.
"Besok aku akan menemuinya setelah pergi ke Gereja bersama Mas Yuda," jawab Natalia.

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
TerrorSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...