Part 72

68 9 0
                                    

"Eeuuhh!" Natalia melihat dindingnya mulai retak. Ia mengerahkan seluruh tenaganya. Kran berhasil ditarik hingga copot dan Natalia tersungkur ke lantai. Ia melihat ke lubang di dinding yang mengeluarkan banyak sekali cairan hitam. Bak mandi sudah penuh dengan cairan hitam, bahkan sampai meluber dan mentes ke lantai kamar mandi.

Sesaat cairan hitam itu berhenti mengalir seperti ada sesuatu yang menghambatnya dari dalam sana. Tiba-tiba sebuah kepala dan potongan-potongan tubuh manusia keluar dari lubang tersebut membuat Natalia menjerit kaget.

Natalia segera bangkit dan mundur melihat potongan tangan dan kaki yang berjatuhan dari lubang dinding ke bak mandi dan lantai. Bau busuk semakin menusuk hidung. Natalia menutup hidungnya.

Sebuah tangan menggantung di lubang dinding. Mungkin ada bagian yang dipotong besar sehingga tersangkut. Namun, Natalia mengenali gelang yang terpasang di tangan tersebut.

"Zyara?!" Natalia mengguncangkan tangan itu. Tidak peduli meski cairan hitam yang bau busuk itu menempel di tangan tersebut mengotori tangannya.

"Zyara!" Natalia mengambil tembok yang tadi copot bersama kran yang ia tarik lalu menghantamkannya ke dinding dengan kuat hingga retak.

Natalia tidak menyerah. Ia terus menghantamkan tembok tersebut ke dinding. Sebagian besar dindingnya pun roboh dan lubangnya semakin besar. Tubuh yang masih utuh itu keluar dari balik dinding bersama dengan keluarnya berliter-liter cairan hitam berbau busuk.

Natalia segera menarik tubuh Zyara dan membawanya ke luar dari kamar mandi.

"Zyara!" Natalia mengguncangkan tubuh Zyara. "Bangun! Zyara, bangun!"

Perlahan Zyara membuka matanya. "Kak Natalia? Kenapa Kakak di sini?"

"Kau baik-baik saja?" Natalia menghela napas lega.

"Kenapa tangan Kakak diborgol?" tanya Zyara.

"Ini karena kesalahpahaman, kau tidak perlu khawatir," ucap Natalia.

Tiba-tiba tubuh Natalia dan tubuh Zyara terpental berlawanan hingga terbentur dengan dinding.

"Aarrgghh!" teriak Natalia yang kesakitan di bagian punggung dan bahunya yang terbentur ke dinding.

Zyara meringis pelan sambil memegangi lengannya.

"Kakak, Kakak tidak apa-apa?" Zyara berjalan sempoyongan menghampiri Natalia sambil membantunya berdiri.

Sekelebat bayangan muncul di hadapan mereka. Natalia dan Zyara tampak ketakutan, mereka saling berpegangan tangan.

"Kalian baik-baik saja?" Zaki memasuki ruangan.

Natalia dan Zyara menoleh. Mereka menghela napas lega. Zaki menghampiri kedua perempuan itu lalu mereka pergi.

"Kalian pergi begitu saja tanpaku?"

Langkah mereka bertiga terhenti lalu menoleh ke belakang, ternyata Rina. Ia berdiri lumayan jauh dari tempat mereka saat ini. Gadis itu tersenyum lebar. Auranya lebih gelap dan terlihat lebih menakutkan dari biasanya.

Zaki menarik Zyara dan Natalia ke belakangnya. Natalia melihat kunci borgol di sabuk Zaki.

"Rina, menyerahlah dengan baik-baik. Saat ini kami sudah mengepungmu," kata Zaki sambil menodongkan pistolnya.

"Bukankah kalian seharusnya menghadapi hyena?" tanya Rina.

Zaki tidak merespon.

"Hanya kau sendirian yang bisa lolos dari para hyena itu?" tanya Rina lagi.

"Hyena yang kau maksud hanyalah ilusi. Kau yang membuat ilusi itu?" ucap Zaki diakhiri dengan pertanyaan.

"Ya, manusia bodoh seperti kalian memang mudah diperdaya," ucap Rina yang tiba-tiba berada di depan Zaki dan menusuk perut pria itu dengan gunting benang di tangannya.

"Tidak!" Zyara berusaha menyingkirkan tangan Rina agar berhenti memperdalam tusukannya pada perut Zaki.

