Part 24

89 8 0
                                    

Zyara memakai seragam sekolahnya. Ia bercermin sembari membenarkan dasinya. Tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar kamarnya. Ia membuka pintu dan melihat Rina sedang dimarahi ibunya.

"Bagaimana bisa awalnya kau berada di peringkat 3  lalu sekarang turun menjadi peringkat 11. Apa ini pantas disebut peringkat? Bahkan kau tidak masuk 10 besar," ucap wanita paruh baya berkacamata itu.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku membagi waktu belajar dengan mencari uang. Ibu menyuruhku menjahit di rumah Bu RT untuk mendapatkan uang lebih," kata Rina.

"Itu tidak bisa dijadikan alasan mengapa peringkatmu turun! Resa bisa lebih baik darimu. Dia bisa belajar dan terus berkarya membuat novel. Dia tetap menjadi peringkat pertama di kelasnya!" bentak wanita paruh baya itu.

Rina mengepalkan tangannya. "Ibu tidak tahu seperti apa perjuanganku. Untuk mendapatkan peringkat 3 pun susah."

"Itu karena kau bodoh! Ibu menyekolahkanmu agar bisa menjadi wanita sukses yang bekerja di kantoran. Dengan begitu, kau tidak perlu bergantung pada suamimu saat sudah menikah nanti. Ibu tidak mau kau seperti ibu menderita dalam kemiskinan karena ditinggalkan ayahmu!"

Rina membuang muka.

"Kalau kau terus begini, kau tidak perlu kuliah. Setelah lulus sekolah, langsung bekerja saja atau menikah."

Rina mendecih. "Ibu menyekolahkanku dan memaksaku bekerja bukan karena Ibu mengkhawatirkan masa depanku, Ibu hanya mengkhawatirkan masa depan Resa. Ibu ingin aku menjadi tulang punggung keluarga dan membiayai hidup kalian. Iya, kan?!"

"Rina!"

"Apa?!" Bentak Rina. Pandangannya tertuju pada Zyara yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka.

Zyara mengalihkan pandangannya kemudian berlalu pergi ke sekolah tanpa pamit pada kakak dan ibunya.

Di sekolah, Zyara selalu dikucilkan oleh teman-temannya. Mereka tidak menyukai Zyara dan suka bergosip di belakang Zyara.

Saat Zyara memasuki kelasnya, Anita dan Sani saling pandang lalu mereka menjauhinya sambil menatap jijik padanya.

Zyara tidak peduli. Ia duduk di bangkunya. Siswi-siswi yang duduk di belakangnya saling berbisik.

"Lihatlah si Resa anak pelacur desa ini. Pasti milik ibunya sudah sebesar lubang got, jadi ibunya sudah tidak laku lagi."

"Si Resa juga suka menulis novel dewasa bahkan beberapa sudah terbit. Dia pasti pernah mencoba batangan juga, ya."

"Iya, mana mungkin anak pelacur tidak belajar melacur dari ibunya. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

"Menjijikkan."

Tangan Zyara mengepal kuat.

"Siapa nama ibunya? Aku lupa?"

"Elis si pelacur."

"Hahaha!"

Zyara menggebrak meja. Ia berbalik menatap teman-temannya. "Bisakah kalian berhenti mengurus hidup orang lain?!"

"Memangnya kenapa? Ibumu memang pelacur, apa kami salah? Kenapa kau tersinggung?"

Zyara mendorong perempuan yang barusan bicara. "Mulutmu harus dijahit atau dirobek sekalian."

Terjadi perkelahian antara Zyara dengan 4 orang siswi sekelasnya itu. Namun, Zyara yang diliputi kemarahan melawan mereka tanpa ampun. Ia mengambil cutter di meja lalu menodongkannya ke wajah siswi di depannya.

"Sekali lagi kau bicara, aku akan membunuh kalian, Bajingan-bajingan gila!" ancam Zyara.

"Kau pikir kami takut? Ayahku akan menyeretmu ke penjara kalau kau melukaiku sedikit saja," ucap siswi yang hidungnya berdarah itu sambil tersenyum mengejek.

Wajah menyebalkan itu membuat Zyara semakin emosi. Terdengar suara bisikan, "Bunuh dia, sayat lehernya. Dia akan mati dan berhenti mengganggumu."

Tanpa Zyara tahu, sosok bergaun merah dan berambut panjang itu berdiri di belakangnya. Ia yang membisikkan kata-kata itu untuk mempengaruhi Zyara.

Zyara mengangkat pisau tersebut lalu mengayunkannya hingga mengenai wajah siswi di depannya. Semua orang terkejut melihat itu. Mereka tidak mengira Zyara benar-benar melukainya.

Sosok wanita berbaju merah itu tertawa kemudian menghilang.

Elis harus datang ke sekolah dan mengganti rugi atas apa yang diperbuat oleh putrinya.

Di rumah, Elis menasehati putrinya, "Lain kali jangan dengarkan omongan mereka."

"Mereka harus diberi pelajaran. Karena orang tuanya tidak mengajari mereka, maka aku harus memberikan mereka pelajaran yang setimpal," kata Zyara.

"Sejak kapan putri ibu jadi pendendam begini?" Elis menangkup wajah Zyara.

"Aku bukan pendendam, aku hanya memiliki ingatan yang bagus dan hati yang sensitif saat disinggung seseorang," sanggah Zyara.

Elis menggeleng pelan. "Kalau begitu, kau harus meneruskan tulisanmu. Para pembaca dan penggemarmu pasti menunggu karyamu yang baru."

Sementara itu, Rina sedang menjahit di rumah Bu RT. Tidak hanya Rina, ada banyak penjahit yang bekerja pada Bu RT. Rata-rata ibu-ibu yang berusia 30-40 tahunan yang bekerja di sana.

Mereka juga tidak menyukai Rina sama halnya seperti Zyara.

"Elis menyuruh anaknya yang sulung untuk bekerja, sementara anak bungsunya disuruh duduk di kamar."

"Iya, lama-lama Rina akan dijadikan pelacur menggantikan dirinya suatu hari nanti saat dia sudah tidak laku."

Rina memutar bola matanya. Ia bergumam pelan, "Para jalang yang tidak bisa berhenti berceloteh. Mereka seharusnya bekerja memberikan blow job agar berhenti bicara."

Setelah lelah setengah hari bekerja, Rina pulang ke rumah. Ia melihat ada paket di meja. Ia membukanya, ternyata isinya buku karya Zyara.

"Buku dewasa 21+?" gumam Rina setelah membaca bagian belakang cover-nya. Karena penasaran, Rina membacanya.

Zyara baru selesai mandi. Ia keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Rina membaca bukunya.

"Kenapa Kakak membaca bukuku tanpa izin?!" Zyara merebut buku tersebut dari tangan kakaknya.

"Apa yang kau tulis? Kenapa kau menulis cerita dewasa seperti itu? Kau terinspirasi dari ibumu?" tanya Rina.

Zyara tidak segera menjawab.

"Kenapa kau mendeskripsikan wanita di novelmu itu seolah adalah aku?!" bentak Rina. "Apa semua bukumu begini?"

"Itu... itu... aku hanya menulis cerita fiksi. Lagipula Kakak tidak seperti itu, kan? Mereka tidak akan berpikir kalau itu Kakak," cicit Zyara.

"Aku memang bukan wanita yang seperti itu, tapi karena mereka membaca novelmu, mereka mengira aku seperti itu. Itulah sebabnya mereka menjauhiku! Kenapa kau tidak menciptakan tokoh lain yang tidak seperti aku?!" teriak Rina.

Zyara tidak bisa berkata-kata.

Karena kakaknya marah, Zyara menemui temannya yang bernama Widya. Dia adalah satu-satunya teman Zyara di kampung.

Widya adalah gadis yang putus sekolah, karena orang tuanya tidak mampu membiayai. Widya membantu orang tuanya bertani.

"Itu salahmu, kenapa kau membuat tokoh wanitanya seperti kakakmu. Seorang gadis yang malang karena ditinggal oleh ayahnya dan tidak diperhatikan ibunya. Lalu dia menjadi sugar baby. Padahal Kak Rina tidak seperti itu. Bahkan kau membuat sketsa gambar yang menyerupai kakakmu," gerutu Widya.

"Kakakku sangat cantik, aku suka dengan kepribadiannya yang membuatku terinspirasi menulis novel dewasa ini," kata Zyara.

"Apakah kau tidak berniat menulis novel horror?" tanya Widya.

"Novel horror?" Zyara tampak berpikir.

"Kau sangat pandai menulis. Kenapa menulis novel romance dewasa yang sudah biasa di pasaran. Sesekali kau harus menulis horror."

🥀🥀🥀

11.13 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang