Part 16

72 9 0
                                    

Di kamar, Irgina tampak asyik mengotak-atik ponselnya. Sementara Natalia sibuk dengan laptopnya seperti biasa.

"Kak Irgina, jangan main HP sambil tiduran, ah. Nanti Kakak ketiduran lagi seperti kemarin," gerutu Natalia.

Irgina tertawa kecil. "Maaf, kemarin aku sangat mengantuk, jadi aku ketiduran."

Natalia cemberut. Ia teringat sesuatu. "Oh ya, Mas Yuda mengajak kita ke Telaga Limus besok. Bagaimana menurut Kakak?"

Irgina tampak berpikir. "Ide bagus. Tinggal 4 hari lagi kita di sini. Setidaknya kita harus mengunjungi tempat-tempat bagus sebelum pulang agar kita punya kenangan indah selama cuti."

Natalia mengangguk seraya tersenyum. "Aku akan menelepon Mas Yuda dan membicarakannya lagi setelah selesai dengan pekerjaanku."

Irgina mengernyit. "Menelepon Mas Yuda? Sejak kapan kalian bertukar nomor telepon?"

Natalia terdiam untuk sesaat lalu ia menjawab, "Tadi aku bertukar nomor telepon sewaktu pulang dari Gereja. Siapa tahu kami akan mengunjungi Gereja yang sama dan akan berangkat bersama."

Irgina tersenyum penuh curiga membuat Natalia tersipu. Kedua pipinya memerah.

"Aaah, Kak Irgina," rengek Natalia.

Suara Natalia sampai terdengar ke kamar Zyara. "Dia manja sekali, padahal dia lebih tua dariku."

"Ya sudah, kerjakan pekerjaanmu sampai tuntas," suruh Irgina.

Natalia menyodorkan tasnya yang penuh dengan camilan. "Makan ini biar Kakak tidak ketiduran."

"Aku bisa gendut kalau makan malam-malam begini," gerutu Irgina. "Aku tidak akan tidur, kok."

Natalia menyipitkan matanya. "Baiklah."

Irgina kembali fokus ke ponselnya.

"Oh ya, waktu itu Kakak pernah bilang kalau Kakak punya teman yang bisa melihat hantu. Apa Kakak merasa tidak nyaman saat bersama orang itu?" tanya Natalia.

"Emmm, sebenarnya iya. Aku tidak nyaman saat bersamanya," jawab Irgina.

"Lalu bagaimana denganku? Apa Kakak nyaman berada di dekatku?" tanya Natalia.

"Masalahnya, temanku itu suka mendeskripsikan hantu yang dilihatnya setiap kami melewati sebuah tempat angker. Jadi, aku selalu kesal dan takut kalau keluar jalan-jalan dengan orang itu. Kalau kau... kau tidak pernah menjelaskan seperti apa makhluk yang kau lihat. Justru kau cenderung menghindarinya," ucap Irgina.

Natalia tampak berpikir. "Apa Kakak yakin kalau teman Kakak itu benar-benar bisa melihat hantu? Atau dia hanya ingin menjadi center attention saja? Bisa jadi dia pura-pura seperti orang indigo atau orang yang punya indera keenam agar teman-temannya menganggap dia spesial."

"Entahlah, yang pasti dia sering bilang, kalau semua keluarganya punya indera keenam. Jadi, semua orang dalam keluarganya itu bisa melihat hantu dan berkomunikasi dengan mereka," jawab Irgina.

Natalia terdiam untuk beberapa saat. "Lain kali, aku ingin bertemu dengannya."

"Dengan temanku?" tanya Irgina.

Natalia mengangguk. "Iya, sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya seputar hantu. Karena aku rasa aku sama dengannya, dia pasti bisa membantuku dan mengerti kondisiku."

"Baiklah, lain kali aku akan mempertemukanmu dengannya," kata Irgina. "Ngomong-ngomong, sejak kapan kau bisa melihat hantu?"

"Aku tidak yakin kapan aku mulai bisa melihat mereka, tapi sebenarnya aku sama seperti ibuku yang juga bisa melihat kehadiran makhluk-makhluk itu," ucap Natalia pelan.

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang