Part 71

70 9 0
                                    

"Katakan pada mereka kalau senjata yang digunakan Natalia untuk membunuh korbannya adalah gunting benang," ucap Widya.

"Benar!" Natalia memukul pintu besi di depannya membuat Markus dan Zaki terkesiap.

"Hantu Widya bilang, senjata pembunuhan yang digunakan Rina adalah gunting benang," kata Natalia penuh keyakinan.

Markus dan Zaki saling pandang. Karena hanya mereka yang tahu kalau pembunuh menggunakan gunting benang sebagai senjata pembunuhan.

Akhirnya setelah mempercayai Natalia, kedua polisi itu mengeluarkannya dari jeruji besi dengan kedua tangan diborgol.

"Kalian jahat sekali, kenapa memborgol tanganku?" gerutu Natalia.

"Bagaimana jika kau tiba-tiba kabur?" gerutu Markus.

"Kalian masih tidak percaya padaku? Aku tidak akan kabur. Kalau aku kabur, kalian boleh menembak kakiku," ucap Natalia.

"Jangan mengeluh, ini bukumu." Zaki menyodorkan buku Dia Datang pada Natalia.

Dengan tangan yang masih terborgol, Natalia pun menerimanya.

"Kami akan membawa pasukan polisi untuk mengikutimu," kata Markus.

"Aku akan pergi ke kaki bukit Desa Limus. Dia pasti di sana," ucap Natalia.

"Kami sudah menyisir tempat itu berkali-kali. Kami juga masuk ke dalam rumah tua itu. Tidak ada siapa pun di sana," kata Markus.

"Dia? Dia siapa maksudmu?" tanya Zaki penasaran.

Bayangan sosok wanita bermata merah itu terlintas di benak Natalia. Ia pun menjawab, "Siapa pun itu, aku yakin Rina dan Zyara juga di sana, tapi kalian tidak bisa melihatnya."

Akhirnya, Markus membawa Natalia ke tempat yang dimaksud bersama beberapa orang polisi.

Sesampainya di tempat itu, mereka disambut dengan hawa dingin yang mencekam yang sebelumnya tidak seperti itu.

Natalia menatap rumah tua di depannya. Ia pun membuka buku Dia Datang di tangannya. Markus dan Zaki berdiri di belakangnya.

Dengan tangan yang masih terborgol dan sedikit gemetar, Natalia menatap bagian Prolog buku tersebut lalu ia membacanya dengan suara bergetar. "Dia datang, dia datang lagi. Suara cakaran-cakaran di dinding rumahku memekakkan telinga. Aku sendirian dan aku ketakutan kala bisikan-bisikan itu kembali terdengar. Dia selalu menyeretku dalam perasaan penuh ketakutan, menghanyutkanku dalam gelisah, dan membunuhku dalam ke kedinginan. Hening. Yang kudengar hanya suara tetes air di kran yang menetes ke wastafel kamar mandi...."

Natalia berhenti membaca saat ia merasakan aura di sekelilingnya terasa semakin mencekam.

Tiba-tiba angin berhembus dari arah timur laut. Para polisi bersiaga dengan pistol mereka.

Terdengar suara misterius yang menggema dari puncak bukit. Para polisi tampak khawatir.

Angin berembus menenerpa rerumputan di kaki bukit yang mereka pijak. Saat itu lah muncul kawanan hyena dari puncak bukit. Mereka menuruni kaki bukit dan menuju ke orang-orang yang berada di sana.

Para polisi menembaki hyena yang terus bertambah.

"Dari mana mereka datangnya? Tidak ada hyena dan hewan buas di sekitar sini!" ucap Markus sambil menembaki hyena-hyena yang kelaparan itu.

Begitu pun dengan Zaki. "Apakah ini hanya halusinasiku saja? Mereka tidak mati meski ditembak berkali-kali."

Suara tembakan yang bersahutan menggema di kaki bukit Desa Limus.

Natalia akan memasuki rumah tua itu, tapi sebuah tangan yang muncul tanah mencengkeram kakinya.

"Sial!" Natalia menendang tangan-tangan itu yang terus bermunculan. Kedua tangannya yang diborgol membuatnya tidak bisa bergerak lebih leluasa.

Natalia berhasil masuk. Ia tersungkur jatuh. Buku yang ia pegang terlempar. Natalia menunduk melihat tangan yang putus masih memegang kakinya.