Zaki menarik pelatuknya, tapi pistol yang ia pegang tampaknya tidak berfungsi. Saat ini tubuhnya tidak bisa digerakkan seolah-olah membeku.

Dari bawah, Natalia mengunci tangan Rina dengan borgol. Saat ia akan mengunci tangan satunya, tiba-tiba tubuhnya terpental jauh dan membentur dinding. Natalia tersungkur ke lantai.

"Kak Natalia!" Zyara panik melihat Natalia yang terkapar dan tak sadarkan diri.

Zyara berteriak saat dirinya juga tiba-tiba terpentak ke dalam ruangan yang dipenuhi kain-kain putih berjumbai. Pintu ruangan itu terbanting dan tertutup rapat.

Rina menusuk perut Zaki berkali-kali hingga laki-laki itu tertekuk di lantai dengan darah yang terus mengalir dari perutnya.

"Kau akan berakhir seperti dua polisi bodoh itu," ucap Rina sambil mengangkat gunting benang di tangannya untuk menusuk leher Zaki.

Namun, Zaki menahan tangan Rina sehingga gunting benang itu menusuk tekapak tangannya. Rina terkejut, karena Zaki yang tidak terkendali olehnya lagi.

"Bagaimana mungkin?" gumam Rina.

Tiba-tiba seseorang datang dan melompat ke arah Rina lalu mendorongnya hingga mereka berdua sama-sama berguling di lantai. Pria itu membalikkan tubuh Rina agar tengkurap lalu mengaitkan borgol ke tangan satunya. Sekarang kedua tangan Rina terborgol ke belakang. Gadis itu meronta.

"Pak Markus," ringis Zaki.

Ternyata pria itu adalah Markus. Ia memukul titik kesadaran Rina agar berhenti memberontak. Gadis itu pun tak sadarkan diri.

"Kau baik-baik saja?" Markus menoleh pada Zaki dan melihat darah di perut juniornya itu.

"Sebenarnya guntingnya tidak menusuk bagian vitalku. Aku masih baik-baik saja, tapi ini rasanya memang perih dan sakit," kata Zaki sambil berusaha berdiri. "Yang membuatku lemas dan terterkuk, karena aku tiba-tiba tidak bisa mengendalikan dan menggerakkan tubuhku yang membeku tanpa sebab."

"Sepertinya kita berhalusinasi karena suara gadis ini," kata Markus. "Dia bisa menghipnotis kita lewat suaranya."

"Lalu yang di luar itu? Kita berhalusinasi melihat kawanan hyena yang menuruni bukit, tapi itu bukan karena mendengar suara Rina," kata Zaki.

"Ingat suara misterius dan angin yang muncul? Sepertinya itu juga hipnotis," kata Markus sambil bangkit dan mengangkat tubuh Rina di bahunya.

"Aku akan menyuruh beberapa polisi yang sudah sadar dari halusinasi mereka untuk membantumu," kata Markus.

Zaki melihat ke arah Natalia yang masih tak sadarkan diri lalu ia melihat ke pintu ruangan yang tertutup di mana Zyara berada di dalam sana.

"Natalia, bangun." Zaki mengguncangkan tubuh Natalia.

Markus melangkahkan kakinya keluar dari rumah tua itu, tapi langkahnya terhenti kala melihat sosok itu berdiri di depan pintu keluar.

"Ba-bagaimana mungkin?" gumam Markus.

Zaki menoleh ke arah Markus. Kedua matanya terbelalak melihat Rina berdiri di depan pintu sambil tersenyum lebar.

"Kau terkejut?" tanya Rina.

"Tutup telingamu, Zaki!" suruh Markus.

Zaki segera menutup telinganya dengan kedua tangan.

Markus menjatuhkan mayat di pundaknya yang sebelumnya itu adalah Rina.

"Kalian masuk ke dalam rumah ini, berarti kalian ingin mati," kata Rina.

Markus menodongkan pistolnya ke dahi Rina.

Rina tertawa. "Kalau kau membunuhku, Rina yang akan mati. Aku tidak akan mati."

Markus mengernyit.

Pandangan Rina tertuju pada kalung salib di leher Markus. "Rupanya kau punya Tuhan."

Rina mencekik leher Markus, tapi dengan cepat, Markus menembak kaki Rina membuat gadis itu terpundur tanpa berteriak atau bereaksi kesakitan sama sekali.

Darah berwarna hitam mengalir dari luka di kakinya.

Markus mengerutkan dahinya melihat itu.

🥀🥀🥀

10.04 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang