"Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya ibunya Irgina dari seberang sana.
"Kabarku baik, Bu. Bagaimana dengan Ibu?" Irgina balik bertanya sambil tersenyum senang.
Melihat kedekatan Irgina dengan ibunya, Natalia tersenyum. Dalam hati, ia merasa cemburu, karena ia tidak sedekat itu dengan ibunya semenjak ayahnya menghancurkan hubungan harmonis keluarga mereka.
"Ibu juga baik, Nak. Tadi Pak Eldo menelepon. Katanya beliau mengunjungi rumahmu, tapi kau tidak ada di sana. Pak Eldo mengira kau di sini, jadi beliau menelepon ibu dan menanyakanmu. Lalu sebenarnya kau di mana? Kenapa Pak Eldo mencarimu? Kau baik-baik saja, kan?"
"Aku sedang di rumah seorang penulis. Ibu tidak perlu khawatir. Pak Eldo menyuruhku pulang tadi siang, tapi aku meninggalkan sesuatu, jadi aku harus kembali untuk mengambilnya. Aku juga sudah menelepon Pak Eldo tadi. Kami akan segera pulang ke kota," bohong Irgina.
Hening.
Irgina berharap ibunya tidak mencurigainya. Karena ibunya selalu tahu saat dirinya berbohong.
"Nanti aku kabari lagi, ya, Bu," kata Irgina.
"Irgina."
"Iya, Bu?" Irgina menggigit bagian bawah bibirnya.
"Jangan lupa salat dan berdo'a."
"Iya, Bu. Oh ya, aku punya teman. Dia junior baru di LD Publisher. Ibu mau bicara dengannya?" Irgina memberikan ponselnya pada Natalia.
Natalia menerimanya lalu meletakkan ponsel tersebut di telinga. "Halo, Ibu?"
"Halo?"
Natalia tersenyum senang. "Apa Ibu sudah makan?"
"Sudah, Nak. Bagaimana denganmu? Kau sudah makan?"
Butiran bening menggenang di pelupuk mata Natalia. Ia benar-benar merindukan sosok seorang ibu. Hatinya trenyuh kala ada seorang ibu yang memanggilnya, "Nak."
Irgina tersenyum. Ia mengusap punggung Natalia dengan lembut.
"Belum, Bu," jawab Natalia jujur membuat Irgina tak bisa menahan tawa.
"Kenapa belum makan? Apa seniormu membiarkan juniornya kelaparan?" tanya ibunya Irgina yang terdengar marah.
Seketika Irgina berhenti tertawa. Ia menatap kesal pada Natalia. Giliran Natalia yang tersenyum menahan tawa.
"Irgina, kenapa kau tidak bisa menjalankan amanat? Atasanmu menyuruhmu menjaga juniormu, kenapa kau tidak menjaganya dengan baik? Kalau dia tidak makan, dia bisa sakit."
Karena ibunya mulai berceloteh, Irgina segera mengambil ponselnya dari tangan Natalia. "Aku menjaganya dengan baik, kok. Baiklah, nanti aku telepon lagi, ya."
Panggilan pun berakhir.
"Aku iri," kata Natalia.
Irgina menoleh pada Natalia.
"Aku juga ingin dimarahi seperti Kakak," sambung Natalia.
"Kau mau dimarahi?" Irgina berkacak pinggang.
Natalia menggeleng. "Tidak jadi."
🥀🥀🥀
Di meja makan, Zyara dan Rina tampak menyantap makanan dengan lahap. Irgina dan Natalia juga, tapi sesekali mereka mengawasi Rina dengan waspada.
Dia terlihat normal, tampaknya Zyara juga tidak takut padanya, batin Irgina.
Apa dia tidak berbahaya? Batin Natalia.
Salah satu sosok di belakang Rina yang memiliki tubuh ular dan kepala manusia mendekati Irgina. Natalia menutup rapat bibirnya saat melihat sosok ular berkepala manusia itu melilit betis Irgina.
![](https://img.wattpad.com/cover/314593271-288-k194220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
TerrorSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...