"Menjijikkan!" Natalia menyingkirkan tangan itu lalu ia pun bangkit dan mengambil bukunya lalu melanjutkan langkahnya memasuki rumah tua itu.

Natalia melihat ke sekeliling. Tiba-tiba  keadaan menjadi sunyi. Ia tidak bisa mendengar apa pun, suara tembakan yang bersahutan di luar rumah juga tidak terdengar lagi. Natalia bahkan tidak bisa mendengar suara napasnya sendiri.

Sayup-sayup terdengar suara orang berbincang dan tertawa dari kejauhan. Natalia mengernyit. Ia melihat ke sekeliling. Rumah itu berubah dalam sekejap seperti rumah normal yang bersih dan dihuni.

Apa aku terjebak ke dimensi lain? Batin Natalia. Ia melangkah ke pintu mencari asal suara itu. Ternyata di depan rumah tersebut ada banyak orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tidak hanya ada satu rumah di kaki bukit, tapi ada banyak rumah warga.

Dilihat dari pakaian dan fasilitas di rumah-rumah itu, tampaknya Natalia terjebak di tahun 90-an. Kaki bukit yang sepi dan angker terlihat lebih hidup pada waktu itu.

Perhatian Natalia tertuju pada wanita-wanita yang melukis di kain. Mereka sedang membatik. Natalia tertarik, sehingga ia menghampiri gerombolan wanita yang duduk di depan rumah tersebut. Tampaknya mereka tidak menyadari bahkan mungkin tidak bisa melihat kehadiran Natalia.

Beberapa anak kecil bermain dan berlarian di depan rumah. Natalia mengernyit melihat salah satu anak kecil yang wajahnya tidak asing.

"Sepertinya aku pernah melihat anak kecil itu," gumam Natalia. Ingatan Natalia kembali pada saat dirinya dan Irgina pertama kali datang ke kaki bukit yang membuat mereka terjebak dan menemukan rumah tersebut di bawah pohon besar. Dan anak kecil itu adalah salah satu hantu yang pernah ditemuinya waktu itu.

"Benar, dia anak kecil yang waktu itu memegang tanganku," gumam Natalia.

Natalia mendengar suara tetesan air yang khas seperti tetesan air kran wastafel rusak dari kamar mandi. Ia mengerutkan keningnya lalu secara tiba-tiba rumah tersebut kembali seperti semula, yaitu rumah tua yang kotor dan ditinggalkan. Pandangan Natalia tertuju ke kamar mandi di rumah itu. Ia yakin kalau suara tetesan yang ia dengar berasal dari sana.

Dengan langkah mengendap, Natalia pun menuju ke kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti di depan pintu kamar mandi ketika mendengar suara teriakan dari dalam kamar mandi.

"Tidak! Jangan bunuh aku! Tolooooong! Tolong!!!!"

Natalia segera membuka pintu kamar mandi. Teriakan kencang menyambut saat pintunya dibuka, tapi tidak ada apa pun di dalam sana kecuali kran air yang terus meneteskan cairan berwarna hitam ke dalam bak yang dipenuhi cairan hitam pula seperti pertama Natalia melihatnya.

Natalia berbalik akan keluar dari kamar mandi, tapi ia mendengar suara yang samar seseorang. Natalia menghentikan langkahnya. Ia kembali berbalik dan menatap ke dinding tempat kran itu menempel.

Dengan sekuat tenaga, Natalia menarik kran tersebut. Cairan hitam semakin banyak mengalir dari lubang kran yang ditariknya itu.

"Eeuuhh!" Natalia melihat dindingnya mulai retak. Ia mengerahkan seluruh tenaganya. Kran berhasil ditarik hingga copot dan Natalia tersungkur ke lantai. Ia melihat ke lubang di dinding yang mengeluarkan banyak sekali cairan hitam. Bak mandi sudah penuh dengan cairan hitam, bahkan sampai meluber dan mentes ke lantai kamar mandi.

Sesaat cairan hitam itu berhenti mengalir seperti ada sesuatu yang menghambatnya dari dalam sana. Tiba-tiba sebuah kepala dan potongan-potongan tubuh manusia keluar dari lubang tersebut membuat Natalia menjerit kaget.

🥀🥀🥀

19.15 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang