Yuda menghentikan mobilnya di depan rumah Zyara. Irgina dan Natalia segera keluar dari mobil. Mereka mengetuk pintu.
"Zyara?!"
"Zyara, buka pintunya!"
Natalia menggedor pintu dan mengedor kaca juga. "Zyara!!!! Buka atau akan aku dobrak!"
Yuda berdiri di samping mobil. Ia memutar bola matanya. "Kenapa mereka berdua malah seperti ibu kontrakan dan rentenir?"
Zyara dan Rina masih saling menatap. Rina mengangkat tangannya lalu menyentuh dahi Zyara.
Suara gedoran di pintu membuat Zyara tersentak. Ia mendorong Rina kemudian pergi untuk membuka pintu.
Saat pintu dibuka, Zyara terkejut melihat Irgina dan Natalia. "Kakak kembali lagi?"
Irgina dan Natalia saling pandangan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Irgina.
Zyara mengangguk. "Aku baik-baik saja, kok. Tapi, kenapa kalian kembali? Bagaimana kalau atasan kalian marah, karena kalian tidak pulang ke kota?"
"Kami masih memiliki sisa waktu untuk liburan," kata Natalia.
Irgina dan Natalia melihat Rina muncul dari kamar. Gadis itu berdiri di belakang Zyara.
"Kenapa hanya berdiri di luar? Masuklah, hari sudah malam," kata Rina.
Irgina dan Natalia saling pandang. Zyara dan Rina masuk duluan. Irgina mengikutinya. Natalia akan masuk, tapi langkahnya terhenti. Ia berbalik melihat ke belakangnya. Yuda sudah tidak ada di sana. Hanya ada mobilnya yang perparkiran di depan pagar.
"Ke mana Mas Yuda? Cepat sekali dia perginya."
🥀🥀🥀
Zyara, Irgina, dan Natalia duduk bersebelahan. Sementara Rina duduk di kursi tunggal. Sosok-sosok itu masih ada di sekelilingnya. Natalia berusaha untuk tidak melihat ke arah Rina, karena bisa jadi ia bertatapan dengan salah satu makhluk itu. Kalau sampai mereka bertatapan, maka makhluk-makhluk itu akan menyadari kalau Natalia bisa melihat mereka.
"Kami akan bermalam beberapa hari lagi di sini, apa kau tidak keberatan?" tanya Irgina pada Rina.
Zyara melirik kakaknya. Dalam hati, ia berharap Rina mengizinkan Irgina dan Natalia menginap.
"Kami akan membeli bahan makanan dan memasaknya. Jadi, kita semua bisa makan bersama," kata Natalia sambil menatap Rina.
Makhluk berleher panjang mendekatkan wajahnya ke wajah Natalia. Tampaknya ia tertarik pada Natalia. Sebisa mungkin Natalia tidak melihat ke arah makhluk itu. Bahkan saat makhluk itu membuka mulut dan menghembuskan napasnya di depan wajah Natalia. Membuat rambut Natalia bergerak-gerak.
"Baiklah, kalian boleh menginap di sini, tapi jangan lama-lama," kata Rina.
Sosok berleher panjang itu pun menjauh dari Natalia. Dalam hati, Natalia menjerit. Sialan! Ingin sekali kutendang dan aku ikat lehernya yang panjang itu!
Irgina menghela napas lega. "Terima kasih, Rina."
Rina mengernyit. "Dari mana kau tahu namaku?"
Zyara tampaknya juga penasaran, karena selama ini ia tidak pernah membahas tentang kakaknya.
"Ibu RT yang memberitahu kami," Natalia yang menyahut. "Teman kami yang bernama Mas Yuda, yang tadi mengantar kami itu menyewa kamar di rumah Bu RT. Jadi, kami lumayan akrab dan berbincang sedikit."
Rina bergumam pelan, "Oh, jalang sialan itu rupanya."
Meski pun pelan, Irgina dan Natalia masih bisa mendengarnya. Mereka saling pandang.
Zyara menjelaskan, "Maksud kakaku adalah Ibu RT."
Irgina dan Natalia tersenyum kaku. "Oohh."
"Benar juga, aku harus menjahit baju untuk mendapatkan uang. Apa jalang gendut itu masih membuka usaha jahit?" tanya Rina pada Zyara.
Zyara mengangguk pelan. "Iya, karyawannya juga masih bekerja padanya."
