"Mmmm." Natalia menikmati jajanannya. Begitu pun dengan Irgina.
"Batagor dan siomay ini lezat sekali. Hanya dengan lima ribu rupiah, kita bisa dapat sebanyak ini," ucap Natalia.
Irgina mengangguk. "Iya."
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Baik Irgina mau pun Natalia sama-sama belum tidur. Kedua gadis itu menatap langit-langit kamar.
Irgina bergulir membelakangi Natalia. Ia mengambil ponselnya dari meja lalu mengotak-atik layar datar berbentuk bersegi itu.
"Pacarnya Kakak?" tanya Natalia mengintip Irgina yang sedang asyik dengan ponselnya.
Irgina menoleh. "Bukan, ini ibuku."
"Oh, hehe." Natalia terkekeh kecil.
"Kau tidak tidur?" tanya Irgina.
"Aku tidak bisa tidur, mungkin karena aku tidur selama dalam perjalanan," jawab Natalia.
"Kalau lampunya dimatikan, mungkin kita bisa tidur lebih cepat." Irgina mematikan lampu ruangan menyisakan lampu meja.
Natalia mengeratkan selimutnya. "Di sini dingin sekali, ya."
"Iya, mungkin karena kita berada di desa yang dekat dengan pegunungan," jawab Irgina. "Apakah sebelumnya kau pernah tidur berdua?"
"Tidak, aku anak tunggal. Sejak kecil aku tidur sendirian. Ini pertama kalinya aku tidur dengan seseorang," jawab Natalia. "Kalau Kakak?"
Irgina menjawab, "Aku juga pertama kali tidur dengan orang lain. Aku terbiasa tidur sendiri, tapi sepertinya menyenangkan juga ada teman tidur."
"Berarti aku beruntung," kata Natalia.
Irgina menoleh pada Natalia. "Kenapa?"
"Karena aku orang pertama yang tidur dengan Kakak sebelum suami Kakak," celetuk Natalia.
"Kau ini!" Irgina mencubit pipi Natalia.
"Kak Irginaaa!"
Sementara itu di tempat lain.
Zyara memainkan sendok di mangkuk mie instan yang masih panas. Uap lembut bergerak-gerak di atas mangkuk mie kuah tersebut. Gadis itu pun menyantapnya.
Pandangan Zyara tertuju ke kartu nama Irgina di meja.
Di kamar penginapan.
Irgina terbangun dan melihat Natalia tidur dengan nyenyak. Ia menaikkan selimut sampai leher Natalia.
Jam tangan Irgina menunjukkan pukul satu dini hari. Ia pun pergi ke kamar mandi dan berwudhu. Setelah itu, Irgina melaksanakan salat malam.
Kedua tangannya menengadah. Ia berdo'a dalam hati. Semua hal yang mengganggu pikirannya, harapannya, dan keluh kesahnya.
🥀 Flashback On 🥀
Pria tampan berseragam hijau lumut itu berdiri berhadapan dengan Irgina. Ia tersenyum. "Aku akan kembali dan meminta restu dari ibumu."
Irgina mengangguk seraya tersenyum. "Aku akan menunggumu, Mas."
Di tanda pengenalnya tertera nama Muhammad Erfan.
🥀🥀🥀
Irgina menggenggam tangan wanita berjilbab yang tengah duduk di sofa. Wanita yang tak lain adalah ibunya itu mengalihkan pandangannya.
"Kau begitu mencintainya?" tanya wanita paruh baya itu tanpa menatap wajah putrinya.
Irgina mengangguk. "Iya, Bu."

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
HorrorSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...