"Baguslah, besok aku akan datang untuk bekerja lagi padanya," kata Rina kemudian berlalu ke kamarnya.
Setelah itu, Irgina dan Natalia menempati kamar lain, karena kamar yang sebelumnya mereka tempati diambil alih oleh Zyara yang memang pemilik kamar tersebut. Sementara kamar yang biasa digunakan Zyara ditempati oleh Rina.
"Mas Yuda pergi begitu saja tanpa permisi. Dia terlihat agak aneh," kata Natalia.
"Iya, Tidak biasanya dia dingin dan kaku seperti itu," ucap Irgina.
"Apa mungkin dia mendapatkan masalah? Seharusnya aku menanyakan keadaannya juga," kata Natalia sedih.
"Kau tidak perlu khawatir, besok kita temui dia," hibur Irgina.
"Ke rumah Pak RT? Tapi, aku tidak tahu di mana rumahnya," ujar Natalia.
"Kita bisa bertanya pada Zyara. Dia pasti tahu. Atau kau bisa pergi bersama kakaknya. Tadi, kakaknya bilang, dia bekerja pada Bu RT," kata Natalia.
"Tidak, aku tidak mau pergi bersamanya. Aku mau pergi bersama Kakak saja," kata Natalia.
Irgina mengangguk. "Baiklah."
Ponsel Irgina berdering. Ia melihat nama Pak Eldo di layar. "Pak Eldo menelepon."
Mendengar ucapan Irgina, Natalia tampak khawatir. "Benarkah? Dia pasti marah."
Irgina pun mengangkat panggilan tersebut.
"Bukankah seharusnya kalian sudah sampai jam 6 sore di sini? Kenapa kalian belum juga datang?" tanya Pak Eldo dari seberang sana.
Irgina melihat ke arah Natalia yang memberikan kode. Ia mengangguk. "Begini, Pak, sebenarnya tadi kami sudah hampir sampai, tapi ada sesuatu yang ketinggalan. Jadi, kami terpaksa kembali."
"Kau tahu buku Dia Datang karya penulis yang kalian datangi itu di-banned?" tanya Eldo. "Semua orang di kota membakar buku itu. Para pembeli buku Dia Datang membatalkan pemesanan mereka."
Irgina tidak segera menjawab.
"Kau pasti sudah tahu kabarnya dari TV atau artikel berita di internet, kan? Tidakkah kau berpikir kalau kau akan berada dalam masalah kalau kau dan juniormu tetap berada di sana?" Dari nada bicaranya, tampaknya Eldo sedang marah. Tidak biasanya Irgina mendengar Eldo marah.
"Kami akan segera kembali, Pak," kata Irgina.
"Yuda ke mana? Kenapa dia tidak bisa dihubungi?" tanya Eldo.
"Ponsel Mas Yuda hilang, tapi dia baik-baik saja, kok," jawab Irgina.
"Kalau begitu, besok siang kalian harus sudah kembali ke kota, mengerti?!"
"Baik, Pak."
Panggilan pun berakhir.
"Bagaimana ini? Kita akan pergi? Lalu bagaimana dengan Zyara?" tanya Natalia.
"Aku rasa tadi aku hanya sedikit parno. Sepertinya Rina memang kakak yang baik. Mungkin cara bicaranya memang sedikit kasar seperti Zyara, tapi tadi mereka terlihat akrab. Besok kita kembali saja ke kota," kata Irgina.
Natalia tampak berpikir. "Tapi, aku masih merasa kalau Rina bukan orang yang baik. Dia seperti dipengaruhi oleh sesuatu yang membuatnya sedikit... berbeda."
"Maksudmu?" tanya Irgina.
"Aku melihat sosok yang mengelilingi Rina. Mereka memiliki aura negatif. Bahkan hantu muka gosong pun takut padanya," jelas Natalia.
"Mengelilingi? Ja-jadi maksudmu lebih dari satu hantu yang berada di sekitarnya?" tanya Irgina.
Natalia mengangguk. "Kakak masih datang bulan, kan? Aku tidak bermaksud menakut-nakuti, tapi sebaiknya jaga jarak dari Rina. Hantu menyukai bau amis darah."
"Sebentar lagi aku selesai, kok," ucap Irgina.
Ponsel Irgina berdering lagi.
"Siapa yang menelepon?" tanya Natalia.
Irgina memeriksa ponselnya. "Ibuku."
🥀🥀🥀
19.55 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
رعبSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...